PAPERS

2K 168 112
                                    

Wanita berpakaian mini ketat itu tertawa saat dia keluar dari dalam club, mengabaikan para pria yang masih menatapnya dengan lapar. Gadis berambut cokelat itu terlihat berantakan karena dia terus menari di bawah pengaruh alkohol, menikmati musik DJ.

Dia kehilangan high-heels mahalnya membuat ia melempar jauh sebelah high-heels miliknya dan lanjut melangkah menuju basement club sambil meminum sisa cairan di botol alkoholnya yang kosong.

Make upnya berantakan dengan lipstik merahnya memudar hingga ke dagu membuat siapapun berpikir jika dia mengalami patah hati namun dia tidak pernah merasakan sakit hati sebelumnya.

Stoking hitamnya robek menampilkan pahanya, meski parfum di tubuh wanita itu masih tercium namun tetap saja aroma alkohol tetap tercium untuk siapapun yang melangkah melewati nya.

Dia hampir terjatuh sebelum duduk di tanah basement, terkekeh ringan dan berbaring disana sambil mengangkat kakinya tanpa memperdulikan jika seseorang dapat melihat panties nya dari balik mini dress merah wanita itu.

Sejujurnya dia tidak mabuk, jelas wanita bernama Lalisa hwang itu tidak sepenuhnya mabuk karena dia tidak minum begitu banyak alkohol, bukan karena dia adalah pengecut dalam minum namun karena dia harus kembali ke mansion dengan sadar.

Dia kabur dari sana, lari dari dua pria berbadan besar yang mungkin akan habis di tangan suaminya yang sialan bukan tipe Lalisa, suaminya berusia 47 tahun dan dirinya berusia 23 tahun, bahkan suaminya adalah duda dengan satu putra yang pernah tidur dengan Lalisa.

Bad story, bahwa Lalisa tidur dengan pemuda yang bahkan adalah putra calon suaminya, semuanya berantakan namun dia berharap dengan semua ini dapat membatalkan pernikahannya dengan pria tua itu namun semuanya tetap berjalan seperti yang kakek itu inginkan.

"God sake!" Lalisa berkata di antara tawanya, melempar botolnya yang entah milik siapa, dia hanya mengambilnya dan membawanya keluar.

Dia berusaha bangkit karena dia merasakan kesakitan di kakinya, dia berjalan tanpa high-heels atau apapun untuk melindungi kaki indahnya uang membuatnya lecet. Dia benar benar wanita Malang menyedihkan.

Lalisa benci jika harus mengatakan dirinya wanita menyedihkan karena dia tidak pernah ingin terlihat seperti itu namun kini dia akui bahwa dia adalah pengecut, wanita menyedihkan yang tidak bisa mempertahankan dirinya sendiri.

"Oh shit" dia menepuk mobil Lamboghini Orange nya sebelum dia masuk kedalam dan duduk di kursi pengemudi. Meremas kuat setir.

"Oh Lalisa hwang, aku akan membunuhmu" dia bergumam, membiarkan keningnya menyentuh setir mobilnya.

"Aku akan membunuhmu..."

Tok..tok..

"Aish saekki" Lalisa menurunkan kaca mobil, menatap pria tinggi kurus yang menatapnya dengan tidak bersahabat.

"Apa yang kau inginkan pria babi?" Ujar Lalisa dengan muak, pria di hadapannya jelas terlihat menjijikan, walau dia memakai jas ternama tetap saja Lalisa tidak tertarik.

Selain karena warna rambutnya dan rambut pria itu yang terlihat tidak tertata dan bahkan cara pria itu berbicara membuat Lalisa merotasikan matanya.

"Nona, kau memarkikan mobil mu di luar jalurmu, kau merusak body mobil ku"

"Lalu? Apa yang kau inginkan?"

"Setidaknya beri aku tunjangan, kau bukan wanita miskin aku tahu itu"

"Tentu saja aku bukan wanita miskin yang meminta uang bayaran hanya karena mobil ku tidak sengaja menyentuh mobil murahan mu"

"Kau mabuk"

"Lalu? Jika aku mabuk apa kau akan mengantarkan ku pulang?"

Pria itu menghela nafas, mengusap hidungnya dengan pasrah dan frustrasi "lupakan, sekarang berikan aku uang dan aku akan pergi"

BLANK SPACE [lizkook Oneshot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang