"Apaaaaaaaa? Lo disuruh cari calon istri dalam waktu satu bulan bang?" Kaylee ikutan kaget ketika mendengar cerita Biru. Masa sih? Emang eak papinya setega itu?
"Iya. Anjir gak sih? Masa gue kudu nyewa perempuan buat jadi istri pura-pura?"
"Mana bisa gitu bang. Pernikahan bukan buat main-main, anjir." Kata Kaylee. Berusaha membuat abangnya tetap optimis dan tidak melakukan hal-hal aneh demi mendapatkan calon istrinya. "Ayo bang, lo pasti bisa. Sebulan waktu yang cukup lama kok. Gue yakin lo bakal dapetin calon istri yang pas,"
Biru menggeleng cepat. "Gak, gue gak yakin."
"Pesimis mulu! Gue bantuin cari deh. Tipe calon istri lo yang kaya gimana? Cantik? Kaya? Baik? Bahenol? HAHAHAHA."
Rasanya Biru ingin menjitak Kaylee. Sempat-sempatnya dia bercanda. "Au ah. Lagi gue ada kerjaan di luar kota seminggu ke depan. Gak ada waktu buat nyari-nyari."
Kaylee terduduk di samping Biru. Kedua adik kakak itu berada di kamar Biru. Selepas makan malam bersama papi mami dan opa omanya, mereka memutuskan untuk kembali ke kamar. Tapi Biru malah menarik tangan Kaylee ke kamarnya, mau curhat sama adiknya katanya.
"Bang, kalo lo gak sempetin nyari, emang lo mau dijodohin? Lo mau nikah sama pilihan papi?" Ujarnya serius. Kalau jadi Biru, Kaylee sih mending nyari sendiri. Daripada dijodohin, takut gak sesuai kriteria. Malah makin berabe urusannya.
"Harus nyari kemana?" Tanya Biru lesu. Dahlah mau menenggelamkan diri aja rasanya ke dasar laut. Biar gak ditodong nikah-nikah terus.
Kaylee terlihat berpikir,
"Banggg banggggg!!" Setelah terdiam beberapa lama, Kaylee teringat sesuai. Ia menepuk bahu Biru dengan heboh. "Lo inget perempuan yang kita tolongin waktu itu?"
Dahi Biru menyerit, "Yang mana? Yang kecelakaan di pinggir jalan?"
"Iyaaaaaaa bang yang itu. Kenapa gak lo coba kenalan sama dia? Cantik bang, baik pula. Tadi siang yang nolongin gue sama mami kan dia bang." Kata Kaylee memberi tau. Ia memang belum sempat cerita sama Biru soal yang tadi siang sudah ditolong oleh Prilly dan Kevlar.
"Lah yang mami bilang dikasih tumpangan sama orang, itu orangnya dia? Siapa deh namanya?"
"Iya dia bang. Emmm, Mbak Prilly kalau gak salah sih."
"Prilly? Oiya gue inget. Terus kalau gue ngajak kenalan, darimana mulainya? Gue aja gak ada kontak dia. Lagian kalau dia punya pasangan gimana anjir? Perebut bini orang gue yang ada,"
Kaylee berdecak, "Lo payah si bang. Menyerah sebelum bertempur!" Lalu ia memperlihatkan ponselnya, "Ni lo catat kontaknya. Tadi gue sempet tukeran kontak. Lagian besok mami mau ngirim makanan katanya ke Mbak Prilly, sebagai ucapan terima kasih tadi udah ditolongin."
Biru terlihat ragu,
"Serius nih ide lo? Kalau dia beneran punya pasangan gimana?"
"Ck bang! Serius. Udah cepetan. Kalau dia udah punya pasangan, lo mundur. Tapi kalau belom, lo maju. Majuuuuuuu sampe jadi pokoknya!"
"Ngapa jadi lu yang semangatttt anjir?"
"Yeeeee gue nolongin lu ini bang biar gak dijodohin! Udah cepet buruan chat Mbak Prilly. Bilang aja basa-basi besok mami mau ngirim makanan," kata Kaylee memberi usul.
Biru cuma ngangguk-ngangguk, ada benarnya juga ini bocah satu. Sebelum memulai, Biru menghela napasnya pelan.
Semoga berhasil.
❤️🔥❤️🔥
Prilly menyerit bingung ketika membaca sebuah pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Sebab ia tidak tau siapa pengirimnya. Nomornya pun tidak terdaftar dalam kontak ponselnya. Tapi membaca nama yang tertera, kok berasa tidak asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
XABIRU
FanfictionLelaki berusia dua puluh empat tahun itu disibukkan oleh ocehan sang Ibu yang memintanya untuk cepat-cepat menikah. Hampir setiap hari Ibunya mengoceh mengenai hal yang sama. Lalu langkah apakah yang diambil oleh lelaki itu? Menuruti kemauan Ibunya...