Part 3

6.7K 946 23
                                    

Rin terbangun, dia merasakan sakit diseluruh tubuhnya. Dia pun bangkit dan menyadari bahwa dia tergeletak di lantai sedari malam. Dia berusaha bangun menyeimbangkan tubuhnya yang masih goyah, dan berlari ke kamar mandi. Dia membuka kasar pintu kamar mandinya hingga benturan keras memekik.

"ARGH!" Rin memukul cermin yang memperlihatkan wajahnya yang kusut dan pucat, dia berteriak kesal saat melihat dua titik bekas taring dilehernya, kakinya pun mulai lemas saat dia melihat tanda yang serupa pada kedua pergelangan tangannya, hingga dia terjatuh dan tangisnya pecah.

Tidak Rin, kau tidak boleh selemah ini. Sekarang bangkit dan lakukkanlah apa yang mereka mau sekali pun itu Jimin! Tak peduli!. Rin bangkit membersihkan dirinya dan bersiap ke sekolah, tak lupa dia mengambil tiga plester dari kotak obatnya. Rin pun mengambil gelas dan menuangkan susu putih dingin kedalamnya, dia menengguk habis susu itu dan pergi menggoes sepedanya.

Kejadian tadi malam, membuatnya harus lebih waspada dan berhati-hati. Mereka, bisa datang kapan saja dan dimana saja.

Rin memarkirkan sepedanya dan seperti biasa berjalan menuju ruang loker. Rasa kesal, dan sakitnya seketika hilang saat melihat sosok itu. Jimin seperti bunga dipadang tandus. Membuat hatinya senang ditengah keadaannya yang buruk. Jimin aku datang! Eh..maksudku lokerku.

"Hai ! Pagi Jim!" seru Rin sambil membuka lokernya. "Kau flu Jim?"

Jimin? Dia tak menoleh sedikitpun, dia hanya menutup lokernya dan pergi. Rin yang melihat kebiasaan itu tak membuatnya putus asa, jadi setelah mengambil beberapa keperluannya, dia menyusul langkah Jimin.

"Kau cepat sekali Jim, tak sabaran sekali.." keluhan Rin pun tetap tak digubrisnya. Dih, sepertinya bila dia melihat aku terlindas kereta tetap akan seperti inikah? Yang benar saja, dasar cold–hearted hiehh.

Jimin yang tentu bisa membaca pikiran, mengetahui apa yang baru saja Rin pikirkan. Dan itu hampir membuat senyumannya lolos begitu saja.

"Kau flu Jim?" untuk kedua kalinya Rin melontarkan kalimat tanya itu, ya, Jimin memakai masker hari ini.

Perempuan ini manusia apa permen sih?! Kupakai masker pun tetap saja menyengat, sial!. Umpat Jimin tak habis pikir. Jimin berusaha menahan dirinya dan semakin merekatkan maskernya. Seketika dia terlonjak kaget karena punggung tangan Rin yang tiba-tiba saja menempel dikeningnya.

"Kau tidak demam, hmm. Kau memakai masker karena sakit, menghindari asap, atau mencari perhatian Jim?" tanya Rin. "Yak! Jangan pergi begitu saja, aku sedang berbicara denganmu Jim!"

Jimin semakin mempercepat langkahnya, sentuhan Rin yang tadi seperti mempengaruhinya. Lagi-lagi dan lagi, Jimin menghentikkan langkahnya karena Rin yang menghadangnya. Jimin berusaha menghindarinya dengan hendak berjalan kesisi kanan, tapi Rin menghadangnya juga, dia pun hendak kesisi kiri, Rin tetap menghadangnya juga. Bisa saja dia menggunakan kekuatanya, tapi ini bukan lingkungannya.

APAAN SIH DIA INI?! DIA TAK SADAR APA, DIA MEMBUATKU KELELAHAN?!

Jimin membuka maskernya, dia yang sudah dibuat kesal ingin membentak Rin tak peduli nantinya banyak orang yang memperhatikan mereka. Namun semua itu diurungkan Jimin, saat dia menatap wajah Rin dan melihat ketiga plester menempel lekat ditubuh Rin. Dua dipergelangan tangan dan satunya dileher.

"Ada apa denganmu?" tanya Jimin dengan spontan tanpa babibu pada Rin.

Dia sakit?? Pucat sekali, dia berantakkan, dia terlihat lesu! Yang benar saja, sebaiknya jangan bersekolah bukan? Dan, apa itu? Tiga plester melekat dikedua pergelangan dan lehernya? Ada apa dengannya?! Eh tapi..

"Hah?" tentu Rin kaget karena Jimin yang dingin menanyakan hal seperti itu.

..apa peduliku? Jimin kenapa kau bisa menanyakan hal seperti itu?! Ada apa denganmu? Aisshh.

Red HairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang