Seorang gadis berjalan di lorong sepi nan kosong, membuat echo disetiap langkah kakinya. Jam sekolah yang telah usai beberapa waktu lalu membuat semua siswa bergegas meninggalkan gedung sekolah.
"Hhhhmm..." perempuan ini merenggangkan tubuhnya yang lelah setelah membereskan beberapa buku di perpustakaan tadi.
Dia menuju kelas untuk mengambil tasnya dan segera pulang, namun dentingan piano itu mengurungkan niatnya.
Siapa?. Batinnya penasaran. Dia perlahan mendekati ruang musik, menggeser perlahan pintu ruang tersebut dan mendapati sosok lelaki yang sedang menikmati permainannya tersebut. Itu..Jimin?? Anak itu bisa bermain piano?! Kukira dia hanya seorang lelaki bertipe nerd yang hanya suka berkutat dengan buku-buku tebalnya saja.
"Bukankah tidak sopan mengintip orang, Rin?" tanpa kesadarannya -Rin, Kang Sae Rin- Jimin sudah menghentikkan permainannya itu dan sedang menatapnya tajam.
Rin yang kaget tidak punya pilihan lain selain membuka pintu itu dan menunjukkan dirinya.
"Ahh...emm, tadi aku lewat dan mendengar alunan piano, aku penasaran makannya aku-" Rin tidak menyelesaikan penjelasannya itu, karena Jimin yang bangkit melewatinya begitu saja. Dih! Pantas saja dia dibilang cowok cold-hearted.
Rin yang ingin menghentikkan Jimin, hanya melongo ketika dia membalikkan badannya dan anak itu sudah tidak ada disana. Rin yang masih bingung dan kesal hanya melanjutkan langkahnya kembali menuju kelas dan segera pulang.
Setelah mengambil tasnya, Rin segera turun menuju gerbang sekolah. Secara kebetulan, dia melihat Jimin yang hendak menaiki sepeda hitamnya.
Seketika angin berhembus lembut dari samping Rin, menyentuh rambutnya, dan membawa aroma tubuhnya itu. Jimin yang jaraknya beberapa meter dari Rin, terkena imbas angin yang membawa aroma tubuh Rin -Harum- . Entah kenapa respon tubuh Jimin berbeda, tubuhnya bergidik. Jimin yang menyadari keanehannya itu, segera menaiki sepedanya dan menggoes secepat mungkin, meninggalkan tempat itu. Dia melewati Rin tanpa mau menatapnya, Rin yang dilewati Jimin hanya menatap penuh arti.
"SIAL!" Jimin melempar tasnya ke tempat tidurnya. Dia begegas pergi ke kamar mandi berdiri didepan wstafel, menunduk enggan melihat ke cermin. Tapi tetap saja, ototnya menegakkan lehernya.
Dia menatap geram pada cermin itu, tangannya semakin memegang erat bibir wastafel ketika perlahan rambut hitamnya berubah merah. Dia memejamkan mata pekatnya, dan saat membuka kelopaknya, mata merahnyalah yang ada. Dia membuka mulutnya, gigi taringnya menajam. Kulitnya pun memucat.
Tenang...tenang...tenang. Jimin berusaha menenangkan dirinya sendiri, sebelum menjadi tak terkendali. Dia membuka keran membasuh wajahnya, mengeringkannya dengan handuk. Cermin didepannya sudah memantulkan dirinya yang normal. Dia pun bernafas lega, melangkah keluar dan merubuhkan dirinya dikasur.
Ada apa ini? Kenapa akhir-akhir ini aku cepat sekali berubah? Aku tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Hair
ФанфикJangan mencoba untuk mendekatiku. Bila aku mulai tertarik padamu, bencanalah bagimu. Karena ketika aku memerah, aku bukanlah lagi sosok yang kau kenal. Tapi kenapa? Setelah kau mengetahui semuanya, kau tak kunjung menjauh. [Terinspirasi dari Harry P...