04

177 40 12
                                    

Sesuai dugaan, Jeno memang tipe wine-and-dine. Dari latar belakangnya seorang chaebol, lumrah bagi Jeno untuk mengambil pendekatan ala chaebol juga—prudent, gentleman, memukau calon nya dengan tingkah laku impresif bak pangeran mendekati putri raja.

Manner serta tata krama Jeno sempurna tanpa cela; selalu sopan, berpakaian rapi, menjemput Renjun dari kantor, membukakan pintu, menarik kursi, bahkan mengupas kepiting (iya, panas-panas dengan tangan kosong) untuk Renjun. 100/10 mangsa paling kooperatif kata Doyoung setiap Renjun memberikan update pada si senior.

Sejak insiden di listening booth, Jeno sudah beberapa kali menjamu Renjun makan malam. Kini mereka tak lagi bertemu di Midnight Serenade, melainkan makan  berdua di restoran atau bistro. Semua tempat pilihan Jeno proper, serta 9 dari 10 kali Jeno yang membayar—kartu kredit Renjun cuma pernah muncul sekali cuma karena dia bersikeras mau merayakan promosi di tempat kerja (Punten, siren juga mengerti martabat dan sopan santun manusia, ya). 

Namun ada satu hal minor yang menggaruk belakang telinga Renjun, Lee Jeno ini either aneh atau pelit. Jeno tak pernah absen menjemput Renjun di titik yang mereka sepakati, tapi tak sekalipun Jeno terlihat menyetir. Jeno antara memberhentikan taxi kuning mentereng dari pinggir jalan atau naik kereta bawah tanah.

Renjun paham benar betapa Jeno bekerja keras menjaga bentuk tubuhnya prima. Tapi, benarkah orang kaya sekelas cucu Nautical Oil, yang gedung 40 tingkat nya saja lebih dari lima—seorang Lee Jeno dan seluruh profil impresifnya di rekaman buku saku Doyoung—rela menempuh jalanan 15 km dengan transportasi umum untuk bertemu Renjun di ujung Seoul yang lain setelah lelah menghadapi pekerjaan full day dari jam 8 pagi?

Tak terasa beberapa minggu telah Renjun lewati dengan rutinitas kencan malam bersama Lee Jeno. Meski musim semi sudah mulai merekah, salju entah kenapa turun kembali kemarin, sehingga malam ini Jeno mengajak Renjun ke restoran yang Renjun sendiri temukan di Tiktok—sebuah restoran antik hidden gem yang menjual makgeolli enak.

Tiktok tidak main-main soal “hidden” nya. Restoran ini letaknya di puncak bukit!

Kontur tanah Seoul cukup berbukit-lembah sehingga banyak pertokoan dibangun atas gang sempit dan curam. Berhubung Renjun dan Jeno berjalan kaki dari subway, mereka berakhir menempuh ratusan anak tangga untuk mencapai restoran tersebut. Renjun serius mempertanyakan keputusannya memberitahu Jeno soal makgeolli ini (yang bahkan harus ia copy link ke Katalk karena Jeno tidak punya akun di TikTok!!!).

Ketika mereka sampai di pintu restoran, Renjun bertanya-tanya mengapa Jeno tetap terlihat crisp and pristine seperti kemeja baru di setrika. Heck, bahkan sedikit olahraga membuat Jeno glowing, kulit putihnya benderang dan segar seperti anak kecil baru selesai mandi. Padahal Renjun positif dirinya kusut seperti ganggang laut lepek—salahkan konstitusi siren nya yang alergi musim  dingin. Siren memang cenderung lebih terlihat peyot dan kuyu dibanding manusia saat udara di sekitar mereka kering.

Renjun tidak sadar, tapi Jeno memperhatikannya dalam diam sedari mereka sampai. Menurut Jeno, Renjun terlihat menggemaskan, rambutnya terlihat bervolume seperti pudel, tapi terlalu kontras dengan pipi tembam yang rasanya mengurus dan warna kulitnya pucat.  Sambil menunggu makgeolli dan camilan dihidangkan, Jeno dengan hati-hati menyodorkan sapu tangan dari saku kemejanya.

Ekspresi Jeno terlihat khawatir dan tulus kala ia bertanya, “Renjun, kamu capek banget kah? Apa habis ini kita langsung pulang saja? ”

“Huh?” Renjun di hadapan Jeno mengangkat alis sedikit. Fisik siren memang tidak bekerja dengan baik di musim dingin, secara dulu di alam liar naluri alamiah mereka menghemat energi untuk persiapan kelaparan panjang. Bagi mata manusia awam, kulit Renjun terlihat pucat karena jantungnya memompa darah lebih lambat.

Tapi tentu, laki-laki seperti Jeno pasti punya dosis insting melindungi berlebihan, jadi Renjun mengiyakan saja, “Kadang aku memang suka lemas.”

“Itu gak bisa dibiarkan.” ujar Jeno.

Sebuah senyum kemenangan bangkit diam-diam dalam diri Renjun. Kalau di drakor, biasanya cowok jadi cemas nih. Mungkinkah, Jeno akan jemput Renjun dengan BMW nya setelah tahu Renjun tidak bisa jalan jauh?

Tanpa Renjun ketahui, Jeno punya pikiran lain di benaknya, pikiran di luar nalar, “Yuk, mau bersepeda bareng akhir pekan ini?”

midnight serenade [noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang