Pria itu tersenyum, semakin terlihat berbahaya. Dia menangkap pergelangan tangan tangan Natalie lalu mencengkeramnya. “Jika kau tidak berbohong, kenapa kau harus takut?”
Natalie mengutuk dalam hati. Siapa yang tidak takut pada pria yang telah menembak dan melukai seseorang tepat di depan matanya?
“Aku memang tidak berbohong. Aku tidak mengenal siapa Lucas sebenarnya dan aku tidak ingin berada di sini.” Natalie menekankan setiap kata-katanya.
Tangan kiri Dante membelai pipi halus Natalie. Dia telah sengaja menembak Tomas di depan wanita itu untuk memperingatinya. Natalie harus tahu bahwa Dante bisa menjadi kejam, dan pria itu tidak akan ragu untuk menyiksa siapa pun yang berani bermain-main dengannya.
“Aku sudah membelimu, jadi kau harus berada di sini.”
Dante mengangkat dagu Natalie, membuatnya menatapnya. Tanpa aba-aba, bibirnya menekan bibirnya, membuat wanita itu tersentak sesaat.
“Kembalilah ke kamarmu. Kita akan bicara lagi besok.”
Natalie langsung melangkah mundur. Dia bergegas menaiki tangga dan kembali ke kamarnya sebelum Dante berubah pikiran. Setidaknya dia sudah tahu orang seperti apa yang membelinya. Dia harus mulai memikirkan rencana dan strategi untuk melarikan diri.
Malam itu berlalu begitu saja. Natalie tertidur di ranjang tanpa selimut. Pagi harinya, dia dibangunkan oleh kepala pembantu yang kemarin mengadukannya pada si tuan rumah.
“Nona Smith, aku sudah menyiapkan pakaian untukmu. Setelah mandi, aku akan mengantarmu menemui Tuan Vittorio.”
“Siapa namamu?” Natalie bertanya.
“Aku Cora,” jawab kepala pembantu itu.
Natalie tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia tidak menyukai Cora dan tidak berniat untuk menjalin hubungan palsu dengannya. Setelah mandi dan berganti pakaian, dia segera keluar kamar.
Cora membawanya ke kamar lain yang ada di lantai dua. Pintunya yang berwarna hitam tertutup rapat. Wanita paruh baya itu mengetuknya beberapa kali. “Tuan, orangnya ada di sini.”
“Biarkan dia masuk!”
“Silakan….” Cora mempersilakan Natalie. Sikapnya sopan, tapi itu tetap tidak membuat Natalie menyukainya.
Tanpa mengatakan apa-apa, Natalie langsung membuka pintu kamar Dante. Pemandangan seorang pria yang berbaring di ranjang dengan kemeja hitam panjang memasuki penglihatannya. Dia menatap pria itu tanpa ekspresi.
“Kenapa kau memanggilku?” tanya Natalie.
“Kemarilah.”
Natalie tetap diam di tempat hingga akhirnya Cora mendorongnya masuk. Setelah itu pintu kamar ditutup dengan keras dari luar. Dia mengutuknya dalam hati, ‘Cora sialan!’
Dante menyeringai dingin. Dengan acuh tak acuh dia membuka kancing atas kemejanya lalu beranjak dari ranjang. “Suasana tadi malam sedikit tidak menyenangkan, tapi sekarang adalah waktu yang tepat.”
“Apa yang kau inginkan?” tanya Natalie tanpa berbasa-basi.
“Cavendish Smith, kenapa kau masih berpura-pura? Hanya ada kita berdua di sini,” ucap Dante sambil melangkah mendekat. “Apa kau ingin mencari tahu tentang bisnisku dan menggagalkannya? Atau mungkin kau ingin melukai dan membunuhku?”
Natalie langsung mengerutkan kening. “Aku tidak mengerti apa maksudmu.”
Senyum mengejek muncul di bibir Dante. “Aku benci pembohong dan penipu.”
“Jika kau mencurigaiku seperti itu, kenapa kau tidak melepaskanku saja?” tanya Natalie dengan kepala terangkat.
“Bahkan jika kau memang ingin membunuhku, aku tetap tidak akan melepasmu.” Dante tersenyum dingin. Tangannya menyentuh tengkuk Natalie dan mengelusnya. “Seseorang tidak bisa datang dan pergi dengan bebas dari sisiku,” bisiknya.
Bulu kuduk Natalie meremang. Dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Pria di depannya penuh dengan ancaman. Auranya yang tajam dan berbahaya akan membuat siapa pun yang ada di dekatnya merasa kecil dan tidak aman.
“Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?”
Pria itu menatap Natalie tanpa ekspresi. “Terlepas dari siapa identitas aslimu dan bagaimana kau bisa muncul di pelelangan, aku membutuhkan wanita sepertimu untuk beberapa hal.”
“Apa itu?” Natalie tidak mengerti.
“Jadilah kekasihku.”
“Mustahil!” Natalie langsung menolak mentah-mentah.
Tiba-tiba Dante mendorong bahu Natalie dengan kuat hingga punggungnya menabrak pintu. Itu menyakitkan.
Natalie menatapnya dengan marah. “Apa yang kau-”
Sebelum Natalie menyelesaikan amarahnya, pria itu mencium bibirnya dengan kasar. Tangan kirinya mencengkeram tangan kanan Natalie dengan kuat. Sorot matanya menjadi dingin dan tajam.
“Bukan hanya menjadi kekasihku, kau juga akan berpura-pura menjadi tunanganku," bisik Dante.
“Kau bermimpi! Aku tidak akan berakting atau berpura-pura untukmu!” geram Natalie sambil menahan amarah. Dia berusaha melepaskan tangan Dante, tapi pria itu justru semakin erat mencengkeramnya.
“Lepaskan aku!”
“Patuhlah padaku, atau aku akan membuatmu merasakan penjara gelap yang lain.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Keinginan Liar Tuan Mafia [21+]
Romance[DARK ROMANCE 🔞] "Siapa yang mengirimmu padaku?" tanya pria itu dengan lirih. Jari-jarinya menulusuri wajah cantik wanita di depannya. "Aku tidak dikirim siapa pun." Natalie tetap tanpa ekspresi. "Pembohong!" Pria itu menjambak rambut panjang Natal...