Don't You Hear Me?

176 20 2
                                    

🎥🎞️

Tuk! Tuk! Tuk!

Bunyi konstan itu berasal dari sebuah bola golf yang Namjoon pantul-pantulkan ke lantai kamar.

Sembari duduk dengan kedua lutut yang ditekuk meringkuk, Namjoon terlihat cemberut ketika dia memandangi seorang pria muda di hadapannya yang juga tengah duduk lesehan di lantai kamar ini sembari menyandarkan punggung lebarnya pada sisi ranjang.

“Seokjin, kenapa kau hanya diam saja?” ujar si manis setelah itu dengan kemurungan yang samar pada gurat wajahnya.

Tetapi, pria yang Namjoon tanyai itu tak sama sekali bereaksi. Hening lantas memeluk suasana di kamar tersebut lantaran lelaki yang Namjoon panggil dengan nama Seokjin itu tak bergeming sama sekali selagi kedua mata milik si pria tertutup rapat-rapat.

Namjoon—yang lagi-lagi diabaikan oleh lawan bicaranya—dalam sekejap menjadi kelu, dan hal itu berimbas kepada genggaman tangannya yang melemah hingga tak lama kemudian, bola keras berwarna putih tersebut terjatuh ke lantai dan terpantul-pantul sejenak sebelum akhirnya benda bulat itu menghilang di bawah kolong tempat tidur.

Tubuh Namjoon lalu mulai bergetar ringan sesaat setelah dia beralih memeluk kedua lututnya yang kemudian disusul dengan kepala yang tertunduk, dan tak lama setelahnya, isak tangis pun terdengar dari si empunya.

Sementara itu, pria bernama Seokjin tersebut tetap saja diam di tempatnya, meski Namjoon berakhir tenggelam dalam tangis pilunya.

“Kumohon, jangan seperti ini,” Namjoon bersuara dengan paraunya ketika dia kembali menatap sedih ke arah Seokjin—pria muda yang mana merupakan kekasihnya sendiri.

“Bicaralah, Seokjin. Aku kesepian,” mohonnya kembali, yang lagi dan lagi tidak mendapatkan respon apa-apa.

Karenanya, makin kusut saja wajah manis Namjoon itu dengan kedua pipi tembamnya yang kini terlihat banjir oleh air mata.

Namun tak lama kemudian, Namjoon berakhir terisak tanpa suara. Meski begitu, air matanya masih saja mengalir—bahkan kian menderas saat melihat jika mata pria itu sangat damai saat terpejam; terlihat pula jika tak ada tanda-tanda kalau Seokjin akan membuka matanya untuk balik menatap dirinya yang tengah begitu menyedihkan saat ini.

Mengusap air mata yang mengalir, Namjoon lalu bergerak merangkak mendekati Seokjin dan beralih memeluk tubuh pria tampan itu dari samping. Namjoon juga menjatuhkan kepalanya di bahu lebar sang kekasih dengan hati yang sebak.

“Kau kedinginan?” tanya Namjoon saat dia merasakan sengatan dingin dari kulit Seokjin ketika dirinya menyentuh punggung tangan si empunya.

Tersenyum kuyu, Namjoon lalu kembali berkata, “Padahal kau sudah memakai baju lengan panjang, tapi kenapa kulitmu begitu dingin?” suaranya terdengar serak ketika itu.

Namun kembali, hanya keheningan yang menjawab pertanyaan Namjoon kala Seokjin terus setia bergeming dengan teramat tenang. Hal itu pun berimbas pada senyuman Namjoon yang perlahan-lahan lenyap.

Lantas, Namjoon mendongakkan kepalanya, dan menatap sedih ke arah wajah tampan kekasihnya itu dari samping.

“Kau juga pucat sekali,” komentarnya yang meraih pipi tirus Seokjin untuk dia usap dengan pelan. Tampak pula sorot mata Namjoon yang menyendu kala dia menatap ke arah Seokjin yang tampak kaku itu. “Apa kau marah padaku, Seokjin? Apa aku melakukan kesalahan hingga kau hanya diam saja seperti ini?” ujarnya kembali yang bertanya-tanya kepada Seokjin.

Tetapi, sama seperti sebelumnya, tak ada sahutan apapun, dan itu menggerus batin Namjoon hingga rasanya begitu sakit.

Mata Namjoon kembali berkaca-kaca karenanya. “Jawab Seokjin!” serunya kemudian karena merasa frustrasi.

Pemuda manis itu pun kembali tenggelam dalam tangisan pilu. Dia juga memeluk leher Seokjin dengan erat; menenggelamkan wajah kacaunya di bahu kokoh sang kekasih. “Aku tidak suka kau diamkan seperti ini, Seokjin,” lirihnya. “Kumohon, katakan sesuatu ...”

Hening kembali tercipta saat Namjoon sibuk dengan tangisnya di bahu Seokjin. Bunyi jarum jam pun turut mengisi suasana kamar tersebut yang begitu sunyi; membuat Namjoon lagi-lagi merasa kesal dan jengkel.

Namun, kali ini Namjoon tak lagi mengeluarkan suaranya, melainkan berakhir menatap kosong pada sebuah surat kabar yang tergeletak di lantai kamar tidak jauh dari tempatnya dan Seokjin berada.

Masih dalam posisi memeluk leher Seokjin, Namjoon bergumam, “Berita itu tidak benar sama sekali. Kau bahkan masih ada di sampingku saat ini, sayang. Berani sekali mereka membuat berita buruk seperti itu tentangmu.” Ada percikan kebencian di kalimat tenang yang Namjoon suarakan itu.

“Kau harus menuntut mereka atas hal ini, Seokjin. Mereka menyumpahimu mati, dan itu tidak bisa dibenarkan,” ujar Namjoon lagi yang merasa tidak terima.











































Malam itu pula, Namjoon berakhir tertidur di sebelah Seokjin yang sudah begitu pucat selepas dia mengoceh tentang banyak hal. Tubuh kaku Seokjin yang duduk menyender pada sisi ranjang juga begitu setia menemani Namjoon tanpa beranjak pergi ke mana-mana; tampak pula tak keberatan saat pundaknya itu dijadikan sandaran kepala untuk Namjoon ketika pemuda manis itu jatuh tertidur. Kelopak mata Seokjin pun tetap memejam dengan damai bersama Namjoon yang mengistirahatkan tubuh lelahnya.

Sementara itu, surat kabar yang tergeletak begitu saja di lantai kamar tampak berkibar halus saat angin malam berhembus masuk melalui jendela kamar yang terbuka separuh.

Di sana, tepat di bagian sampul kabar berita harian, tercekat jelas kalimat—

BREAKING NEWS! Aktor Muda Kim Seokjin Tewas Akibat Insiden Kecelakaan Kerja Sewaktu Syuting Untuk Film Terbarunya.’





Lalu, di saat yang bersamaan, berita baru mulai bermunculan di luar sana saat dikabarkan jika makam Sang Aktor papan atas itu dibongkar dengan mayatnya yang ikut hilang pula entah kemana.

Publik sontak saja menjadi gempar, dan berita tersebut menjadi trending topik selama dua hari berturut-turut sejak pembongkaran makam yang entah dilakukan oleh siapa.

Meski begitu, banyak pula yang akhirnya mulai berspekulasi bahwa mungkin saja pembongkaran makam ini ada hubungannya dengan kekasih Sang Aktor sendiri yang juga tidak ada kabarnya sejak berita kematian Seokjin meluas di dunia maya.

Simpang siur tentang Seokjin ramai mengisi pemberitaan televisi maupun portal berita online, sehingga hal itu membuat kedua orang tua Seokjin ikut pula mencurigai Namjoon yang kini entah berada di mana. Mereka jelas was-was kalau spekulasi tentang Namjoon benar adanya; tentang pemuda manis itu yang tidak terima akan kematian Seokjin, membuat Namjoon berakhir nekad untuk membongkar makam Seokjin dan membawa pergi mayat anak mereka entah kemana.

Oleh sebab itu, pada akhirnya orang tua Seokjin dan orang tua Namjoon memutuskan untuk mencari anak mereka yang menghilang tiba-tiba lewat bantuan polisi.

Berat sejujurnya mencurigai Namjoon, terlebih untuk orang tua Namjoon sendiri. Tetapi jika ternyata kecurigaan mereka terbukti benar, itu tetap saja tidak bisa dibenarkan.

Sudah tentu pula jika pencarian itu akan dilakukan secara tertutup dari khalayak publik maupun media, dan para orang tua tentunya sama-sama mengharapkan yang terbaik agar kedua anak mereka segera bisa ditemukan.

◍◍◉◍◍

Sorry for any typos~🌙🍒

Blessed be the Mystery of Love [JinNam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang