Pay the Consequences

196 22 9
                                    

Pukul sebelas malam ialah waktu di mana Namjoon menginjakkan kakinya di stasiun kereta. Kondisi di sana terbilang sangat lenggang dan pemuda manis pemilik lesung pipi itu merasa bersyukur karenanya. Senang rasanya ketika dia tak harus berdesakan dengan banyaknya massa di dalam kereta, dan bisa amat leluasa kala dia berakhir memilih tempat duduknya di salah satu gerbong kereta yang paling ujung.

Kedua telinganya tampak tersumbat oleh airpods wireless selagi Namjoon duduk menyandar di kursinya. Diam-diam pula, dia merasa kedinginan meski sudah memakai pakaian serba panjang yang bahannya lumayan tebal. Jadilah Namjoon memeluk dirinya sendiri ketika buaian hawa dingin yang bersumber dari air conditioner di dalam kereta ini membuatnya agak menggigil.

Sementara Namjoon fokus mendengarkan lagu ballad yang tengah diputar oleh ponselnya, dia sama sekali tak menyadari jika ada sepasang mata kelam yang tengah memperhatikannya lekat-lekat dari salah satu sudut di dekat pintu masuk ruangan masinis berada.

Tatapan tajam itu nyatanya berasal dari seorang pemuda tinggi yang tampak berpakaian serba hitam. Dahinya yang lebar dan menawan itu terekspos penuh lantaran rambut jelaganya yang ditata ke belakang. Lalu, wajahnya terlihat tampan meskipun air mukanya tampak tak bersahabat di saat yang bersamaan. Kedua tangannya yang bersilang di depan dada pun menunjukkan jika dia tengah merasa tidak baik-baik saja, dan ketika bendungan emosi itu tidak bisa dia tahan lagi, lelaki jangkung itu akhirnya beranjak dari tempatnya berdiri---mulai berjalan ke arah Namjoon yang tengah diam dengan sorot mata menerawang.

Tanpa izin dan peringatan terlebih dulu, pemuda itu menjatuhkan dirinya di samping Namjoon---membuat si manis lekas tersentak kaget lantaran kursi di barisannya itu menjadi terguncang akibat ulah si tampan.

"Se-Seokjin Hyung?" Mata Namjoon langsung membulat dengan lucu tepat setelah dia menyadari siapa yang telah duduk di sebelahnya.

Yang dipanggil 'Seokjin Hyung' itu hanya membalas datar tatapan lebar Namjoon. Ekspresi wajahnya pun terlampau dingin terhadap Namjoon yang tubuhnya kini menjadi kaku di tempat.

"A-apa yang kau lakukan di sini?" Pengaruhnya pun membuat suara Namjoon menjadi terbata.

"Tidak tahu," balas pemuda bernama Seokjin itu. Intonasi bicaranya terdengar dingin bukan kepalang, dan itu menjadikan Namjoon meneguk ludahnya dengan kasar.

Karenanya, Namjoon tak kuasa untuk mempertahankan kontak matanya dengan Seokjin, dan memutuskan untuk melemparkan pandangannya ke arah lain.

Ke mana saja, asal jangan menatap langsung ke arah sepasang netra gelap milik Seokjin yang begitu mengintimidasi dirinya.

Tingkah cemas Namjoon itu tentunya mengundang dengusan jengkel dari bibir Seokjin yang lalu disuarakan dengan kata-kata, "Ada apa denganmu, Namjoon?"

Pertanyaan itu berhasil membuat tubuh Namjoon menegang bersamaan dengan hati yang diam-diam merutuki diri dan keadaannya sekarang. Musik yang memang mengalun samar di kedua airpods miliknya pun membuat telinga Namjoon dapat dengan mudahnya menangkap pertanyaan yang sebelumnya terlontar dari pemuda di sampingnya.

Jadi, dengan menarik lepas kedua airpods tersebut dari lubang telinganya, Namjoon memutuskan menyahut dengan ucapan, "Aku kenapa memangnya, Hyung?" Dia memutuskan untuk berpura-pura bodoh mengenai apa yang Seokjin maksud, dan dengan gerakan pelan, dia memasukkan kedua airpods miliknya ke dalam tempat yang seharusnya, sebelum kemudian menaruh benda tersebut di saku hoodie putihnya.

Respon polos Namjoon nyatanya berhasil membuat Seokjin terkekeh rendah dengan tatapan tak percaya. "Benar kata Jimin, kau mencoba untuk menghindar dariku," monolognya kemudian.

Blessed be the Mystery of Love [JinNam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang