6: ill

393 71 3
                                    

Katherine mengerjap, sinar matahari yang menembus jendela apartment River berhasil membangunkan Ia dari tidurnya. Sangat menyilaukan, pukul berapa ini?

Wanita itu celingukan, dan menemukan jam dinding yang menunjukkan pukul 8 pagi.

Dan Katherine baru tersadar detik ini juga, bahwa Ia masih tertidur di atas dada bidang River.

Tumben sekali. Biasanya, ketika Katherine terbangun di pagi hari, River sudah tak ada di apartmentnya. Hanya terdapat sarapan di atas meja makan saja, yang di sebelahnya terdapat sticky notes bertuliskan: "Jangan lupa sarapan, Katherine ^^"

Tapi, pagi hari ini berbeda. River masih memejamkan kedua matanya. Membuat Katherine merasa sedikit janggal.

Akhirnya, wanita itu mendekatkan wajahnya ke wajah River untuk memeriksa keadaannya. Napasnya terlihat sedikit tercekat.

Namun, anehnya... fokus Katherine teralihkan ke wajah pria itu sekarang. Bagaimana bisa seseorang terlihat setampan ini saat sedang tertidur?

Tanpa disadari, tangan kanan Katherine terangkat, dan jari-jari mungilnya menyentuh wajah mulus pria itu. Ia sangat ingin menyentuhnya...

Mulai dari pipinya, hidung, dan sampai pada kening River... Katherine berhasil membulatkan kedua matanya sempurna. Dahi pria itu terasa sangat panas saat Ia menyentuhnya.

Aduh... Bagaimana ini? Katherine langsung merasa sangat panik saat itu juga. Pergerakan tubuhnya di atas River tertahan oleh tangan besar pria itu yang masih asik melingkar di pinggang mungilnya.

Akibat Katherine yang terus menerus berusaha membebaskan diri. River yang masih terpejam mengira wanita itu bergerak di luar kendali, dan mengubah posisinya menghadap ke samping. Membawa tubuh kecil itu ke pelukannya lebih dalam.

Katherine membeku, posisinya dengan River sangat dekat sekarang. Pelukan mereka jauh lebih erat daripada semalam. Ia bahkan dapat mendengar detak jantung pria itu dengan sangat jelas.

Katherine menghela napasnya berat, posisi ini justru semakin menyulitkannya untuk membebaskan diri. Lalu, apa yang harus dia lakukan sekarang?

Memang terdengar mustahil. Namun, setelah berusaha sekuat mungkin. Katherine berhasil membebaskannya dirinya dari sana, dari cengkraman kedua tangan besar River di pinggangnya.

Setelah berhasil terbangun dari sofa, hal pertama yang Katherine lakukan adalah mengambil air hangat dan kain untuk mengompres pria itu.

Jujur, hanya hal itu yang Ia tahu. Pengetahuannya tentang cara mengurus orang yang sakit hanya sedikit, Ia hanya pernah membaca setengah halaman buku saja tentang hal tersebut.

Dulu, Katherine juga pernah mengalami situasi seperti ini. Bedanya, Ia sendirilah yang merasakannya. Yap, di suatu pagi ketika terbangun dari tidurnya, Katherine dapat merasakan seluruh tubuhnya menggigil. Dan, Ia masih ingat sekali betapa panas wajahnya saat itu kala Ia menyentuhnya.

Lantas, mau tak mau Katherine mengatakan tentang penyakitnya itu ke penjaga di sana. Yang biasa membawakannya sarapan di pagi dan malam hari, serta makanan ringan di siang hari. Tentu saja, Katherine jarang menyantap makanannya dengan benar. Namun, untuk hari itu sedikit berbeda... penjaga memintanya untuk menghabiskan sarapannya yang sudah ditambahkan dengan obat demam khusus. Entah apalah itu, tapi sesudahnya Katherine merasa jauh lebih baik.

Kembali ke masalahnya saat ini. Sekarang, Katherine tengah menatap wajah River ragu. Apakah Ia sudah mengompresnya dengan benar? Mengapa tubuh pria itu tak memberikan respon sama sekali?

Kalau ini tak berhasil, lantas River harus menyantap sesuatu. Pria itu harus sarapan. Katherine masih ingat sekali, salah satu hal yang orang sakit butuhkan adalah makan. Mungkin saja, makan makanan yang mengandung obat di dalamnya? Atau... memakan sesuatu sebelum meminum obat?

Gotcha!

Siapa sangka, buku yang pernah Ia baca di ruang bawa tanah itu akan berguna sekarang. Tak sia-sia, Katherine memintanya sebagai 'hadiah' ulang tahun. Yah, yang mungkin lebih pantas disebut sebagai permintaannya, ketika Dominic bertanya hal apa yang Ia inginkan saat ulang tahunnya yang ke-15. Tak mungkin Ia meminta Dominic untuk mengeluarkannya dari sana, karena terakhir kali Ia mengatakan hal itu, Katherine segera jatuh pingsan dan menemukan dirinya yang penuh luka lebam saat terbangun. Hari itu juga, tak ada penjaga yang mengantarkan sarapan, camilan, serta makan malam untuknya. Hingga beberapa hari ke depan, ketika tubuhnya mulai mati rasa, barulah mereka memberikan Katherine makanan. Para penjaga di sana menyebut itu sebagai 'hukuman' karena telah berlaku tak pantas kepada sang pemimpin kelompok, Dominic Hawthorne.

Katherine masih ingat jelas sekali, bagaimana rasanya menahan lapar dan haus dalam beberapa hari. Ia sampai tak mampu melakukan aktivitas apapun saking lemasnya. Untungnya, di hari ke 6 mereka berbaik hati saat Katherine melirih meminta tolong.

Dengan pengetahuan yang terbatas. Katherine berhasil menyelesaikan masakannya, yaitu semangkok bubur nasi. Yang resepnya tak sengaja Ia temukan beberapa tahun lalu pada brosur yang tiba-tiba saja terdapat di dalam buku bacaannya.

Dengan langkah kaki yang terlihat ragu, Katherine mendekati River dan mengguncang tubuh pria itu pelan.

Sesekali Ia menyebutkan namanya, "River..."

Pada panggilan yang ke-5, River akhirnya membuka kedua matanya. Pria itu terlihat sedikit terkejut,

"Katherine, maaf..."

Katherine menggelengkan kepalanya. Tanpa basa-basi lagi, Ia menarik lengan pria itu dan membawanya menuju ke ruang makan.

Betapa terkejutnya River ketika melihat apa yang ada di depan kedua matanya saat ini. Lantas, pria itu langsung duduk di salah satu kursi di sana dan bersiap untuk menyantap bubur yang telah dibuat oleh Katherine dengan sepenuh hati.

Sementara, Katherine sendiri duduk di kursi sebelah River, menantikan reaksi pria itu terhadap masakannya.

Satu suapan masuk ke dalam mulut River, Ia terlihat berpikir sejenak.

Tak lama kemudian, Ia tersenyum. Mengusap lembut puncak kepala Katherine. Membuat wanita itu merasa antusias.

"Buburnya enak. Makasih, Katherine. I'm so proud of you !"

Mendengar pujian yang River lontarkan, Katherine tertunduk, wajahnya tersipu malu.

River pun sibuk menghabiskan buburnya sambil tersenyum simpul, 'Gak ada rasanya sama sekali. Tapi gak apa-apa, at least she's trying' batin River kemudian.

Ia tak ingin membuat wanita itu berkecil hati, setidaknya Katherine sudah berusaha keluar dari zona nyamannya dan mencoba sesuatu yang baru di dalam hidupnya.























•••

It's getting hot in here 🙈

Anw, jangan lupa support aku dengan vote dan comment ^_____^!!

The Agent - jenrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang