Kembali Kepadaku

154 17 2
                                    

🎹❣️

Cinta; ialah persoalan yang sanggup memporak-porandakan hati dan jiwa saat permainannya yang manis kadang kala menciptakan pahit di akhir.

Namun, apakah cinta hanya sungguh pandai membual saja? Atau, hanya kita saja yang tidak mau menunggu lebih lama, sehingga hanya kecewa yang didapat?

Tetapi, apapun itu, sudah menjadi sifat naluriah, jika sebagai manusia kita begitu meratap pada sesuatu yang mungkin saja sesungguhnya bukanlah yang terpikir.

Akan menjadi jelas jika kita mencari dan meraba di mana seharusnya itu terjawab.

Maka, semuanya hanyalah masalah waktu.

×
×
×

Namjoon terpaksa membuka kelopak matanya yang masih lengket kala sayup dentingan bernada mengusik tidurnya.

Selagi mengerjapkan matanya dengan perlahan, refleksnya membawa tangan Namjoon untuk meraba-raba permukaan tempat tidur di sisi sampingnya dan mendapati kekosongan di sana.

Oleh sebab itu, Namjoon bangkit perlahan dari baringannya dan menatap ke sekeliling kamar tidur mewah nan luas milik Seokjin ini yang pencahayaan sedikit temaram.

Rupanya, dia benar-benar sendiri, sebab tak ditemukan oleh Namjoon sang pemilik kamar di peraduannya pada saat ini.

Hening lalu menyapa Namjoon saat dentingan sayup bernada itu tiba-tiba lenyap, sehingga kini perhatian pria jelita itu teralih ke arah jendela yang hanya tertutup setengah oleh tirai putih. Hamparan langit yang kosong di luar sana tampak kelam---entah malam atau dini hari. Tidak pula Namjoon temukan jam dinding maupun jam weker di kamar ini untuk mengetahui situasi yang tepat.

Begitu mencoba untuk mengingat-ingat kembali, yang terlekat di memori Namjoon ialah; pertemuannya dengan Seokjin di stasiun kereta pada latar waktu sore hari.

Setelah dua tahun pria tampan itu meninggalkan negara kelahirannya---Korea Selatan, akhirnya Seokjin ingat untuk kembali.

Memikirkan itu, Namjoon serta-merta menarik sebuah senyuman tanpa dia sadari. Sungguh, tak ada hal yang lebih menyenangkan saat sahabatmu kembali dengan wajah dan perilaku yang masih familiar.

Tak terasa asing sama sekali, justru yang Namjoon dapati ketika netra mereka beradu tatap adalah; bahwa Seokjin terlihat pula sama rindu seperti dirinya.

Benar, Namjoon bisa merasakannya, sangat.

Namjoon ingat pula bagaimana sosok adam yang lebih muda dua tahun darinya itu bergegas datang menghampirinya; membawanya ke dalam pelukan erat yang sarat akan rindu mendalam. Teringat pula bagaimana perkataan maaf terus terlontar dari bibir si tampan; penyesalan yang Seokjin utarakan perihal kepergiannya yang mendadak pada dua tahun lalu, sehingga berakhir menyisakan tanda tanya untuk kelanjutan hubungan mereka---

---meninggalkan Namjoon yang sudah tentu kecewa tanpa adanya kepastian dari Seokjin. Lekas pula momentum yang mereka berdua bangun ditahun-tahun kebelakang hanya menjadi sejarah manis berbalut kepahitan.

Namun, Namjoon yang berhati lembut itu rupanya tak bisa menaruh amarah barang sejenak pun. Lewat rasa cintanya juga penjelasan lengkap dari Seokjin mengenai kepergiannya diwaktu lampau, membuat Namjoon berakhir sudi untuk memaafkan pria itu.

Lagipula, Namjoon juga tak bisa abai pada buncahan haru di dadanya kala dia bisa lagi merasakan pelukan hangat dari orang yang dikasihinya.

Namjoon ingin memberikan kesempatan kedua pada Seokjin. Dia akan menanti dengan sabar sampai kata-kata itu terucap langsung dari si tampan; saat si empunya berniat memantapkan hati padanya.

Blessed be the Mystery of Love [JinNam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang