01

1.2K 79 6
                                    


💓

Sebuah derap langkah terdengar, beradu dengan dentingan jarum jam yang berputar. Tempat yang cukup sunyi itu mulai dihiasi oleh suara ketukan sepatu yang kian mendekat. Lampu temaram kini berubah menjadi terang karena seseorang telah memencet tombol saklar didinding.

Gadis cantik ini berdiri dari duduknya, dan dengan berat hati gadis itu menyambut kehadiran prianya. Bukan karena tidak memiliki perasaan, namun karena rasa cintanya yang besar maka dia rela menunggu calon suaminya meskipun waktu sudah berlalu cukup lama, ya waktu hampir tengah malam lebih tepatnya.

"Maaf aku terlambat" suara berat pria itu terdengar. Jemari tangannya membelai kepala gadis cantik itu kemudian bibirnya mengecup keningnya untuk beberapa saat.

Tentu saja Jennie menerima perlakuan baik kekasihnya saat ini. Dia tidak akan menolak, meskipun prianya sangat terlambat. "Ada banyak kerjaan dikantor" jelasnya sekali lagi. Terdengar seperti sebuah pengakuan padahal Jennie tidak menanyakan sama sekali.

Jennie tersenyum simpul sambil membantu pria bertubuh tinggi ini untuk membuka jasnya. Ia kemudian mengernyitkan dahinya ketika berhasil membuka jas milik kekasihnya, lalu dilihatnya sebuah kemeja yang cukup lusuh. Bahkan ada noda-noda yang entah itu apa, serta ada sebungkus rokok berada disaku dada kemejanya.

"Baiklah, bisa kita mulai pestanya?"suara itu lagi yang terdengar.

Jennie mulai sadar dari pemikirannya, dia segera mengangguk dan menuju tempat duduknya. Ini hari spesial bagi mereka, jadi Jennie tidak akan menanyakan darimana pria itu pergi dan kenapa ada rokok? Bukankah dia tidak merokok selama ini?

"Happy anniversary for us"desisnya membuat Jennie tersenyum berat.

"Kau tidak membeli kue?"tanya Jennie, sedangkan ia sudah menyibukkan diri untuk menyiapkan makan malam bagi mereka.

"Astaga.. aku lupa. Maafkan aku sayang. Bagaimana kalau kita membelinya sekarang ?"
Jennie tak merajuk walaupun ada perasaan kecewa mendengarnya. Lagi-lagi ia harus membuang nafasnya kasar.

"Tidak apa-apa, Jongin oppa. Kita bukan lagi remaja yang merayakan anniversary dengan kue kan ?" ungkap Jennie dengan bohongnya. Kim Jongin segera bangkit dari kursinya dan mendekati gadis yang masih setia duduk pada tempatnya.

Dia menghapus jarak diantara keduanya, kemudian memeluk Jennie yang berdiam diri.

"Aku sangat menyesal, maafkan aku. Aku berjanji akan menebus kesalahanku honey."

Dan seketika itu suara dering ponsel terdengar menarik atensi keduanya, Jennie memincingkan sudut matanya ketika melihat ponsel Jongin bercahaya diatas meja. Ada sebuah nama dengan bentuk hati dibelakangnya.

Deg...

Tentu, hatinya tidak baik-baik saja. Bahkan dia dipenuhi rasa curiga. Jadi apa atau siapa yang membuat prianya seperti ini? Bahkan dihari jadi hubungan mereka ?

Jongin segera meraih ponselnya secepat kilat dan kemudian mematikannya. "Karena ini hari spesial untuk kita, maka aku akan menghabiskan malamku untuk menginap disini sayang" guraunya. Namun Jennie menarik bibirnya getir. Ia merasa sedang dibodohi dengan mulut besar pria itu.

Jennie benar-benar muak, sedangkan jarum jam sudah menunjukkan pukul 00.13 lewat tengah malam. Dan waktu untuknya? Ini sama saja seperti penipuan.

Jennie tidak bisa membiarkan kekasihnya tinggal lebih lama untuk malam ini, jika tidak ingin tersebar rumor buruk tentang dirinya jika Jongin berlarut-larut diflat kecilnya ini.

"Tidak oppa. Kau bisa makan kemudian pulanglah. Bibi dibawah sana akan mengomel sepanjang hari karena kau melewati jam bertamu. Sejujurnya kau sudah melewati batas itu." tutur Jennie.

The Way Im into you [TAENNIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang