CHAPTER 1.

16K 1K 35
                                    

Happy reading.
.

.

.

.

.

.
(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

Matahari mulai menunjukan nitranya. Burung burung pun berkicau an dengan merdunya untuk menarik pasangan lawan jenis mereka. Selain burung, ayam pun berkokok untuk membangunkan sebuah komplek yang padat penduduk.

Berbeda dengan desa kumuh tak jauh dengan komplek tersebut. Desa yang dijadikan tempat tinggal pemulung atau orang yang tak memiliki tempat tinggal. Desa itu sangat bau, namun bagi orang yang sudah lama tinggal di situ itu sudah biasa.

Di sebuah gubuk kecil, didalamnya berbaringlah seorang balita mungil. Walaupun tempat itu bau, itu tak mengusik penciuman sang balita mungil itu. Balita itu masih asik dengan dunia mimpinya, entah apa yang ia impikan tak ada yang tau. Hingga balita itu terusik dengan cahaya matahari yang masuk di sela sela gubuk kecil itu.

"Eungg..."

Suara erangan dari sang balita menandakan bahwa ia akan bangun. Sang balita pun bangun sembari menguap dan mengucek matanya yang gatal. Ia menatap sekitanya, ia sedang mengumpulkan nyawanya yang pergi entah kemana selama ia tidur.

Setelah beberapa saat, dengan kesadaran penuh, balita itu berdiri. Ia menatap keluar lubang gubuknya dan menatap sekitar. Banyak orang yang sudah bangun dan mulai memulung di tempat pembuangan sampah.

"Ugh... Ata au ulung... Anti apet uang, ang anyak... Hihi.."

Dengan perasaan gembira, sang balita yang menyebut dirinya Ata langsung keluar dari gubuk dan mengambil karung. Ia berlari menuju gundukan sampah yang seperti gunung dan mulai mencari barang bekas.

Zata Faegan nama balita itu. Ata berumur 3 tahun, ia tak mempunyai orang tua. Ata di buang oleh orang tuanya sendiri karena hasil kesalahan orang tuanya. Orang tuanya memang tak bertanggung jawab.

Ata ditemukan oleh seorang kakek tua yang sedang memulung di tempat dimana Ata di buang. Melihat bayi di dalam kardus dan kain yang sudah terkena darah, kakek tua itu merasa iba dan memutuskan untuk merawat bayi itu. Hingga bayi itu tumbuh menjadi balita yang manis dan polos.

Namun, takdir merenggut nyawa sang kakek dan meninggalkan balitanya di umur 2 tahun itu. Ata yang tak tau apa apa pun hanya diam, ia kira kakeknya hanya tertidur karena kelelahan. Jadi ia biasa saja, sampai seseorang mendatangi gubuk Ata. Disaat itu lah mereka yang berada di desa kumuh itu mengetahui sang kakek meninggal.

Ata yang melihat jasad kakeknya di kubur menangis dan di tenangkan oleh seorang wanita. Wanita itu merasa iba dengan keadaan sang balita, wanita itu memutuskan untuk merawat Ata. Namun, Ata menolak karena tak ingin meninggalkan gubuk kakeknya. Wanita itu hanya menghela nafas dan mengiyakan Ata.

***

Setelah beberapa jam, Ata mendapatkan barang bekas hanya sedikit karena banyak orang yang memulung di tempat itu. Ata pun memutuskan untuk pergi ke jalanan untuk mencari botol bekas.

Di perjalanan Ata menatap binar para pedagang kaki lima. Ugh ia sudah sangat lapar, tapi ia belum mendapatkan banyak barang bekas. Ia hanya bisa berharap mendapatkan banyak barang bekas dan bisa membeli makanan.

Ata berjalan kesana kemari dan akhirnya setelah bekerja dengan keras ia mendapatkan cukup banyak barang bekas. Ata tentu saja merasa senang dengan hasil kerja kerasnya, ia pun pergi ke tempat Abang Asep untuk menyetor barang bekas miliknya.

Baby AtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang