RIVAL >⁹<

5.5K 234 14
                                    

Typo tandai!

.
.
.
.
.

Keesokan paginya... Ketika Leo bangun dari tidur, dia menoleh kesamping dan mendapati Gavin yang tertidur dengan wajah pucat.

"Vin! Lo kenapa?" Tanya Leo sedikit khawatir melihat kondisi Gavin. Ia mengecek suhu tubuh nya dan Panas.

Leo cepat-cepat bangun dan masuk kekamar mandi mencuci wajah, dan menemukan sikat gigi baru lantas memakainya.

Keluar kamar mandi dengan segar. Untung saja pakaian Leo masih bersih.

Berjalan mengendap menuju lantai dasar. Leo tidak melihat pekerja rumah yang waktu itu. Ia berkeliling mencari dapur dan ketemu.

Sedikit kaku, Leo membuat bubur dan minuman hangat untuk Gavin. Leo gak khawatir cuma kasian aja.

Sekitar 15 menit didapur. Leo kembali menuju kamar Gavin dengan satu mangkuk terisi bubur ditangan kanan dan segelas minuman ditangan kiri.

Cklek

"Setan!" Kaget Leo. Hampir saja dia melempar bubur kearah pintu yang sudah terbuka dari dalam.

"Ngapain Lo bangun? Lo kan lagi sakit, sana tidur lagi!" Titah Leo. Ia mendorong kaki Gavin menggunakan kakinya. Tangannya kan penuh.

Gavin menurut lalu kembali berbaring ditempat tidur. Leo ikut duduk disampingnya.

"Lo mau gak?"

"Apa?" Tanya Gavin dengan suara serak.

"Bubur lah, eh tapi jangan! Lo makan bubur buatan bibi bibi yang waktu itu aja."

Emang gak ada akhlak Leo. Dia sendiri kan membuat bubur untuk Gavin. Tapi malah dia juga yang makan.

"L-leo?" Panggil Gavin pelan.

Leo menggeleng. "Gak boleh! Lo kalo mau buat aja sendiri, ini punya gue!" Tolak Leo.

Gavin menatap datar Leo. Disini kan dia yang sakit, bukannya itu bubur untuknya? Kenapa malah dimakan oleh Leo.

"Katanya buat gue? Kok Lo makan?" Tanya Gavin.

"Gak jadi! Ternyata gue jago juga ya bikin bubur." Bangganya.

Pipi Leo menggembung karena bubur didalam mulutnya. Gemes banget heran. Gavin menggigit bibirnya menahan gemas. Dasar bucin.

Gavin ikut duduk diatas kasur. Pasti enak? Pikirannya menatap Leo yang sedang makan.

"Gue mau."

Leo menoleh ketika mendengar suara Gavin. Leo menyodorkan sendok yang terisi bubur kehadapan Gavin.

"Umm.. enak juga." Pikir Gavin.

Lalu Gavin menatap Leo.

"Gue mau itu." Permintaan Gavin membuat Leo mengangkat kepalanya.

"Mau apa?" Tanya Leo.

"Mau itu, hehe.."

Leo menggeleng. "Ihh, Lo lagi sakit, kalo udah sembuh baru boleh, gue kasih izin dengan senang hati. Tapi nanti kalo Lo udah sembuh." Ucap Leo langsung. Tanpa pikir panjang terlebih dahulu.

Gavin menyeringai, dia harus segera sembuh kalo gitu.

"Oke."

><><><

Sudah dua hari Gavin sakit, sekarang pemuda itu sudah sehat kembali.

Dua hari terakhir ini Leo selalu ada bersamanya. Bi Ara pekerja rumah Gavin sudah kembali, Bia Ara membuatkan Gavin bubur seperti ucapan Leo waktu itu.

Dua hari itu juga teman-teman Gavin datang menjenguknya. Bahkan teman Leo ikut datang. Mereka membawa buah tangan untuknya.

Hari ini Gavin akan menagih sesuatu dari Leo. Tapi dari pagi hingga malam pemuda itu sama sekali tidak ada kabar. Bahkan Gavin sudah beberapa kali menghubunginya tapi sama sekali tidak ada jawaban.

Leo menelponnya balik? Jangan harap, pemuda itu tidak akan melakukan panggilan lebih dulu apalagi kepada Gavin.

"Besok aja deh." Gavin kembali masuk kedalam kamarnya. Dia akan tertidur cepat supaya cepat pagi.

Di lain tempat, pemuda yang Gavin cari tengah tertawa terbahak-bahak disebuah warung kecil bersama bocah-bocah penunggu disana.

"Pengalaman terburuk yang pernah Lo alamin apa?" Tanya Leo.

Bocah bergigi satu didepan menjawab. "Gue digebukin bapak karena ngambil sarung keramatnya."

"Sarung keramat?"

Mereka berdiam sebelum melotot kaget. "Jancok! Hahah.. terus gimana! Lo mau metong kah?" Tanya bocah yang lainnya.

"Hampir njing! Untung ada Ibu gue yang langsung bawa gue pergi." Mengingatnya membuat bocah gigi satu didepan itu meringis.

"Ganas banget bapak si Asep." Seru Leo.

Asep bocah gigi satu hanya mengangguk. Bapak nya emang ganas, tapi kalo lagi berhadapan sama ibunya langsung lembek.

Leo bersama bocah disana nongkrong sampai jam 10 malam. Dia pamit pulang dan menyuruh mereka juga untuk pulang.

Tidak tahu saja Leo, bocah-bocah itu selalu pulang jam 12 malam. Kalo belum ada salah satu emak mereka datang sambil bawa golok. Mana mungkin mereka mau balik.

Contohnya si Asep. Dia mau jadi korban gorokan ibunya sendiri. Untung saja waktu itu ada seoarang bapak-bapak lewat dan langsung saja melerainya.

Tapi bocah itu sama sekali tidak kapok. Mana makin ngelunjak lagi.

%\|=[]<>{}


Haduhh gajelas bangett [cry]

RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang