18.

1.3K 270 34
                                    





"Apa ini?" Kaisar memicingkan mata, menatap Archduke yang terduduk didekat kasurnya, dengan wajah dingin, seperti biasa. Bagaimana bisa dia tetap memasang wajah itu setelah melemparkan 3 peti emas yang sebelumnya dia berikan pada guild pedagang milik Archduke untuk membeli penawar racun?

"Saya tidak butuh uang ini." Archduke mendorong salah satu peti itu dengan ujung sepatunya, dan kemudian menghampiri Kaisar yang terduduk diatas kasurnya dengan wajah pucat.

"Itu adalah harga dari ramuan yang kubeli." Sanggah Kaisar, memalingkan wajahnya.

"Percuma anda menolak. Saya berencana mengangkut ini semua ke istana dengan kereta dagang 'de Bharion jika ditolak."

"Kau gila? Kau ingin mengumumkan pada dunia kalau kau sekarang sudah tidak netral?"

Archduke hanya diam, menyilangkan tangan didepan dada sembari nyalang menatap mata Kaisar, "Anda pikir saya main-main ketika saya katakan saya akan menjadi fraksi Kaisar?"

"Archduke."

"Dave." Archduke kemudian mendekati kasur Kaisar sembari mengulurkan tangannya dan meraih wajah pucat namun indah milik Kaisar. "Nama saya Dave, Yang Mulia."

Kaisar terdiam sesaat, melihat Archduke berdiri menjulang dihadapannya, dengan sebelah tangan bersandar pada kepala kasurnya. Wajah kesal milik Kaisar berubah menjadi diam. Terkejut, namun ia tidak mengelak saat Archduke mendekat dan menemboki pandangannya dengan bahu lebar dan dada bidang itu.

"Berhenti."

"Anda sakit, saya tahu." Archduke mengangguk, "Saya bukannya ingin membuat anak kedua kita sekarang, saya hanya ingin membasahi bibir anda."

Kaisar tertegun lagi. Archduke dengan segera, menangkup kedua sisi wajahnya dengan tangan besar miliknya. Mengelus wajah Kaisar dengan mata penuh hasrat.

Mengapa aku tidak melihat dengan benar saat wajah indah ini berbalut jubah dan mahkota dihari pengangkatannya menjadi Kaisar?

Archduke dalam hati menyesali sikapnya dihari ketika Kaisar naik tahta. Dia bahkan tidak menyapa Kaisar, hanya datang untuk memasukkan namanya didaftar tamu, berdansa satu lagu, dan kemudian pulang. Hal yang tidak mungkin dilakukan jika bukan oleh seorang Archduke dengan kekuasaan yang lebih berpengaruh dari Kaisar itu sendiri.

Archduke menyesali, mengapa ia tidak melihat wajah Kaisar dengan benar?

Wajah indah ini.

"Aku tidak mau melakukan perbuatan tidak senonoh di siang hari."

Archduke sedikit berjengit. Hampir dia mencium Kaisar jika saja Kaisar tidak mengatakan itu tepat saat bibir mereka hampir bersentuhan. "Tidak senonoh?"

"Mempertemukan bibir. Aku tidak melakukannya di siang hari."

"Baginda. Apa menurut anda berciuman itu tidak senonoh?"

"Dalam buku etiket Kekaisaran..."

"Buku etiket sialan itu lagi." Archduke berdecak geram sembari memalingkan wajahnya. Menyisir rambut legamnya kebelakang, frustrasi.

"Sialan?" Sentak Kaisar.

"Yang Mulia. Etiket bodoh itu tidak akan membuat hidup siapapun jadi bahagia. Yang ada, semua orang hanya akan menderita karenanya."

"Aku baik-baik saja dengan itu."

"Saya yang menderita!"

"Apa?"

Archduke menghela nafas panjang lagi. Ia tampak sangat frustasi. "Maksud saya, bagaimana bisa kita membiarkan Dane hidup dengan etiket ketat itu? Bukankah anda juga berpikir kehidupan Dane jadi sulit karena buku etiket itu?"

Kaisar yang tadinya tampak marah karena Archduke merutuk dihadapannya terdiam. Ia tampak merenungi ucapan Archduke. Melihat diamnya Kaisar, bahkan sepertinya ia setuju jika etiket Kekaisaran itu terlalu berlebihan.

Dane yang seharusnya bermain dengan anak seusianya diumur itu, harus mengenyam pendidikan sulit sebagai Putra Mahkota karena etiket Kekaisaran juga. "Itu tidak salah..."

"Anda setuju dengan saya, bukan? Kita harus singkirkan etiket kekaisaran dan apapun itu untuk kesenangan semua orang," ucap Archduke, dengan ekspresi serius.

"Benar, aku harus menghapus peraturan dimana Putra Mahkota harus memulai pendidikan pewaris sejak umur 3 tahun."

"Dan hapus juga tentang peraturan siang hari yang aneh dan apapun itu."

"Apa? Untuk apa? Peraturan itu bagus, kok."

Archduke mengigit bibir tidak sabaran. "Yang Mulia. Seks tidak seharusnya diatir didalam buku seperti itu! Memangnya kita sedang membuat resep masakan?!"

"S-se-seks?? Bagaimana bisa kau begitu vulgar, Archduke?"

"Lalu anda menyebut apa seks kalau bukan seks, yang mulia?"

"Berbagi kamar?" Jawab Kaisar, polos.

"Yang mulia. Tidak begitu. Ini sebabnya anda tidak tahu cara melakukan seks padahal sudah menikah." Archduke menatap Kaisar dengan ekspresi khawatir, campur heran. Benar juga, apa yang bisa diharapkan dari orang yang berniat memasukkan penis Archduke yang besar itu dilubang kering yang bahkan belum dilonggarkan dengan fingering?

Etiket kekaisaran pada dasarnya, hanya mengajarkan hal-hal tentang kemewahan dengan elegan. Di etiket Kekaisaran tentang hubungan seksual, mendesah adalah hal yang vulgar. Itu sebabnya Kaisar menahan diri saat disetubuhi Archduke. Di Etiket Kekaisaran, mencium anggota tubuh pasangan adalah hal tabu. Hubungan seksual hanya dipandang sebagai aktivitas membuat anak, bukan kenikmatan seksual.

Archduke awalnya tidak ambil pusing mengenai apapun itu yang terdapat didalam etiket Kekaisaran. Namun setelah menyadari betapa bodohnya etiket itu, Archduke kemudian jadi bertekad untuk membakar semua buku tentang etiket itu suatu saat nanti.

Seks, adalah hal yang dilakukan untuk kepuasan rohani. Bukan aktivitas membuat anak.

Archduke melirik kearah Kaisar lagi yang hanya menatapnya dengan ekspresi bingung.

Bagaimana bisa aku mengubah Kaisar konservatif ini untuk melakukan seks dengan benar?

Kaisar,

Untuk menikmati tubuh Kaisar yang berharga itu, Archduke harus menunggu dan menunggu.

Archduke mengepalkan tangan, memandang Kaisar yang duduk disana tanpa tahu apa yang dipikirkan Archduke tentang dirinya.

Padahal Archduke, sudah hampir lepas kendali.

Sial, bagaimana dulu aku bisa bertahan tanpa menyentuh Kaisar dengan tidak senonoh?

Dia terlihat sangat lemah.

Aku ingin,

Tidak. Sadarkan dirimu, Dave. Dia kaisar.

Bukan, memangnya kenapa kalau dia jadi Kaisar?

Aku ayah dari anak-anaknya.

Tidak, kami belum menikah... Kalau aku memaksanya melakukan seks, dia akan menjebloskanku kepenjara.

Tapi,

Memangnya penjara seburuk itu?

Apa aku paksakan saja diriku pada Kaisar?

Apa aku jadi kriminal saja?




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marry The EmperorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang