Kaki itu tergesa-gesa berlari menembus hutan. Sorot matanya yang tak tenang, fokus menatap jauh ke depan tanpa mau menoleh ke belakang. Pencahayaan redup dari bulan malam ini tak menghadangnya untuk lebih cepat bergerak. Padahal malam begitu gelap apalagi di hutan seperti ini, namun entah kenapa matanya dapat melihat dengan baik sekali.
Entah sudah seberapa jauh ia berlari meninggalkan Jhope disana, bukan secara tidak sengaja. Nyatanya dia memang sengaja melarikan diri, atau lebih tepatnya seseorang menyuruhnya. Rin pun sedikit terkejut padanya, dia membantu Rin dengan membuat sebuah fatamorgana kucing hutan yang lumayan besar. Selagi Jhope mengecek ada atau tidaknya bangkai kucing itu, dia -Rin-menggunakan kesempatan itu untuk kabur lari masuk ke hutan.
Dirasa sudah cukup jauh, Rin memelankan lajunya dan berjalan lebih santai sembari mengambil oksigen yang melingkupinya.
"Rin.." suara itu membuat dirinya langsung menghampiri makhluk yang memanggilnya itu di dekat pohon tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia pun menyandar dan memejamkan matanya. Lelaki yang menyuruh dan membantu cara Rin untuk melarikan diri ini langsung saja menarik tangan Rin sekali sentakkan.
"Tunggu dulu!" Rin menarik tangannya. Menatap lelaki itu tajam seakan-akan lelaki itu bersalah. "Kenapa kau melakukkan ini padaku?"
Lelaki itu tak menggubrisnya, dia memilih bungkam dan menyeret gadis itu kembali untuk diserahkan kepada Kim.
"Jawab Suga!" Rin meronta berusaha melepaskan genggaman Suga pada pergelangan tangannya. Semakin dia meronta semakin sakit rasanya hingga akhirnya dia berhenti dan membuat Suga ikut berhenti. Keduanya terdiam, hanya sengalan nafas Rin yang menderu. Terkadang angin ikut memecah hening diantara mereka. "Aku tau...kau tidak merubahku. Tapi ini sangat sakit tau, ini menyiksaku. Kau menyiksaku."
Suga menatap Rin dengan sendu namun tetap kelam. Merasa bersalah? Tidak. Suga melakukkan itu tidak tanpa alasan. "Pernahkah kau berpikir, aku melakukkan itu untuk melindungimu?"
Rin tertunduk, diam dalam bisu. Saat Suga semakin mendekatinya pun dia masih terdiam. Saat Suga menyudutkannya ke pohon pun dia enggan membuka mulutnya. Saat Suga menyingkirkan rambutnya yang tergerai di bahu kirinya dia mendongak menatapnya lembut. Suga mendekatkan wajahnya pada lekuk leher Rin. Rin memejamkan kedua matanya dan menggigit bibirnya menahan sakit dari tembusan kedua taring milik Suga.
"S-suga..akh- sa..kit.." tanpa sadar Rin tengah meremas baju Suga dengan keras menandakan seberapa sakitnya tembusan itu. Saat Suga memasukkan cairannya bukan menghisap darahnya. Cairan kali ini bukanlah cairan imunitas, cairan yang ini adalah cairan yang akan membuat Rin memejamkan matanya. Remasan itu melonggar, tubuh itu jatuh lemas begitu saja dalam rengkuhan lengan Suga.
Haruskah aku meminta maaf Rin?
Suga langsung membawa Rin menuju tempat dimana dia, Kim, dan Jin berada. Tempat kosong di dalam hutan yang jarang sekali orang lewati. Tempat dimana jauh dari kata ramai dan berisik. Hanya suara hewan malam dan terpaan angin pada dedaunan. Dia merebahkan Rin disebuah meja kayu disana. Jin yang berada di luar langsung masuk setelah melihat kedatangan Suga. Kim yang terduduk hanya menatapnya lekat dan tersnyum sinis.
"Apa dia terlalu lelah atau mengantuk?" Jin memandangi wajah Rin seksama. Kim yang hanya terduduk tak peduli keadaan Rin bagaimana. Dia berdiri mengambil ember yang berisikan air hujan yang jatuh dari salah satu langit-langit bolong disana dan membanjurkannya dengan kasar pada tubuh yang terbaring itu membuat gadis itu langsung terperanjat bangun dengan terbatuk-batuk.
"Haruskah kau bangunkannnya dengan cara seperti itu?" sinis Suga sebelum dia meleos menyandarkan tubuhnya pada dinding lembab bangunan itu.
Jin membuka jaketnya dan memberikannya pada Rin. Kim tak peduli perlakuannya kasar atau tidak. Dia hanya mementingkan urusannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Hair
FanfictionJangan mencoba untuk mendekatiku. Bila aku mulai tertarik padamu, bencanalah bagimu. Karena ketika aku memerah, aku bukanlah lagi sosok yang kau kenal. Tapi kenapa? Setelah kau mengetahui semuanya, kau tak kunjung menjauh. [Terinspirasi dari Harry P...