7: who is she

390 55 4
                                    

"Lapor markas 1, keadaan aman."

"Lapor markas 2, keadaan aman."

"Lapor markas 3..."

Penjaga tersebut terdiam, menggantungkan kata-katanya. Keadaan di bawah ruang tanah hari ini cukup berbeda dari biasanya. Firasatnya buruk...

Dengan sigap, penjaga itu segera menyusuri seluruh lorong dan pergi menuju ke ruang utama, tempat dulu Katherine disekap.

Betapa terkejutnya Ia ketika mendapati ruangan tersebut telah kosong-melompong. Tak ada wanita itu di sana, Katherine Hawthore telah berhasil melarikan diri...

Wajahnya mendadak berubah menjadi pucat pasi. Bulir keringat perlahan-lahan jatuh dari kedua pelipisnya, Ia menelan salivanya gundah.

"Gawat."

"Gawat"

"Gawat." ucapnya beberapa kali

Ia menekan tombol yang ada di walkie-talkienya, kemudian memberanikan diri untuk berbicara,

"Lapor markas 3, target telah menghilang..."

Seperti itulah awal dari sebuah kekacauan terjadi. Dominic yang mendengar langsung informasi tersebut dari walkie-talkie miliknya, mengepalkan tangannya kuat-kuat. Seketika wajahnya berubah menjadi merah-padam.

"Bajingan !" umpatnya

Namun anehnya, beberapa detik setelah itu, Dominic menyeringai. Awalnya, hanya seringaian biasa. Tapi,  semakin lama seringaian itu berubah menjadi gelak tawa, tawa yang terdengar sangat mengerikan.

•••

Ini sudah hari ke-7 semenjak Katherine berhasil keluar dari sana, atau tepatnya seminggu. Wanita itu cukup bersyukur bahwa 7 hari yang lalu, Ia memutuskan untuk membangkang lagi.

Entah hal apa yang menghasutnya, namun... tiba-tiba saja saat itu Katherine bertanya pada penjaga yang ada di sana, "Apakah aku bisa keluar dari sini?"

Dan tentu saja, kalian tahu pasti apa yang terjadi selanjutnya. Wanita itu tak akan diberi asupan makanan dalam 1 minggu. Untungnya, di hari ke-7, di sisa-sisa kekuatan yang Ia punya, Katherine mampu mempertahankan kesadarannya, dan di saat itulah River datang menyelamatkannya. Timing yang sangat pas bukan?

Seminggu sudah berlalu, kondisi fisik Katherine mulai membaik. Namun, tidak dengan kondisi mentalnya...

Semenjak kesadarannya sudah pulih dengan baik, mental wanita itu memburuk. Mungkin, karena pikirannya sudah terasa lebih jernih.

Contohnya seperti sekarang ini.

Katherine menangis di atas ranjang River tanpa suara, Ia mengalami panic attacked. Tak tahu apa yang Ia tangisi, namun Ia merasa sangat tak nyaman. Dadanya sesak, dan napasnya mulai tersengal.

Bagaimana kalau selama ini Ia hanya bermimpi? Bagaimana kalau sesungguhnya tubuh Katherine telah mati membusuk di sana, namun Tuhan ingin berbaik hati membiarkannya merasakan dunia luar walau hanya sebatas ilusi?

Bahkan yang lebih buruknya, bagaimana kalau River juga ternyata adalah kaki-tangan ayahnya?

Katherine sangat takut.

River mengusap wajahnya gusar. Sial, Ia tak tidur semalaman. Pria itu juga baru bisa pulang ke apartmennya pagi ini.

The Agent - jenrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang