CHAPTER V: He's back

1.6K 152 6
                                    

Hari ini tepat seminggu setelah acara musuh-musuhan Echi, Gin dan Aenon. Mereka sudah berbicara satu sama lain, Echi sudah mulai kembali menjadi anomali TNF. Hari ini 16 April, tepat sehari sebelum ulang tahun Sonomi Okozaki yang sekarang namanya telah berubah menjadi Liliana Damiana.

Sore ini, Lili sedang berada di sebuah toserba melakukan perampokan bersama Echi, Gin, Selia dan Riji. Alasan mereka merampok? tentu saja karena bosan. Yah memang mungkin konsepnya Lili adalah obat nyamuk di antara empat orang bucin ini. Lili menatap mereka, ia tersenyum sambil menghela nafas.

'Anyone please help me... Lili mau pulang aja...' batin Lili. Nasibnya semakin nelangsa melihat Riji dan Selia mulai gendong-gendongan.

"Bapak, Ibu serius dulu yuk. Kita lagi rampok lho? " Tegur Lili tidak tahan. "Akang, sama teteh juga dong pelis, tolong kasihani saya sedikit... " Lili menatap malas mereka berempat.

"Neng sama saya aja... " Ucap seseorang yang tengah dijadikan sandera, ia merupakan pegawai toserba yang sedang mereka rampok itu.

"Diem lo, gue tembak pala lo ye. Yang lo godain adek gue njing. " Riji mendadak beringas.

"Coba tadi ngomong apa, ulangin? " Echi ikut menodongkan senjatanya.

"Engga teh, kang. Ampun... saya teh cuma bercanda..." Pegawai itu mencicit pelan. Nyalinya ciut melihat ia di todong dua senjata sekaligus.

"Ga ikut-ikut gue mah... " Lili berlari, ia memasuki toserba di belakangnya. Ia segera menyapu habis uang di mesin kasir toserba itu.

"Udah ges, kabur yuks. Gue mager piw piw. "

"Duluan aja li, Biar yang tembak-tembakan kita berempat. Udah lama juga kan ga begini. " Selia angkat bicara. Ia mulai meregangkan otonya. "Ow, yawdahh. Tiati ges kalo ada apa-apa kabarin. Gue duluan yak! " Lili berlari kecil menuju mobil supra hitam miliknya yang merupakan hadiah dari keluarganya itu.

"Yoo! Tiati juga Li, kalo dikejar polisi kabarin. " Balas Gin. Lili yang mendengarnya mengacungkan jempolnya, tanda ia mengerti.

Dalam perjalanan Lili diam menatap jalanan. Dirinya tak ingin cepat-cepat pulang, pasalnya alasannya merampok kali ini bukan karena bosan tetapi karena ia merasa diacuhkan oleh papi dan maminya sedari tadi pagi. Lili tidak tahu mengapa, tapi itu membuatnya tidak nyaman berada di rumah hari ini.

"Kemana ya njir, males pulang. Papi sama Mami kenapa sih, gue ada salah ya? "

Lili kembali termenung. "Tapi kalo ga balik sekarang ni hasil rampok gimana. Ga mungkin gue bawa-bawa buat jalan-jalan. " Lili masih fokus mengendarai mobilnya. "Auk ah, balik aja dah gue. " putus Lili akhirnya. Ia tidak mau ambil resiko, takut bertemu polisi di jalan.

•••

Baru saja Lili masuk ke rumah, setelah meletakkan uang hasil rampoknya dan mencatatnya Lili lalu menuju ke ruang tengah. Suasana langsung senyap setelah melihat kehadiran Lili, padahal tadinya beberapa anggota keluarganya itu sedang asik berbincang.

Lili melihatnya hanya diam. Ia tersenyum singkat dengan niat menyapa mereka, lalu pergi ke kamarnya. Diam-diam Lili merasakan perih di hatinya.

Sebenarnya Lili tidak masalah. Asal keluarganya baik-baik saja, dan tidak berkonflik satu sama lain itu sudah cukup. Lili akan sangat bahagia akan hal itu. Tapi jika memang dirinya ada salah apa tidak bisa mereka memberi tahu Lili dimana letak kesalahannya?

Dengan mengacuhkan Lili seperti itu tidak membuat Lili mengerti salahnya dimana dan apa.

Lili membuka lemari pakaiannya, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Sebuah lampion. Lili punya tradisi sendiri setelah kedua orang tuanya tiada. Tiap tahun, pada tanggal dimana orang tuanya meninggal, ia akan melepas satu lampion ke langit. Kata bang Rey —kakak laki-laki Lili— lampion bisa mengirimkan pesan untuk mereka yang telah tiada di langit sana.

Family(?)||RionCaineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang