Part 7

5.8K 809 27
                                    

Ada, namun tak nampak. Tak ada yang tau pasti dimana kota itu berada. Perwujudan miniatur dunia didalamnya. Ada yang bilang terletak disekitar Benua Eropa. Ada yang bilang dekat dengan Negara Yunani. Ada yang bilang terletak ditengah pusat dunia. Semua pikiran mereka salah. Sebagian manusia hanya mempercayainya sebagai mitos atau legenda kuno. Salah. Kota ini ada pada dimensi yang sama. Tapi astmosfer yang berbeda. Dunia dalam dunia. Ada tapi tak ada. Bila ingin pergi kesana hanya ada satu cara. Kereta api di stasiun tua yang datang pk 00:01. Tunggulah maka kau akan menginjakkan kakimu ditanah dimana semua hal yang dianggap mustahil tak berlaku lagi disana. Itulah Kota Luminous.

Rin terduduk disebrang Jhope. Mereka sedang makan malam saat ini. Kejadian tadi pagi masih saja membuatnya penasaran. Beberapa kali dia bertanya, masih saja Jhope abaikan. Bila begini terus dia mungkin akan mati penasaran. Dan ruhnya bersih kukuh menghantui Jhope untuk meminta penjelasan. Ayolah tak mungkin bukan?

"Ekhm.." Rin mendehemkan tenggorokannya namun Jhope tetap makan sembari memainkan ponselnya. "Mm..bukankah kalian makan sesuatu yang berbeda seperti kami? Kalian makan dengan cara menggigit dan meng-" Rin tak melanjutkan lagi semuanya karena Jhope yang menatapnya dengan tatapan yang bisa membuat semua orang ingin cepat-cepat pergi darisana. "Maaf."

Jhope menyimpan ponselnya, menghenntikan kegiatan makannya. "Memang seperti itu pada dasarnya. Kau ingin aku menunjukkannya padamu?"

Rin seketika bermuka pucat. Rasa-rasanya jantungnya terhenyak hebat.

"Kkkk, aku hanya bercanda" Jhope terkekeh melihat ekspresi Rin yang menurutnya konyol. "Tergantung."

"Maksudmu?" Rin sangat serius ingin mengetahui ini.

"Ada yang memang meminum darah hanya dalam keadaan dimana kami benar-benar nafsu. Dan biasanya nafsu itu bangkit bila keadaannya tak terkendali. Marah, sedih, kesal, atau apapun yang membuatnya kacau. Disini darah berperan sebagai minuman beralkohol yang mampu meredam emosi namun tak menjernihkan pikiran. Darah itu seperti zat gizi dan nutrisi bagi kami. Keluarga Jimin rutin berburu untuk memenuhi nutrisi mereka. Mereka memburu hewan walaupun memang darah manusia terasa lebih lezat," Jhope menyunggingkan senyumnya pada Rin. "Dan yang ketiga, walaupun darah manusia berasa lebih enak, darah kalian bisa menjadi sangat berbahaya. Kami bisa saja tak dapat menahan aroma darah kalian yang membuatnya ingin mencicipi. Dan bila satu tetes saja darah kalian kami hisap, kami sukar sekali melepasnya. Kami meminum hingga kalian mati. Ada pilihan sebenarnya, merubah kalian atau membiarkan kalian mati."

Penjelasan Jhope membuat Rin berpikir dan membayangkan semuanya. Dia benar-benar tertarik dengan penuturan lelaki itu. Aneh memang, seharusnya dia merasa terancam. "Lalu kenapa kau makan ini?" nyatanya dia masih saja belum puas.

"Aku sudah mampu menahan nafsuku. Dan kau tau? Itu dibutuhkan latihan yang sangat menyiksa. Vampire-vampire muda lebih tak bisa menahan emosi mereka. Maka dari itu sangat berbahaya. Tahap awal akademi jalan yang terbaik."

"Akademi?"

"Yap. Kami dididik, dan belajar disana. Kami harus bisa mengendalikan emosi dan kekuatan kami. Dan itu tiket yang sangat penting bila kami berkeinginan besar menginjak tanah bumi yang sama dengan kalian. Kami berkeinginan besar mempelajari apa yang kalian pelajari diluar sini. Itu hal yang menarik bagi kami. Jujur dunia kalian menyenangkan dan penuh kejutan."

"Dunia kalian suram dan kelam" ledek Rin menahan tawanya. Mebuat Jhope menatapnya menyebalkan. "Aku selesai."

Rin beranjak membawa peralatan makannya. Langkahnya harus terhenti saat Jhope mengatakan sesuatu yang membuat dirinya mengingat mereka kembali. "Bila ketiga vampire yang menggigitmu itu sedang dalam keadaan tidak beremosi dan bernafsu itu berarti mereka memang ingin menyiksamu nona."

Red HairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang