"Xian'er... Apa kah paman bisa makan malam dengan mu?" Wei Changse memasuki kamar Wei Wuxian
"Em, tentu." Wei Wuxian mengangguk pelan. Namun, tiba tiba ia murung dan menunduk"Kenapa tiba tiba ekspresi nya berubah." Wei Changse sedikit mendekat.
"Apakah aku bisa lebih mendekat?" Wei Changse, Wei Wuxian mengangguk. Wei Changse pun lebih mendekat dan berlutut di depan Wei Wuxian yang tengah duduk di tepi ranjang.
"Apa ada yang membuat mu tidak nyaman?" Wei Changse bertanya pelan dengan lembut dan hati hati, Wei Wuxian melihat Wei Changse untuk sejenak dan mengangguk.
"Apakah aku bisa tau, hal apa yang membuat mu tidak nyaman?" Wei Changse
"Paman sedang marah." Wei Wuxian, Wei Changse tersentak"Api itu, berkobar dan terlihat sangat merah." Wei Wuxian terus melihat Wei Changse
"Juga...." Wei Wuxian dengan tangan kecil nya menyentuh kening Wei Changse"Paman merasa sakit di sini kan." Wei Wuxian, lagi lagi Wei Wuxian tersentak.
"Dia! Bagaimana dia bisa tau!" Wei Changse
"Kau benar.. paman sedang marah dan sedikit merasa pusing. Tetapi, paman tidak marah kepada mu." Wei Changse
"Aku tau..." Wei Wuxian"Kau tau?" Wei Changse, Wei Wuxian mengangguk
"Paman bertemu dengan lebih dari dua orang. Dan mereka semua mengeluarkan kebencian." Wei WuxianUntuk kekesekian kalinya, Wei Changse terkejut.
"Paman, mereka berbahaya, jangan terlalu dekat dengan mereka." Wei Wuxian melihat Wei Changse dengan serius.
"Terimakasih untuk nasihat mu. Sekarang, bagaimana jika kita makan lebih dulu? Kau sudah lapar kan?" Wei Changse"Iya.." Wei Wuxian mengangguk kecil, Wei Changse memperhatikan luka di kaki Wei Wuxian
"Jika kau tidak keberatan, apakah aku bisa menggendong mu?" Wei Changse"Em.." Wei Wuxian melihat Wei Changse untuk sesaat dan mengangguk. Wei Changse tersenyum dan menggendong Wei Wuxian dengan hati hati agar luka pada kaki nya tidak tertekan.
"Apa luka di kaki mu sudah menjadi lebih baik?" Wei Changse membawa Wei Wuxian meninggalkan kamar nya.
"Em, nona Lou merawat ku dengan baik. Aku suka dia." Wei Wuxian melihat Wei Changse, ia tampak meluk Wei Changse dengan kedua lengan kecil nya.
"Mengapa kau suka dia?" Wei Changse memasuki ruang makan, para pelayan membungkuk sopan kearah nya.
Ia menurunkan Wei Wuxian di dekat kursi utama.
"Karna ia mengeluarkan api yang lembut, juga cantik dan bersih." Wei Wuxian terkejut melihat seisi meja makan. Semua tampak mewah dan menggugah selera.
"Oh ya? Bagaimana rupa api nya?" Wei Changse
"Putih dan hangat." Wei Wuxian"Anak ini.. apakah ia dapat melihat Aura seseorang?" Wei Changse
"Lalu, bagaimana dengan milik ku?" Wei Changse
"Milik paman? Kadang berwarna merah kadang juga seperti sendok ini." Wei Wuxian menunjuk sendok emas di atas meja.
"Terkadang juga ada warna lain. Tetapi, itu bukan milik paman. Saat warna paman berubah, emosi paman juga begitu." Wei Wuxian"Dia.. jangan katakan jika ia memiliki mata Permata!" Wei Changse
"Baiklah, terimakasih sudah menjelaskan. Mari kita makan." Wei Changse, Wei Wuxian mengangguk. Ia tampak melihat seisi meja makan, tetapi tangan nya tidak juga menyentuh satu makanan pun.
"Mengapa kau tidak makan?" Wei Changse
"Bagaimana caranya memakan ini?" Wei Wuxian menunjuk sebuah lobster di atas meja.
"Pelayan akan membantu mu untuk membuka nya." Wei Changse
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Yang Terlupakan
FantasyIa selalu menunggu, di sana di reruntuhan bangunan itu dan pohon pohon besar, ia berlindung dari dingin nya malam dan hujan. Seorang anak berusia 9 tahun, selalu menunggu janji seseorang yang berkata akan menjemput nya. Tetapi, setelah sekian lama...