Setelah dua hari, Wei Wuxian sadar dari tidurnya. Ia segera di kelilingi oleh banyak orang. Membuat ia takut dan bingung.
"Apakah ada yang sakit?" Wen Qing bertanya pelan dan hati hati.
"Tidak papa, kau bisa mengatakan semua nya." Wen Qing"Kenapa aku di sini." Suara kecil Wei Wuxian membuat Wen Qing tersenyum
"Karna kau harus di rawat." Wen Qing"Kau tidak suka kamar nya? Setelah sembuh kau dapat memilih kamar mana pun yang kau suka." Wei Changse duduk di tepi ranjang. Wei Wuxian melihat nya dalam diam.
"Bagaimana kondisi nya?" Wei Changse
"Belum dapat di katakan baik, tetapi dengan ia sadar maka akan lebih muda untuk menangani kondisi nya." Wen Qing"Baiklah." Wei Changse, Wen Qing membungkuk hormat dan pergi.
"Pertama, nak siapa nama mu?" Wei Wuxian
"Xian..." Wei Wuxian
"Xian?" Wei Changse"Ibu memanggil ku seperti itu." Wei Wuxian
"Baiklah, mulai saat ini aku akan memanggil mu begitu." Wei Changse"Apa kau lapar? Sudah dua hari kau tidur tanpa makan." Wei Changse
"Tidak tau, aku belum pingsan jadi mungkin belum lapar." Wei Wuxian, ucapan nya membuat Wei Changse terdiam."Segera siapkan makanan nya, sesuai dengan arahan Wen Qing." Perintah nya kepada pelayan.
"Baik, Baginda." Pelayan.Pelayan menata makanan di sebuah meja yang sengaja di letakan di dekat kasur Wei Wuxian.
Semua hidangan tampak mewah dan harum."Wen Qing mengatakan kau belum di izinkan memakan sesuatu yang kuat. Koki menyiapkan bubur daging cincang." Wei Changse meraih mangkuk bubur itu.
"Ayo buka mulut mu." Wei Changse menyuapi nya setelah memastikan bubur di dalam sendok itu cukup dingin.
Dengan gerakan canggung, Wei Wuxian membuka mulut nya, menerima suapan Wei Changse.
"Enak?" Wei Changse, Wei Wuxian mengangguk.
"Jika tidak sesuai dengan selera mu. Kau dapat mengatakan nya. Tidak perlu memaksa untuk memakan nya." Wei Changse"Aku tidak memilih makanan, bisa memakan nasi saja sudah sangat baik." Wei Wuxian, Wei Changse menatap nya.
"Nak, setelah ini. Kau tidak perlu khawatir tentang makanan. Kau dapat memakan apa pun yang kau mau." Wei Changse
"Mengapa." Wei Wuxian
"Karna aku yang akan memenuhi nya." Wei Changse
"Mengapa." Wei Wuxian
"Karna aku adalah paman mu." Wei Changse"P-paman...?" Wei Wuxian tampak terguncang
"Apa kau terkejut?" Wei Changse meletakan mangkuk di tangan nya. Ia memegang kedua bahu Wei Wuxian"Bukan papa?" Bisik nya dengan suara pelan.
"Maaf, aku bukan ayah mu. Ayah mu adalah kakak ku Kaisar Terdahulu yang telah meninggal dunia." Wei Changse"Oh... Pada akhirnya, aku di tinggalkan begitu saja." Suara bergetar Wei Wuxian membuat Wei Changse merasa bersalah telah jujur kepada anak itu.
"Maaf.. tetapi, itulah yang terjadi." Wei Changse memeluk nya.
"Pada akhirnya, ia berbohong sampai akhir..." Kedua pipi Wei wuxian tampak basah dengan air mata
"Pada akhirnya, aku dan mama sungguh di buang." Wei WuxianWei Changse menghelang nafas nya, ia sungguh menyesali segala kejujuran yang ia katakan kepada anak kecil di hadapan nya itu.
"Padahal, ia sudah sangat rapuh. Aku malah membuat ia semakin rapuh." Wei Changse mengelus lembut kening Wei Wuxian, anak itu kembali tertidur setelah menangis cukup lama.
"Baginda." Seorang menghampiri nya.
"Kau di sini." Wei Changse menoleh"Aku sudah merepotkan mu selama beberapa hari ini." Wei Changse
"Baginda, sudah menjadi tugas saya untuk melayani anda. Anda tidak pantas berbicara seperti itu." Jiang Fengmian tersenyum hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Yang Terlupakan
FantasyIa selalu menunggu, di sana di reruntuhan bangunan itu dan pohon pohon besar, ia berlindung dari dingin nya malam dan hujan. Seorang anak berusia 9 tahun, selalu menunggu janji seseorang yang berkata akan menjemput nya. Tetapi, setelah sekian lama...