07

472 75 18
                                    

Di ruangan arsip, Wei Changse tampak membaca sebuah gulungan hasil dari rekapan Qi Rong. Seseorang yang bertanggung mengurus arsip Kekaisaran.

"Sama sekali tidak ada petunjuk yang di tinggalkan oleh kakak. Alasan mengapa ia mengurung kakak ipar di Istana itu dan tidak pernah datang untuk melihat nya." Wei Changse memijat pangkal hidung nya.

"Baginda, apakah anda yakin bahwa Pangeran memiliki Mata Permata?" Qi Rong
"Selain Mata Permata, apakah ada sihir yang dapat membuat seseorang melihat Aura orang lain dengan akurat. Bahkan bukan hanya itu, ia mungkin dapat merasakan perasaan orang itu." Wei Changse

"Tetapi, dari catatan sejarah. Akhir dari pemilik Mata Permata tidak pernah baik." Qi Rong
"Kau benar.... Juga akhir akhir ini serangan bangsa Half Human semakin sering terjadi." Wei Changse

"Pasukan pasti mengalami kesulitan, mereka adalah suku yang dapat berbaur dengan baik di antara rakyat." Qi Rong

"Juga, aku tidak ingin memerangi mereka." Wei Changse tampak resah dan bingung.

"Baginda, saya akan mencari kembali di arsip arsip tua. Mungkin saja ada sesuatu yang bisa saya dapatkan." Qi Rong
"Aku mengandalkan mu." Wei Changse meninggalkan ruang arsip.

.+.

"Baginda! Ada masalah besar, Nona Sanren memaksa masuk kedalam kamar Pangeran." Dayang
"Apa?!" Wei Changse

Dengan tergesa gesa, Wei Changse menuju kamar Wei Wuxian. Di sana, ia melihat Wei Wuxian duduk di tepi ranjang dengan wajah menunduk. Lou QinYang tampak menepuk lembut pundak nya.

"Baginda..." Lou QinYang bangun dari duduk nya lalu menepi, memberi ruang bagi Wei Changse

"Kau ... Baik baik saja?" Wei Changse bertanya dengan hati hati. Wei Wuxian menggeleng
"Apa yang dia katakan kepada mu?" Wei Changse

"Papa bukan papa ku dan dia tidak sudi menjadi ibu ku." Wei Wuxian, Wei Changse meremas kuat jari jari tangan nya.

"Tapi, aku juga tidak mau papa menikah dengan nya." Wei Wuxian mendongak dan menatap Wei Wuxian

"Ia di kelilingi Aura keserakahan." Wei Wuxian
"Dia akan meminta banyak hal dan membuat papa pusing." Wei Wuxian

"Juga, orang lain mencoba untuk menekan papa menggunakan dia." Wei Wuxian

"Papa.. jangan menikah dengan nya.. nanti....huh..." Wei Wuxian bingung saat Wei Changse memeluk nya.

"Ya.. papa mengerti.. maafkan papa." Wei Changse
"Papa tidak bersalah." Wei Wuxian
"Papa bersalah karna tidak bisa menjaga mu." Wei Changse

"Dialah yang datang dengan tiba tiba. Papa tidak bersalah." Wei Wuxian
"Papa selalu baik dengan ku." Wei Wuxian mengelus kepala depan Wei Changse

"Rasa sakit, menjauhlah dari papa ku.. " seperti sebuah mantra. Saat Wei Wuxian menepuk lembut dahi Wei Changse. Rasa pening di kepalanya berangsur menghilang.

"Terimakasih.. Xian'er..." Wei Changse memeluk Wei Wuxian semakin erat.

.+.

Malam itu, setelah memastikan Wei Wuxian tidur dengan nyaman. Wei Changse kembali keruang kerja nya. Ia tampak dengan cepat menulis sebuah surat, dan memberikan cap stempel berwana merah.

"Antar ini kepada Cangse Sanren. Pastikan ia menerima nya secara langsung." Wei Changse
"Baik, Baginda." Jiang Fengmian membungkuk sopan dan menerima surat itu.

"Kau akan tau akibat bermain main dengan ku." Raut wajahnya tampak sangat marah.

.+.

Esok harinya setelah mendapat surat dari Wei Changse. Tuan Changse dengan Sanren tampak dengan langkah terburu buru menuju aula kerja Wei Changse. Kedua nya tampak berusaha tenang di balik kepanikan mereka.

Pangeran Yang Terlupakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang