06.

3.6K 413 17
                                    













'Aku tidak bisa bernafas'

'Sakit'

'Apa sudah waktunya aku mati?'

Kaisar Atheon yang paling tahu rasanya sakit sampai ingin mati. Ayahnya kaisar terdahulu adalah orang yang kasar, kejam dan merupakan tirani. Raja yang tidak pandai diplomasi dan negosiasi. Raja yang dijatuhkan oleh putranya sendiri karena terlalu banyak menyebabkan kerusakan didalam negeri.

Ibunya yang merupakan selir kedua baginda meninggal dalam perebutan kekuasaan dalam istana. Tapi sang Kaisar bahkan tidak menghadiri pemakamannya. Dia lebih suka melatih ilmu pedangnya atau bahkan mengelap koleksi sarung pedang miliknya daripada mengucapkan salam terakhir kepada ibu dari anaknya tersebut.

Atheon menyalahkan ayahnya atas meninggalnya ibunya. Bagi dirinya, Kaisar yang bahkan tidak mampu mengendalikan haremnya, tidak pantas mengendalikan Kekaisaran.

Jadi dia melengserkan ayahnya sendiri dengan berbagai cara.

Ayah yang tidak peduli pada keluarganya.

Namun harga dari tahta itu sangat mahal. Atheon masih bisa mengingat hari dimana dia terpaksa harus memenggal kepala 9 saudara laki-lakinya dan 4 kakak perempuannya.

Tidak semua dari mereka bersalah dalam polemik perebutan kekuasaan di istana,

Namun Atheon tidak mampu menanggung kehancuran kerajaan jika seandainya terjadi pemberontakan dimasa kepemimpinannya. Dia merasa bersalah harus membunuh mereka semua,

Namun seperti kata Machiavelli, orang baik tidak bisa jadi raja.

Atheon harus menyingkirkan rasa iba, rasa sukacita, rasa sukanya pada orang lain agar bisa menjadi Kaisar.

Oleh karena itulah,

Dia tidak boleh berhutang pada Archduke. Sebisa mungkin, dia harus menbalas semua yang diberikan kepadanya. Dia tidak boleh sama sekali menjadi Kaisar yang lemah dan punya kekurangan.

Aneh rasanya Kaisar yang cerdas dan punya harga diri tinggi itu merupakan anak dari Kaisar sebelumnya. Padahal Archduke berpikir bahwa dinasti keluarga kekaisaran Rogello akan berakhir saat Atheon yang masih muda dan tidak berpengalaman naik tahta. Tapi diluar dugaan, Atheon ternyata mampu mempertahankan tahta yang hampir runtuh itu.

"Apakah anda butuh bantuan?" Archduke bertanya seperti itu kepada Kaisar. Terkadang, Kaisar itu terlihat seperti kapal layar yang besar. Kokoh, tempat perlindungan semua orang dari badai di laut, menampung semua orang dengan nyaman didalam biliknya.

Namun, kapal besar itu tidak pernah tidak bergoyang. Dia selalu bergoyang, bahkan saat ada badai, dia berguncang hebat tapi tetap saja dia berdiri gagah ditengah laut.

Kaisar itu,

Lemah namun tidak pernah tumbang.

Dia... Seperti kapal besar yang bergoyang hebat itu.

"Tidak perlu. Aku bisa mengatasinya sendiri."

Penolakan Kaisar membuat Archduke mengepalkan tangannya sampai buku-buku jarinya memutih. Dia kesal dan frustasi karena Kaisar menolak bantuannya. Disaat semua orang menginginkan Archduke berada disisi mereka, Kaisar menolaknya mentah-mentah. Kenapa?

"Kenapa anda menolak?"

"Pasti ada bayaran besar yang harus kubayarkan demi mendapat bantuanmu."

Archduke mendecak. "Anda tahu sendiri kalau bangsawan akan mulai menaruh hormat pada anda jika saya beralih ke sisi anda. Mengapa anda menolak, Yang Mulia?"

Marry The EmperorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang