10. Setan kampret

8 0 0
                                    


Di pagi yang cerah ini justru sangat sial bagi Aurora. Masih saja pagi, tapi ia sudah mendapatkan hukuman berlari mengitari lapang hingga 10×.

Seperti biasa, dirinya selalu saja telat. Sudah memasang banyak alarm pun, rasanya tak mempan untuk membangunkan dirinya.

"Ck! Masih pagi udah sial aja," gerutu Aurora.

Masih dua putaran sudah membuat Aurora ngos-ngosan. "Tau gini, gue ga masuk."

Aurora berhenti sejenak untuk menetralkan nafasnya yang tak beraturan.

Kesialan apa lagi yang dia peroleh setelah ini. Terkadang jika pagi-pagi sudah mendapat kesialan bisa berlanjut lagi satu hari penuh. Seperti masih pembukaan aja udah sial pasti sampai penutupan sial juga, tapi ya ga semua sama seperti itu.

Aurora berlari mengitari lapangan yang ke 5. "Masih lima aja rasanya cape banget." Aurora masih terus berlari hingga mengitari lapangan yang ke 10.

Aurora duduk di tepi lapangan untuk menetralkan detak jantungnya. "Hush! Hush! Gini aja cape banget."

Dari kejauhan nampak Raihan sedang memperhatikan Aurora dengan tersenyum misterius.

"Ga ada kapok-kapoknya."

Sementara Aurora masih terus membasuh keringatnya yang terus menetes. "Tau gini sekalian aja gue ga masuk."

Raihan menghampiri Aurora yang masih duduk selonjoran di tepi lapangan. Aurora yang tau, memutarkan bola matanya malas.

"Manusia resek dateng," gumam Aurora.

"Ga ada kapok ya lo, suka di hukum gitu? Tanya Raihan dengan tersenyum simpul.

"Bukan urusan lo!" Ketus Aurora.

Raihan menggelengkan kepalanya dan menatap remeh ke arah Aurora. "Masih sok jago ya."

Aurora mengerutkan dahinya tak suka. "Ini masih pagi, kalau lo kesini cuma mau hina gue. Mending lo pergi aja!"

Raihan menatap heran ke Aurora. "Ck! Sana, pergi ke kelas. Hukuman lo udah selesai."

Aurora berdiri dan memperbaiki pakaian agar terlihat rapi kembali. "Gue tau." Aurora pergi begitu saja, meninggalkan Raihan yang terus menatapnya.

Kini Aurora di sudut kantin, menikmati sarapan paginya. Aurora seperti tak peduli pelajaran, ia mementingkan perutnya yang meronta-ronta minta di isi.

"Andai aja gue bisa sarapan di rumah, kayak dulu," gumamnya.

Makan sendiri, semuanya sendiri itu juga ga enak.

Raihan yang sedang berkeliaran di sekitar kantin pun melihat Aurora yang sendirian di sudut. Dengan insiatif yang mungkin memuakkan, Raihan melangkah mendekat Aurora.

"Woe masih pagi, lo udah makan aja," ucap Raihan yang ikut duduk di hadapan Aurora.

Seketika membuat Aurora muak. "Lo kenapa di sini?" Tanya Aurora yang tak suka.

"Suka-suka gue."

"Pergi!"

Raihan mendengus kesal. "Masih pagi udah bolos kelas aja lo."

"Ngaca!"

"Ck! Gue osis yang masih berpatroli."

"Masa bodoh."

"Lo ga makan apa dirumah? Masih pagi udah makan di kantin kayak orang kelaparan," ucap Raihan dengan mata memincing.

"Bukan urusan lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang