♧||5 JV♧

101 11 1
                                    

Jack mengetuk pintu kamar mandi untuk kesekian kalinya, ia sudah tak bisa menahan lagi, air seni nya sudah meronta ronta ingin segera dikeluarkan.

"Jen, Lagi ngapain si ? Cepet elah gue udah gak tahan !" Ujar V sambil memegang benda pusakanya. Tadi setelah pulang dari sekolah Jennie langsung pergi kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket sedangkan Jack? Ia malah merebahkan tubuhnya dikasur sambil memainkan handphone.

"BENTAR GUE LAGI BOKER!" Jawab Jennie berteriak takut suaminya itu tak mendengarnya.

"Ck... Dari tadi gak kelar kelar" Gerutu V kesal.

"NUMPANG AJA KE KAMAR MANDINYA ROSE!" Titah Jennie berinisiatif, membuat V dengan cepat berlari kekamar saudara kembarnya itu "Dari tadi kek kasih sarannya, udah diujung tanduk baru kefikiran!" Ujar V kesal, kalo difikir fikir dirinya sungguh sangat bodoh juga tadi.

Sedangkan disisi lain Jennie baru keluar dari kamar mandi sambil mengelus perutnya lega, sungguh sangat nikmat dirinya baru BAB setelah sekitar lima hari tak mengeluarkan feses nya.

"Vii?" Teriaknya memanggil sang suami.

"Beneran ke kamar Rose dia?" Batinnya bertanya tanya.

Seolah tak peduli, Jennie menggelengkan kepalanya kemudian berjalan memasuki walk in closet, memakai pakaian santai karena dirinya berniat akan tetap diam dirumah.

Saat kembali memasuki kamar, terlihat V sedang duduk diatas kasur sambil memainkan ponselnya, Perempuan itu melangkahkan kakinya untuk mengambil handphone yang masih di charge.

"Ayo kebawah!" Ajak V pada istrinya.

"Mau ngapain?" Tanya nya penuh selidik.

"Udah ikut aja! Btw si Rose kemana?" Tanya balik Jack.

Jennie terlihat sedang berfikir keras sebelum menjawab pertanyaan dari suaminya itu "Oh tadi katanya mau jalan ama pacarnya"

V mengangguk kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu diikuti oleh Jennie dibelakangnya.

Saat menginjakan kaki ditangga terakhir, Jennie tercengang menatap kedua orang tuanya yang sedang  duduk mengobrol bersama mertuanya. "Mamii Papiiii" Seru perempuan itu antusias, kemudian berlari kecil langsung memeluk kedua orang tuanya sayang.

"Jennie kangen banget tauu! Kenapa kalian gak bilang kalo mau pulang?" Tanya Jennie penasaran.

"Kalau bilang nanti gak jadi suprise dong!" Jawab Sohee terkekeh pelan.

Jack juga ikut menyapa mertuanya sebelum duduk di samping Jennie.

"Aduh... Suami kamu makin ganteng aja Jen" Goda Sohee pada sang anak. Membuat Jennie mendengus sebal.

"Yaiyalah ganteng, orang Mami bandinginnya sama Papi"

"Secara gak langsung, kamu bilang Papi jelek loh!" Kini Jo-sang papi juga ikut menimpali.

Tanpa terasa mereka terus mengobrol hingga hari mulai menjelang petang

"Jen?" Panggil orang tua Jennie pelan membuat sang empu mengalihkan pandangannya pada mereka.

"Mami sama Papi mau pinjam Jack sebentar ya?" Ucap Sohee yang membuat perempuan itu tak mengerti, dirinya juga melirik Jack yang sama sama bingung kemudian beralih mentap mertuanya yang tersenyum manis.

"Pinjem? Buat apa?" Tanyanya bingung.

"Papi sama Mami mau bawa V ke New York, ada perusahaan besar yang ingin berkolaborasi dengan perusahaan kita dan  V juga harus ikut pertemuan besar itu, " Jawab Jo menjelaskan.

"Tapi kalo kamu mau ikut juga gak papa" Sohee ikut menimpali.

Jennie terdiam, kenapa rasanya sangat tidak ingin ditinggal V pergi. Apa ini karena bayi yang ada didalam perutnya?

"Mending ikut aja deh, soalnya semuanya ikut" Bunda juga ikut menyarankan menyarankan

Jennie menatap mertuanya sebelum kembali bertanya "Ayah sama Bunda ikut juga?"

