8. Keluh kesah Aurora

52 27 54
                                    


Sesuai rencananya kemarin, hari ini Aurora mengunjungi ibunya beserta keluarga barunya.

Kini Aurora tengah berada di rumah megah dari ibunya.

Langkah Aurora tertahan saat melihat bocah mungil yang menghampirinya.

Mata lebar bocah mungil itu sama persis seperti miliknya, Aurora benci itu.

"Kakak-kakak," panggil bocah itu dengan menarik-narik ujung baju Aurora.

Aurora melewati bocah itu tanpa mempedulikannya. Seolah bocah itu tak kasat mata.

"Aurora," tegur ibunya dengan sangat lembut.

Aurora berjalan menghampiri ibunya dan memeluknya. Aurora sangat merindukan pelukan hangat ini, sudah lama ia tak merasakannya.

"Sudah satu tahun kamu tidak kesini, sayang," ucap ibu Aurora yang bernama Winda.

Aurora tersenyum kecut. "Ibu bahagia kan? Jika aku tak berkunjung di sini."

Winda menggelengkan kepalaku dengan cepat. "Apa yang kamu katakan Aurora? Ibu tak sepenuhnya itu."

Aurora memandang remeh ibunya. "Nyatanya ibu sibuk dengan keluarga baru ibu," ketusnya.

"Tidak seperti itu, sayang. Ibu beberapa bulan ini repot merawat adik mu yang masih kecil," ucap Winda yang mencoba memberi pengertian pada putri sulung ini.

"Dia bukan adik ku," sakit Aurora yang tak terima.

"Aurora, bagaimana pun Airin tetap adik mu," balas Winda.

"Aku tak sudi."

"Aurora ibu sangat menya-"

"Bohong," sela Aurora yang naik pitam.

"Aurora, kamu tetap putri ibu," ucap Winda.

"Omong kosong, nyatanya selama dua tahun ini, ibu kemana? IBU KEMANA?!" Emosi Aurora sudah tak bisa di kendalikan.

Winda merintihkan air matanya.

"Ibu dimana? Saat Aurora lagi hancur, ibu dimana? Saat penyakit Aurora kambuh, ibu dimana? Saat Aurora takut petir, ibu dimana? Saat Aurora nangis karna ibu tinggal, IBU DIMANA?!" Emosi Aurora sudah semakin menjadi, tangisnya sudah pecah. Sakit, itulah yang ia rasakan.

Perpisahan kedua orangtuanya yang terjadi tiga tahun lalu, sangatlah menyiksa Aurora.

Memang benar, perpisahan kedua orang tua sangatlah berdampak bagi anaknya.

Setelah satu tahun perpisahan Winda memilih untuk menikah lagi. Hal ini yang membuat Aurora semakin terpuruk. Ibunya menikah lagi dan membiarkan dirinya hidup sebatang kara.

"Sayang, kamu salah faham," ucap Winda.

"Salah faham? Itu nyata bu. Ibu bahagia sama keluarga baru ibu, sampai lupa kalau masih punya Aurora," ucap Aurora yang terdengar sangat menyayat hati.

Sementara bocah imut itu hanya diam sambil melihat kedua orang dewasa itu berbicara.

"Ada tamu ya?" Tanya suami Winda yang baru saja memasuki rumah. Suami Winda bernama Thomas.

Aurora tersenyum ramah ke arah Thomas. "Oh, hai perusak," sapa Aurora yang setengah menyindir.

Thomas sedikit terkejut oleh ucapan Aurora. Namun, Winda mengedipkan sebelah matanya, sebagai kode agar tak usah di masukkan ke hati.

"Aurora, lama ya kamu tidak kesini," ucap Thomas yang basa-basi.

"Iya, Aurora sibuk buat kartu keluarga baru," balas Aurora.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang