♧||6 JV♧

105 9 0
                                        

Saat ini kedua remaja yang akan menjadi calon ibu dan ayah itu sedang berjalan di koridor Rumah Sakit untuk bertemu dokter obgyn yang tadi disarankan oleh Bunda Jack.

Hati mereka sangat berdegup kencang tak tenang, apalagi sosok perempuan yang kini sedang berbadan dua. Dia sangat takut sekaligus meringis malu. Pasti orang orang disekitarnya akan menganggap dirinya wanita tidak baik baik yang selalu main sana sini. Karena diusianya yang sangat muda kini sudah pergi ke dokter Obgyn.

"Tenang aja!" Ujar Jack santai walau hatinya sama sama berdetak tak karuan.

Jennie hanya mengangguk, dengan terus berjalan sambil memegang lengan suaminya erat.

"Masuk!" Titah Jack yang mendapat gelengan dari sang empu.

"Takutt..." Cicit Jennie pelan

Jack berdecak jengah dengan melihat sorot melas istrinya itu "Tu dokter gak akan mutilasi lo"

"Iiihh.. Jackk!!" Rengek Jennie kesal.

"Buruan... Keburu malem!"

"Temeninnn!" Paksa Jennie dengan nada merengeknya membuat Jack kembali menghela nafasnya "Iya iya gue temenin, cepet!" Cowok itu kemudian menarik lengan istrinya pelan sambil membuka pintu yang bertuliskan Dokter Spesialis Kandungan itu.

"Selamat Sore" Sapa sang dokter ramah. "Loh... Kok kalian? Mau ngapain kesini?" Lanjutnya bertanya menatap kedua orang di hadapan nya bingung.

Jack dan Jennie menampilkan senyumnya ramah yang sangat ketara sekali dibuat buatnya "Mau periksa dia" Tunjuk Jack menggunakan dagu pada istrinya.

Sang dokter masih mengerenyit bingung,
"Jennie? Oooh... Jadi maksud Bibi Yura yang mau di periksa itu kamu Jen?" Tanyanya terkekeh membuat Jennie mengangguk ragu.

"Kebobolan ya?" Goda sang dokter yang tak lain adalah sepupunya Jack, lebih tepatnya anak dari Kakak pertama ibunya alias Bibi Jack.

Jennie hanya tersenyum kikuk, kemudian mengulurkan tangannya untuk di check tensi darah oleh Dokter yang ber-name tage Dr.Thefany itu. "Tensinya bagus, kamu harus test darah juga ya! Kakak akan ambil darah kamu, sedikit aja kok!" Terang Thefany ramah.

Walau sang dokter berkata sedikit tetap saja Jennie sangat takut sekali dengan yang namanya jarum suntik, mengambil darah bukannya harus menggunakan suntik? Dari sejak kecil Jennie termasuk orang yang sangat takut dengan yang namanya suntikan, mungkin karena dirinya yang jarang sakit juga imun tubuhnya yang kuat membuat perempuan itu jarang sekali pergi kedokter, bahkan ia sama sekali belum pernah menginjakkan kakinya ke rumah sakit, karena jika dirinya demam dokternya yang akan dipanggil kerumah.

"Vii..." Panggil Jennie ketakutan.

Jack pun menatap Jennie datar, terlihat wajah istrinya itu menggeleng pelan seolah mengatakan jika dirinya tidak ingin melakukan test darah.

"Kenapa?"

"Gak mauu" Ujarnya merengek.

"Yah... Udah telat. Liat tuh Kak Fany udah dateng!" Ujar V santai saat melihat sepupunya itu berjalan kearah mereka dengan semua alat yang telah siap digunakan.

"Ish... lo mah gitu!"

Jack tersenyum tipis kemudian mengusap surai hitam milik istrinya yang sedang cemberut itu. "Gak papa, gak sakit kok paling kayak digigit macan rasanya" Tutur Jack bercanda

"IIHH JACK, JANGAN GITUUUU !!" Jack terlihat gelagapan saat istrinya menangis histeris sembari memukul suaminya brutal.

"Eh eh ini kenapa? Jack Jennie?" Panik Thefany saat melihat sepasang pasutri ini bertengkar.

FOREVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang