CHAPTER 1: PERMEN

932 66 1
                                    

Senin, 15 Juli 20xx

Pagi yang cerah menyambut hari baru di kota Jakarta. Sayup-sayup mulai terdengar suara orang-orang yang akan memulai aktivitas mereka masing-masing. Disebuah kamar salah satu rumah di kota itu, seorang gadis perempuan sedang bersiap-siap di depan cerminnya. Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 05.45 WIB, pertanda ia harus segera menyelesaikan persiapan dirinya.

"Ya bagus."

Gadis itu tersenyum dihadapan bayangan cerminnya setelah yakin make up diwajahnya sudah bagus. Make up natural yang menutupi wajahnya membuat pesona dari gadis itu terlihat lebih menarik. Setelah merapihkan kembali rambut panjangnya dan seragam sekolah yang ia kenakan, gadis itu menarik tas ranselnya yang tergeletak di atas kasur dan bergegas keluar kamar sesegera mungkin.

"Pagi Nek."

"Pagi Zee."

Gadis itu bernama Zee, atau tepatnya Azizi Alyasyifa. Sejak kecil ia lebih sering dipanggil Zee oleh orang-orang terdekatnya. Alhasil, nama itu menjadi lekat dengannya sampai sekarang. Tahun ini, Zee tumbuh menjadi gadis yang cantik. Rambut hitam panjangnya yang terurai, postur tubuhnya yang semampai dan berisi, membuatnya sangat cantik saat dipandang. Ditambah dengan mata kecoklatannya yang indah dibalik kacamata berbingkai hitam yang sering dipakainya. Zee memiliki mata minus dikedua matanya, sehingga kemampuan penglihatannya menurun.

"Mau langsung berangkat atau sarapan dulu?" tanya Nenek.

"Aku sarapan sambil jalan aja deh Nek." Zee mengambil sepotong roti selai coklat yang telah dibuatkan oleh Neneknya di atas meja makan.

"Ga bareng Tara?"

"Ah anaknya paling masih tidur Nek, aku buru-buru nih, katanya mau ada kuis."

"Yaudah, hati-hati ya Zee. Jangan lari-lari ke haltenya."

"Iya Nek, aku berangkat ya," ujar Zee menyalimi Neneknya.

Zee bergegas ke teras rumah lalu mengenakan sepatunya.

Ia hidup bertiga di rumah ini dengan Neneknya dan adik laki-lakinya. Adiknya bernama Atara, biasa dipanggil Tara. Usia keduanya berbeda 6 tahun-dimana tahun ini Zee menginjak usia 17 tahun sedangkan adiknya baru berusia 11 tahun. Tara yang tahun ini baru masuk 1 SMP bisa dibilang seorang anak laki-laki yang sangat santai. Jam segini biasanya ia masih mengumpulkan nyawanya di atas kasur.

Zee dan Tara adalah seorang yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal saat Zee masih SMP. Mereka meninggal karena kecelakaan lalu lintas saat hendak menjemput Zee dan Tara di rumah Neneknya. Kejadian itu cukup memukul telak psikologis Zee. Akhirnya Zee dan Tara menetap di rumah Neneknya setelah rumah orangtuanya dijual untuk menambah-nambah biaya hidup Zee dan Tara. Untungnya kedua orangtua Zee memiliki simpanan dana tabungan yang bisa digunakan oleh Zee untuk biaya hidup selain tentunya dari dana pensiunan Neneknya yang seorang pegawai negeri pada masanya.

Jarak dari rumah menuju sekolahnya cukup memakan waktu bila berjalan kaki, karenanya Zee selalu memanfaatkan transportasi umum seperti angkot untuk menuju sekolahnya. Tak lama menunggu di halte, angkot itu tiba dan segera saja Zee naik ke dalam. Perjalanan dari halte dekat rumahnya ke sekolah membutuhkan waktu kurang lebih 15-20 menit. Makanya, Zee selalu mengusahakan berangkat sebelum jam 6 pagi agar tidak terburu-buru atau telat.

Akhirnya pukul 06.15 WIB, Zee sampai di sekolah. Kurang 15 menit lagi sebelum masuk sekolah. Ini adalah minggu kedua Zee sebagai siswi kelas 11 SMA Nusa Bintang 48. Ia berjalan ke arah kelas 11-2, kelasnya.

Saat masuk, ia melihat teman baiknya ternyata sudah lebih dahulu sampai di kelas. Dengan tersenyum, Zee berjalan menghampirinya.

"Pagi Toy."

SWEET DOMINATION (ZEESHA FREFLO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang