8. "Dante, Darling."

4.5K 71 6
                                    

Di dalam mobil, Natalie merasa kakinya kebas. Dia dengan kasar melepaskan stilettonya, membuat Dante menyeringai. Pria itu ingin melihat sampai mana Natalie bisa bertahan dengan kepura-puraannya.

Wanita yang pernah berkecimpung di industri modeling bukanlah wanita lemah. Mereka kadang licik, penuh rayuan, dan tipu daya. Dante sangat waspada dengan jenis wanita seperti itu.

Mobil itu bergerak ke arah Manhattan. Selama perjalanan, Natalie tidak bicara sepatah kata pun dengan Dante karena suasana hatinya yang buruk.

Setelah kira-kira hampir satu jam, mereka akhirnya sampai di sebuah hotel bintang lima di pusat kota.

Dante memerhatikan Natalie yang masih belum memakai stilettonya. Wanita itu terlihat begitu enggan bergerak, seolah ingin tetap berada di mobil.

“Kenapa kau masih belum memakai sepatumu?” tanya Dante.

“Beri tahu aku apa rencanamu, siapa yang akan kita temui, dan apa yang harus aku lakukan,” kata Natalie dengan ekspresi datar. Jika ingin melarikan diri, dia harus tahu situasinya.

Sudut bibir Dante terangkat. Dia merogoh sesuatu dari dalam saku jasnya. Sebuah cincin berlian yang indah muncul di tangannya.

“Tidak ada yang spesial. Hanya ingin menunjukkan tunanganku pada orang lain.”

Dia meraih tangan kiri Natalie dan memakaikan cincin itu di jari manisnya. Sudut bibirnya terangkat semakin lebar ketika melihat tatapan tajam wanita itu. Jelas Natalie tidak menyukai pemberiannya.

“Kau akan melakukannya bukan?” tanya Dante, tangannya membelai tengkuk wanita itu.

“Kau tidak akan membiarkanku menolak,” sinis Natalie.

Dante menyeringai puas. Dia tiba-tiba berjongkok lalu memegang pergelangan kaki Natalie. Perlahan dia memakaikan stilettonya meskipun tahu itu bukan ukurannya. Sikapnya lembut seolah dia benar-benar menganggap Natalie sebagai ratunya.

Hal itu membuat Natalie semakin membencinya. Dante mempermainkannya. Pria itu menyiksanya dengan cara yang lembut. Itu lebih kejam daripada sekadar memukulnya.

“Kau harus bersikap baik, Sayang. Aku bukan orang yang tidak tahu cara menghargai orang lain. Jika malam ini sikapmu memuaskan, aku tentu akan memberimu hadiah,” bisik Dante dengan cara yang manis.

Namun, Natalie tidak akan tertipu. Ucapan pria selalu penuh kebohongan, apalagi pria seperti Dante. Untuk apa memercayai seorang penjahat? Lebih baik mempertaruhkan hidupnya untuk melarikan diri.

“Kalau begitu ... siapa namamu?” Natalie bertanya. Mata ambernya menatap lurus ke dalam mata abu-abu Dante. “Aku sudah layak mengetahuinya bukan?”

Dante tersenyum di bawah kakinya. Tangannya meremas paha lembut Natalie dengan sensual.

“Dante, darling. Ramadante Vittorio.”

“Kau pria Italia.” Natalie sudah menebaknya sejak lama. Ketampanan Dante bukan milik orang Amerika.

“Seratus persen."

Mereka saling menatap dengan pikiran tersembunyi masing-masing. Sampai akhirnya seseorang mengetuk kaca jendela mobil. Natalie langsung menoleh dan menyingkirkan tangan Dante.

“Baiklah. Sudah cukup perkenalannya. Kita sudah terlambat,” ucap Dante sambil membuka pintu mobil. Dia keluar dan membuka pintu di sisi Natalie. Tangannya menuntun wanita itu keluar.

Natalie bersikap baik, membiarkan Dante menggandeng tangannya dan memperlakukannya seperti pasangan sungguhan.

Dengan tenang dia menahan rasa sakit di setiap langkah kakinya. Stiletto berglitter itu berbahan kaku. Semakin lama berjalan semakin tumit dan ujung jarinya lecet.

Saat berpapasan dengan orang-orang, Natalie terus memaksakan senyum dan wajah yang ramah. Dia tidak bertanya sedikit pun ketika Dante membawanya ke ballroom yang berada di lantai teratas.

Semakin baik Natalie berakting, semakin dia merasa niatnya tersembunyi dengan baik.

Alex dan dua orang bodyguard mengikuti mereka dari belakang. Tingkat keamanan seperti itu akan sulit untuk Natalie tembus. Namun, dia harus menciptakan kesempatan untuk melarikan diri.

*
*

Jangan lupa tinggalin vote dan komentar ya 😘

Keinginan Liar Tuan Mafia [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang