TO A BETTER PLACE

144 16 2
                                    

Inspired by: BTS – Black Swan

Happy Reading~

°

°

Lagi dan lagi, goresan dari sebuah cat berwarna merah cerah pada kanvas putih berukuran sedang itu ditorehkan. Mulanya diukir dengan gerakan perlahan, lalu si pelukis yang wajahnya kusut itu menyapukan kuasnya menjadi kasar dengan sedikit tekanan; terselubung kekalutan dan kemarahan pada apa yang tengah dia salurkan lewat tangannya untuk mencoba menciptakan sebuah karya memukau di media lukis yang permukaannya datar dan putih.

Namun, mau sekeras apapun dia mencoba, mau bagaimana pun dirinya berusaha, pria muda itu selalu saja menemui kegagalan.

Dalam kacamatanya, coretan-coretan di kanvas-kanvas putih itu selalu tampak buruk. Tak ada pula artinya, selain hanya sekedar guratan rumit yang bahkan otaknya tidak sampai untuk menerka apa yang sebenarnya tengah dirinya sampaikan lewat sampah di hadapannya kini.

Menyerah, si pria berakhir melempar kuas di tangannya ke tembok putih di depannya, sehingga dinding itu kini terciprat oleh cairan berwarna merah cerah.

Diserang oleh perasaan kesal dan dongkol, sosok tinggi tersebut lalu menghempaskan kanvas berukuran sedang yang tengah dikerjakan olehnya itu ke sembarang arah—beserta dengan cat-cat minyak yang tersusun rapi bersama kuas-kuas bersih lainnya.

Jadilah ruangan kecil itu kini semrawut dengan tumpahan cat-cat minyak yang mengotori lantai dan dinding putih.

Mengusap wajahnya yang lesu dengan telapak tangan untuk meredam segala emosi, dirinya lalu terdiam melihat kekacauan yang dia lakukan barusan. Sepasang mata tajamnya lalu tertuju pada salah satu lukisan abstrak yang tergantung tinggi di dekat jendela di ruangan kecil itu. Ada kilat sinis di kedua mata elangnya saat dia melihat namanya terukir di sudut terbawah lukisan dengan huruf-huruf kecil.

Di sana tertulis; Kim Seokjin, 92.

Saat itu pula, Seokjin menyadari jika rasanya tak lagi sama.

Karya-karyanya yang tergantung di tiap sudut dinding ruangan itu tak lagi terlihat menyerukan bahwa mereka tercipta dari tangannya sendiri.

Sebab, dia telah mati rasa.

Entah bagaimana, jantungnya tak lagi meletup-letup magis saat tangannya mengambil kuas untuk memulai membuat mahakarya baru. Hanya ada kekosongan di dalam dadanya saat ini.

Begitu dingin dan tak berharap pula saat disadari oleh Seokjin jika dirinya telah kehilangan minat untuk membuat gores demi gores yang berarti—tak lagi terasa sebuah hal familiar pada apa yang baru saja dia lakukan, di mana asing justru menyusup ke dalam relung hampanya.

Tetapi, di satu sisi, Seokjin tak juga ingin mencari tahu di hati terdalamnya tentang apa yang kira-kira terjadi pada dirinya saat ini. Rasa-rasanya, seperti hal itu ditarik begitu saja darinya, hingga tak ada satu pun yang tersisa untuk dirinya sebagai sebuah pembangkit motivasi.

Mendapati itu, Seokjin jelas merasa jika dirinya kini menjadi manusia paling tidak berguna dan menjijikkan tanpa adanya kemampuan mahsyur untuk menjalani perkejaannya yang agung.

Selama ini, tiada hari tanpa dirinya menciptakan sebuah gambar. Entah itu disaat-saat lelah atau jenuh sekalipun, sebab obat dan penghiburnya hanyalah dengan membuat sebuah karya untuk kepuasan batinnya.

Tentu saja, seorang seniman seperti dirinya tak akan pernah puas untuk berkarya; mustahil di saat dirinya selalu dituntut untuk menciptakan karya itu sendiri.

Blessed be the Mystery of Love [JinNam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang