Untuk mencapai toilet, Natalie perlu melewati koridor yang sepi. Di sana, dia dengan sengaja melepas stiletto-nya, lalu bersandar ke dinding dan menghela napas dengan lelah.
“Kau tahu? Ini sangat menyakitkan,” keluhnya.
Bryan menunduk, memerhatikan ujung jari Natalie yang lecet-lecet. Kaki indah itu terlihat menyedihkan karena dipenuhi merah-merah di ujung jari dan tumitnya.
“Menjadi wanita tidak pernah mudah,” kata Natalie. Bryan hanya diam dengan pikiran berkabut. Dia mengamati tubuh wanita itu dari atas ke bawah.
Daya pikat tubuh Natalie begitu kuat. Bryan tidak bisa tidak tergoda. Dia bukan Dante yang bisa mengabaikan wanita secantik dan seseksi itu tanpa tergiur.
“Apa kau memiliki salep atau sesuatu?” Natalie bertanya.
“Tidak. Kami tidak pernah membawa hal-hal seperti itu." Bryan menggeleng.
Ekspresi wajah Natalie menjadi cemberut. Dia membungkuk hingga belahan dadanya yang sempit terlihat dari depan. Tangannya mengusap-usap ujung jari kakinya. “Aku tidak sanggup berjalan lagi.”
“Biarkan aku membantumu.” Bryan menyeringai. Dia menarik Natalie berdiri lalu memapahnya ke toilet.
Natalie mengangkat sudut bibirnya penuh makna. Dia memeluk pinggang Bryan yang kokoh untuk menggodanya. Pria itu memiliki pikiran buruk padanya, maka dia tidak perlu ragu untuk mengorbankannya.
“Tunggu di sini,” kata Natalie setelah mereka tiba di luar toilet wanita.
“Kenapa kau tidak membiarkanku masuk? Ini sepi.”
Natalie menunjukkan ekspresi ragu. Bryan tiba-tiba menariknya masuk. Benar, tidak ada siapa pun di dalam toilet. Pria itu tiba-tiba mendorongnya ke wastafel.
“Apa yang kau lakukan?” Natalie bertanya tanpa cemas.
Bryan membungkukkan tubuh Natalie menghadap wastafel. Belahan dadanya terlihat jelas di cermin di hadapan mereka. Dia menahan kedua tangan wanita itu di belakang.
“Nona Smith, Tuan Vittorio tidak pernah jatuh cinta dengan siapa pun.”
“Lalu? Apa kau pikir aku berharap dia akan mencintaiku?” Natalie bertanya sambil menatap pria seumurannya itu dari cermin. Dia tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya.
“Bitch.” Bryan tertawa lalu mencium leher Natalie. Dia mengerang menggoda, membuat Bryan semakin berani. Pria itu memutar tubuh Natalie lalu mencium bibirnya dengan rakus.
Natalie perlahan memutar posisi mereka hingga Bryanlah yang membelakangi wastafel. Tangannya diam-diam meraih vas keramik yang ada di pinggiran wastafel. Matanya berkilat dengan cahaya dingin.
“Excuse me,” Natalie berbisik. Sebelum Bryan dapat bereaksi, dia langsung memukul kepala bagian belakangnya menggunakan vas keramik itu dengan kuat. Kedua mata pria itu melebar sebelum akhirnya jatuh pingsan.
“Sorry,” Natalie bergumam dengan wajah datar. Dia meludah lalu mengusap bibirnya dengan kasar.
Metode Natalie mungkin menjijikkan, tapi dia tidak memiliki jalan lain yang lebih cepat dan efektif. Setelah itu, dia segera melucuti jas Bryan dan memakainya untuk menutupi dressnya.
Dia menyeret tubuh pria itu ke sudut, lalu segera berlari keluar dari toilet tanpa menggunakan alas kaki. Jantungnya berdetak cepat.
Natalie melihat ke kanan dan kiri sambil terus berlari. Arah yang dia ambil adalah tangga darurat yang sepi. Seorang petugas keamanan menghentikannya di sana.
“Nona, apa yang salah?” tanya petugas keamanan bertubuh gempal.
Penampilan Natalie saat itu tidak biasa. Dia berlarian seperti sedang dikejar seseorang. Kakinya telanjang dan penuh lecet-lecet. Petugas keamanan itu waspada terdapat tindak kejahatan di sana.
“Sir, seseorang mencoba melecehkanku. Aku harus cepat pergi sebelum dia mengejarku. Tolong jangan katakan kalau kau pernah melihatku!” pinta Natalie dengan ekspresi ketakutan.
“Nona, di mana dia dan seperti apa orangnya? Lebih baik kau … Nona, tunggu!”
Natalie tidak peduli dengan petugas keamanan itu. Dia masuk ke tangga darurat dan segera berlari turun. Langkahnya begitu cepat hingga dia berkali-kali hampir jatuh. Dadanya sesak dan tersengal-sengal, tapi dia terus memaksakan langkahnya.
Sesampainya di lantai bawah, dia memegang dinding dengan lemas. Wajahnya sudah pucat. Dia merasa akan segera meraih kebebasan dan itu membuatnya semakin bersemangat.
“Bertahanlah, Natalie. Setelah ini kau tidak perlu lagi terlibat dengan orang-orang keji itu,” gumamnya sambil menarik napas dalam-dalam.
Dia tersenyum lalu mendorong pintu tangga darurat. Tiba-tiba penglihatannya menangkap seorang pria yang berdiri di depannya dengan kepala miring. Senyum menyeringai muncul di bibir pria itu.
“Apa kau tersesat, Darling?”
*
*Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar yak 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Keinginan Liar Tuan Mafia [21+]
Romance[DARK ROMANCE 🔞] "Siapa yang mengirimmu padaku?" tanya pria itu dengan lirih. Jari-jarinya menulusuri wajah cantik wanita di depannya. "Aku tidak dikirim siapa pun." Natalie tetap tanpa ekspresi. "Pembohong!" Pria itu menjambak rambut panjang Natal...