2. Sialan

66 39 47
                                    

"Kesalahan ku, Ya aku yang menanggung. Jangan melibatkan orang lain untuk pancingan. Aku tak pernah lari dari tanggung jawab."

- Aurora Faizah Khandra.

KRING!!

Alarm berbunyi dengan nyaring. Bukannya bangun, dan bergegas mandi. Justru Aurora hanya mematikan alarm itu.

"Enghh!" lenguhan Aurora saat baru saja membuka matanya.

Setelah mematikan alarm. Aurora pun melanjutkan tidurnya.

Beberapa menit kemudian alarm berbunyi kembali.

KRING!!
KRING!!

"Ck! Berisik."

Aurora kesal karna mendengar bunyi alarm yang sangat berisik.

Aurora menggeliat tak nyaman dalam tidurnya. Dia mulai tersadar sedikit demi sedikit.

Saat Aurora mulai menyadari, dia langsung melotot dan berteriak histeris.

"ARGH!! INI HARI SENIN," teriak Aurora yang sangat panik.

Aurora langsung masuk kedalam kamar mandi, setelah itu bersiap-siap berangkat sekolah.

Kalau makan pagi, sudah pasti Aurora tidak pernah melakukannya sejak tinggal sendiri dirumah ini.

Ini hari senin, kalau dia telat. Bisa dihukum habis-habisan. Apalagi kalau hari senin harus datang lebih pagi karna ada upacara rutin.

Bisa-bisa hari ini Aurora akan mendapatkan hukuman.

Dengan kecepatan tinggi Aurora mengendarai motornya menuju sekolah.

Sesampainya di sekolah. Gerbang tinggi itu sudah tertutup sangat rapat.

Mampus!!

Kegiatan upacara bendera pun sudah dimulai. Dia benar-benar akan dihukum lari lapangan ini.

"Sialan."

"Telat ya lo?" tanya siswa berandalan itu.

"Pakek tanya lo," ketus Aurora.

"Basa---"

"Basi."

"Jutek banget sih lo," ucap siswa berandalan itu. Dia bernama Celo.

"Biarin."

"Ayo masuk lewat gerbang belakang," ajak Celo.

"Ogah, gerbang disitu lebih tinggi dari pada gerbang ini," ucap Aurora yang menunjuk gerbang yang tertutup itu.

"Udah ikut aja," ajak Celo.

Aurora pun pasrah, dan mengikuti langkah Celo dari belakang.

"Ini tinggi banget, lo jangan gila.." ucap Aurora saat sudah berada di depan gerbang belakang sekolahnya itu.

Celo langsung menghela nafas yang berat. "Lo mikir kalau gue bakal ngajak manjat?"

"Iyalah, terus ngapain lo ngajak gue kesini, kalau ga ngajak manjat?" ucap Aurora.

"Bodoh."

"Sialan lo," umpat Aurora.

Celo mengangkat jari telunjuknya, dan mengarahkannya pada sebuah pintu kecil yang berada di tembok. "Lihat itu."

Aurora pun mengikuti arah jari telunjuk Celo. "Apa itu?" Aurora bingung, sebenarnya apa yang dimaksud Celo ini.

Celo tersenyum tipis. "Itu pintu."

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang