CHAPTER 11 (End)

7.1K 383 6
                                    

Happy Reading
Typo? tandain

.

.

.

.

.






───  ⋅ ∙ ∘ ☽ ༓ ☾ ∘ ⋅ ⋅  ───











Di ruangan VVIP yang bernuansa putih dengan berbagai peralatan medis. Sebuah gumpalan daging yang berbaring di ranjang rumah sakit. Sudah hampir 2 bulan, gumpalan itu tak menunjukkan tanda tanda akan bangun. Padahal keluarganya selalu menunggunya.

Kini ruangan VVIP di penuhi keluarga Maverick, mereka hanya ingin melihat Zata yang berbaring dengan nyamannya di ranjang. Si kembar dan Liam yang seharusnya berangkat sekolah, enggan untuk berangkat, begitu juga yang berkuliah dan bekerja. Mereka mengambil cuti dan libur selama 1 Minggu, toh tak ada yang menghentikan mereka?

Untuk keadaan Aaric, ia semakin membaik. Tak seperti setelah pujaan hatinya meninggalkannya, Aaric jarang berinteraksi dengan keluarganya. Begitu pula dengan Damian, ia merasa terpukul karena kepergian istri tercintanya. Namun ia tetap bertahan, karena ia harus memenuhi sebuah janji pada istrinya.

Pada saat makan pun tak ada pembicaraan, hanya ada keheningan menyelimuti mereka. Suasana itu kembali dimana Andrew belum menemukan Zata, suram.

"Baby? Kapan bangunnya?" gumam Laya yang duduk di samping ranjang Zata sembari menggenggam tangan mungil itu.

"Laya, yuk makan ...," ucap Rose yang baru saja datang dengan Easter, mereka berdua pergi membeli makanan.

Laya menatap Rose dan kembali menatap Zata, lalu ia mengangguk sebagai jawabannya. Ketika akan melepaskan tangan Laya yang menggenggam tangan Zata, Laya merasakan jarinya di genggam oleh si kecil. Alis Laya berkerut dan sedetik kemudian senyumnya mengembang.

"Kak! Panggil dokter! Zata sudah bangun!"

Keluarga Maverick yang mendengar nya pun kembali merasakan kehangatan di dalam hati mereka. Akhirnya setelah hampiri 2 bulan ada cahaya yang kembali di dalam hati mereka.

Rose yang mendengar itu pun menekan sebuah tombol dan beberapa saat kemudian dokter pun datang. Laya mundur beberapa langkah untuk dokter memeriksa Zata dan di rangkulnya Laya oleh Rose. Laya merasa senang karena si kecil mereka bangun.

"Bagaimana dok?" ucap Laya ketika dokter selesai memeriksa Zata.

"Tidak ada perlu di khawatirkan, hanya saja tuan muda kecil mengalami trauma dengan suara yang ia dengan sebelum pingsan...," jawab dokter itu. Mendengar itupun Laya menatap sendu Zata yang sudah membuka matanya.

"Kalau begitu saya permisi," pamit dokter itu dan membungkuk tubuhnya kemudian pergi setelah mendapat deheman dari sang kepala keluarga.

Laya, Rose, Andrew dan Aaric pun mendekati ranjang saat melihat Zata yang sudah membuka matanya.

"Sayang...," suara lembut Laya sontak membuat Zata menoleh.

"Mami... hiks..." Zata merentangkan kedua tangannya, meminta untuk di gendong. Laya pun menggendong Zata sembari mengelus punggung sempit Zata yang bergetar.

"Shhh shhh... mami di sini sayang," Zata menelusup kan kepalanya di ceruk leher Laya menikmati usapan lembut dari Laya. Zata tak bisa menghentikan tangisnya, bayang bayang kejadian itu muncul di pikirannya membuat Zata terus menangis.

Baby AtaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang