Di Suatu Siang ...

164 20 2
                                    

🏍️🏍️🏍️

"Tuhan adalah penguasa dan kami anak-anak Tuhan~"

Dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa karena sudah cukup telat, Namjoon memasuki bangunan gereja yang berlokasi tidak jauh dari kawasan tempatnya tinggal itu.

Pada saat itu pula, beberapa pasang mata---termasuk sepasang bola mata dari seorang imam yang tengah berdiri di mimbar---terlihat menatap ke arah pemuda berparas cantik tersebut yang lalu duduk di samping sebelah lelaki berpenampilan cupu.

"Tuhan itu bijak, Tuhan itu baik dan dia mencintai semua orang~ Amen."

Ketika itu pun, Namjoon bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, dan tersenyum begitu manis ke arah pemuda asing yang ada di sampingnya lalu ikut menyanyikan kidung pujian yang tengah dikumandangkan---total mengabaikan bagaimana senyuman manisnya tadi berhasil membuat pemuda di sebelahnya menjadi salah tingkah.

Meski begitu, ibadah di hari Minggu itu terbilang lancar, dan di momen saat Namjoon baru saja hendak menuju pintu gereja bersama dengan para jemaat lainnya---

"Namjoon!"

Langkah kaki Namjoon praktis terhenti setelahnya, dan dia melihat jika sang imamlah yang barusan memanggil namanya.

"Datang paling lambat, dan pergi paling cepat, ya?" pria paruh baya itu terang-terangan menyindir Namjoon sesaat setelah mereka berdua saling berhadapan.

Namjoon pun tersenyum dengan kikuk. "Maaf, Pak Pendeta. Semuanya ini gara-gara Junmyeon Hyung. Aku sudah membangunkannya, tapi dia itu kebo sekali," katanya yang memberikan sebuah alasan.

Mau tak mau, pria berkepala plontos itu menggelengkan kepalanya pelan, sebelum akhirnya berkata, "Kalau begitu, tolong sampaikan ucapan selamat ulang tahun dariku kepada Junmyeon, oke?"

Dalam sekejap, ekspresi Namjoon berubah menjadi cerah. "Ah, terima kasih, Pak Pendeta."

Pria itu sontak mengangguk seraya tersenyum penuh kehangatan kepada pemuda yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri, "Tuhan memberkatimu dan Junmyeon, Nak."

"Terima kasih banyak ..."

.

.

.

Sekeluarnya Namjoon dari bangunan gereja, perjalanannya tiba-tiba saja dihadang oleh dua orang pemuda yang kelihatan sekali berniat untuk menggoda si manis.

"Hei, Namjoon," yang berambut hitam ikal itu tersenyum lebar ke arah Namjoon yang tampak menawan seperti biasanya.

"Hei, Jimin. Hei Jungkook," dengan ramah, Namjoon balik menyapa kedua lelaki itu.

"Maaf, manis. Apa boleh kami minta waktumu sebentar?" tanya pemuda bernama Jungkook itu setelahnya.

"Tentu saja," Namjoon dengan senang hati memperbolehkan.

Respon demikian mengundang Jimin dan Jungkook untuk memekik kegirangan, sebelum akhirnya yang bernama Jimin berkata, "Apa kau tahu jika hari Sabtu ini akan ada pertunjukan opera china di Vihara Daeheungsa?"

"Tahu. Kenapa memangnya?" Namjoon pun menatap wajah Jimin dan Jungkook secara bergantian ketika itu.

"Nah, kalau begitu, kau akan datang, 'kan?" cetus Jungkook kemudian dengan penuh harap, dan Jimin mengangguk-angguk antusias di samping pemuda bermarga Jeon tersebut.

Namun, sifat optimis Jimin dan Jungkook segera luntur kala Namjoon membalas dengan, "Untuk apa?"

"Tentu saja untuk kencan kita bertiga!" Jimin berseru dengan cukup lantang, dan itu berhasil membuat banyaknya pasang mata dari pejalan kaki lain menoleh ke arah mereka bertiga yang kebetulan tengah berdiri di dasar tangga katedral ini.

Blessed be the Mystery of Love [JinNam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang