Menginjak akhir musim semi, bunga bertebaran dimana mana dan hawa hangat serta angin yang bertiup membuat pepohonan berayun gembira. Memejamkan mata, gadis itu bersandung pelan dengan tangan mengelus ngelus seekor hewan besar berbulu yang menyendarkan kepala dipangkuannya.
"Kau tampak menikmatinya. Hm.." launa menggelitiknya pelan
"Hey... launa. Kau dipanggil pak smith"
Selesai mengatakannya, gadis itu langsung melenggang pergiLauna menunduk tanpa minat kembali mengelus anjing besar disebelahnya, Tampak sedih dia akan meninggalkanya
"Jaga dirimu baik baik hingga esok aku menjumpaimu"
Gadis dengan rambut pirang lurus itu merapikan buku buku yang berserakan di rerumputan lalu memasukkannya didalam tas navy dan menggendong biola miliknya.
"Jaga dirimu baik baik"
Apa yang akan dibicarakan mr smith padanya? Sepertinya tak ada hal khusus yang tampak penting. Toh bukan perlombaan akademi, terus apa?
Tok tok
"Mr smith? Apakah anda memanggil saya?" Tanya luana. Etika adalah hal utama didunia ini, jika kau melanggarnya sedikit saja maka hinaan atau cacian akan terus menyerangmu
"Ya nona luana, kemari"
matanya menangkap keberadaan seseorang kecuali mr smith, yang tak lain adalah matthias von herdhart. Luana menarik sarung tangan panjangnya semakin keatas lalu melangkah menuju kedua orang itu.
"Duduk Luana"
"Anda yakin dia mahir menggunakan biola?" Matthias melirik sebentar kearahnya lalu kembali menatap mr. Smith. Pria itu tenang hingga jatuhnya tak memiliki gambaran emosi apa apa
"Ya sejauh ini, luanalah yang paling memuaskan diantara anak anak lainnya" jawab mr. Smith bangga
Hey, apakah dia disini tak kelihatan? Tidakkah kondinya dibicarakan terlebih dahulu? Ia ngerti arah pembicaraan keduanya, tetapi kenapa tidak ada yang bertanya pendapatnya sekarang.
"Ekhm" luana berdehem
"Sebelumnya maaf mr. Smith tapi ada apa ini? Tidakkah saya diberikan penjelasan sebentar? Saya bukan lagi ditawar tawar kan?" Perkataan itu sontak membuat mr. Smith mengumpat dalam hati. Tampramen anak ini"Hahaha" mr. Smith tertawa canggung. Menatap pria dihadapannya yang tetap diam menatap kearahnya
"Luana, saya ingat kamu sempat meminta tolong untuk mencari ajang dimana kamu bisa mengasah kemampuanmu. Jadi sepertinya inilah kesempatanmu, kau tahu? Duke herdhart mencari violinis untuk acara ulang tahun duchess. Dan selertinya kau cocok untuk ini" jelas mr. Smith
Luana melirik sekarah duke. Tampaknya pria ini berumur 20 atau 21? Tapi pembawaan pria itu sangat berwibawa, tak heran untuk aura male lead.
"Ya...."
"Saya mengerti" jawab luana mamsih terus menatap duke herdhart"Luana" tegur mr.smith
"Ya?" Gadis itu tidak peka, malah kembali menatap matthias
"Luana. Turunkan pandanganmu, itu tak sopan" bisik mr smith
"Kenapa? Apa karna aku rakyat jelata" bisik kembali luana
Mr smith yang makin kesal mencubit lengan luana yangmasih beralaskan sarung tangan, kemudian dibalas tatapan tak terima dari gadis itu
"Kau akan didenda mr. Smith karena berani memutar kulit anak gadis" balas luana dengan tatapan tajamnya
"Hah itu bahkan tak mengenai kulitmu"
Matthias tersenyum pelan, khasnya dengan wibawa herdhart. Keduahya berbisik tapi tak berniat mengecilkan volume suara mereka
"Kalian berdua tampak dekat" matthias angkat bicara
Mr.smith berdiri dan menunduk
"maafkan ketidaksopanan ini duke. Anak ini memang belum saya ajari sepenuhnya tentang etiket bangsawan, saya harap anda dapat memakluminya meskipun ini sulit""Tak masalah mr. Smith"
"Jadi duke, bagaimana acaranya? Kapan?" Tanya luana
"Satu bulan dari sekarang"
Luana mengangguk. Waktunya sudah lebih dari pas mempersiapkan diri agar dapat memberikan penampilan yang sempurna.
"Lagunya Anda mau memilih sendiri atau sesuai yang saya mau?"
"Lebih lanjutnya kau akan menerima suratnya."
Luana mengangguk.
*****
"Matthias, kau dari mana saja?" Riette menghampirinya,
"Menemui mr.smith"
"Guru seni itu? Ada hal penting apa?" Dengan keadaan bertanya, riette ikut memutar kepalanya untuk menebak alasan matthias menemui mr. Smith pasti tak jauh dari musik tentunya. Pertanyaannya sejak kapan matthias tertarik dengan musik? Pria itu bahkan terpaksa menikmati musik ketika Elysee memaksanya datang keacara musical tahun lalu.
"Tidak terlalu penting. Berkasnya ketinggalan diruangan" dia tahu betul, jika dia tidak menjawab maka riette akan melakukan hal merepotkan dengan mencari tahu mati matian
"Ah begitu rupanya" riette mengangguk
Kedua pria itu memasuki asrama dengan ruangan yang agak besar dari kamar lainnya, riette merebahkan badannya pada kasur empuk milih matthias.
"Aku berencana kembali kearvis akhir pekan" ungkap riette
"Bagus" balas matthias. Pria itu melepas dasi dan membuka kemejanya yang menjadi faktor kegerahannya sedari tadi
"Sepertinya marquess akan lelah melihat wajahmu setiap akhir pekan"
"Kau tak suka kembali kearvis?"
"Melelahkan" matthias mendudukan dirinya dikursi besar lalu membuka buku tebal
"Claudin pasti sedih kau jarang pulang"
Matthias berhenti membolak balikkan halaman, lalu menatap lama kearah riette. Meminta penjelasan atas ucapannya barusan
"Aku yakin kau tak sebodoh itu. Kau pasti mengerti kenapa sejak kecil claudin selalu datang kekediamanmu" balas riette
Melihat pria itu yang tidak menanggapinya malah kembali pada kegiatan awalnya membuat riette kembali mengangkat suara
"Bahkan sampai sekarang claudin masih menginap sejak ulang tahun nenek 1 bulan yang lalu"
Matthias menutup bukunya
"Riette, aku khawatir kau memusingkan hal yang belum terjadi. Urus saja urusanmu sekarang"
******
KOK GA PANJANG PANJANG CHAPTERNYA?
Sengaja ya, ini karna chapter awal chapter selanjutnya lbakalan lebih panjang lagi yaaaaa
Ayo dukung dengan vote. Biar makin semangat upnya
Happy reading semua
KAMU SEDANG MEMBACA
menjadi karakter yang tidak pernah ada
FanfictionCover by pinters Terinspirasi dari novel cry even better if you beg Eun hye merasa dirinya kehilangan kewarasannya sesaat ketika menyadari bahwa harus hidup kembali pada zaman, waktu, dan semua dunia yang sangat berbeda yang ia tinggali. pada umur...