"Iya, Rose juga bakal ikut nanti"

Jennie menangguk setuju, berbeda dengan Jack yang sedari diam memikirkan sesuatu. Dirinya memang belum diberi informasi apapun, namun saat mendengar kolaborasi ia langsung mengerti atas permasalahan yang dimaksud oleh orang tua Jennie tadi, tapi bukan itu yang ada difikirannya saat ini.

"Yaudah Jennie juga mau ikut, masa ditinggal!" Ucap Jennie melas, tapi suaminya itu malah menggeleng sambil menghembuskan nafasnya kasar sebelum kembali membuat pertanyaan.

"Emang cewek yang lagi hamil muda boleh naik pesawat?" Tanya Jack ragu dan benar saja, keluarganya malah diam mematung tidak menjawab maupun merespon ucapan Jack barusan.

"Vi lo apa apaan siih?" Gerutu Jennie tak suka, tangannya pun mencubit perut suaminya keras.

Sementara dua pasangan orang tua dihadapannya menganga tak percaya atas apa yang diucapkan Jack barusan

"H-haamil?"

"Ssiapa yang hamil?" Tanya Bunda gugup.

V melirik sekilas Jennie yang pasti sudah marah padanya "Noh dia, siapa lagi" Jawab V santai.

Jennie sudah tidak bisa menahan lagi kekesalannya, dirinya bangkit dengan kasar sebelum menjambak rambut Jack kuat  "JACK! Kenapa lo bilang, katanya nanti nunggu gue siap. Kenapa lo malah bocorin sekarang... Gue malu Jack, gue gak bisaa!! Hiks..." Jennie marah dengan menumpahkan air matanya, ia sakit hati pada laki laki yang menyandang sebagai suaminya itu.  Ia pun pergi berlari menuju kamarnya.

"Maksud kamu apa V? Coba cerita lebih detail!" Perintah Ayahnya tegas. Kemudian Mengalirlah cerita itu di malam saat dirinya menyetubuhi Jennie, Jack  menceritakan semua kejadian yang berawal dari minuman membuat kedua orang tuanya mengangguk mengerti.

" ya udah kamu samperin dulu gih istri kamu nanti kita bicarakan lagi soal New York" titah Bunda cepat.

Jack hanya menggangguk kemudian pergi menyusul istrinya ke kamar .Pintu pun terbuka menampilkan seorang perempuan yang sedang menangis telungkup di sana menyadari posisi itu sangat berbahaya bagi janin di dalam perutnya Jack dengan cepat membawa Jennie kepelukannya.

"Lo jahat Vi lo udah bikin gue malu" Ucap Jenny tergugu V hanya menghela nafasnya lelah jika menunggu jennie untuk siap mungkin waktunya itu sangat lama sehingga Ia memutuskan untuk memberitahu mereka tanpa bermusyawarah dengan sang istri

"Terus kalau gue nungguin lo siap mau sampai kapan?" V Bertanya, sedangkan Jennie hanya diam menyembunyikan kepalanya di dada bidang suami

"Udah jangan nangis lagi mending kita turun dan lanjut bicarain tentang hal ini!" Jennie menggangguk ragu kemudian pergi beranjak bersama Jack untuk kembali menemui keluarganya di bawah

"Jen Kenapa gak bilang kalau kamu hamil? Jennie terdiam tidak menjawab pertanyaan dari ibunya tersebut.
"Kamu takut?" Lanjutnya bertanya.

Jennie hanya menggangguk lesu sang ayah Jo berusaha bersikap tenang "Umur kamu masih muda, Kenapa nggak pake pengaman?"  Jennie menunduk malu mendengar penuturan sang Ayah.

" Jennie nggak tahu kayak begituan" Semua orang hanya menunduk pasrah, bukannya apa pasalnya mereka ini masih sangat muda belum siap untuk menjadi orang tua.

Mereka masih butuh bimbingan, "Ya, mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur. Kalian sendiri yang harus tanggung konsekuensinya" ujar Jo pada anak-anaknya.

Sohee yang berada di sisi anaknya pun kini lanjut bertanya "Udah Berapa usianya?" Terlihat perempuan yang sedang hamil itu melirik ke arah suaminya "Nggak tahu!" Jawabnya Ketus "Loh kok nggak tahu? Emangnya belum pernah periksa?" lanjut Sohee.

Jennie menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung harus menjawab apa karena memang kenyataannya dia tidak menerima bayi itu.

"Ini juga mau periksa, cuma kita belum tahu apa apa tentang masalah ini makanya kita kasih tahu kalian dulu sebelum Pergi periksa" jawaban yang di ucapkan oleh Jack mampu membuat semua keluarganya tertunduk sedih memang benar anaknya ini masih muda dan butuh sekali pendamping

FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang