"kau gila?! Memecat bocah itu karena masalahku yang terjadi seminggu lalu?". Pekik changbin menatap yeonjun tak percaya.
"Apa salahnya? Kau mengatakan jika bocah itu hampir mencuri ponselmu! bagaimana jika ia juga mencuri barang-barang yang ada disini?".
"Tapi ini keterlaluan, lagipula ponselku sudah kembali saat itu juga. Kau tidak boleh seenaknya memecat pekerja disini, apalagi bocah itu yang masih sekolah. Bagaimana jika hidup bocah itu tidak berkecukupan makanya memilih untuk bekerja? Dan seenak nya kau memecat—".
"Dia orang berada!". Potong yeonjun dengan cepat, enak saja adiknya di katain orang tak berada.
"Tahu darimana?". Tanya changbin curiga.
"Lihat saja penampilan nya, maksud ku dia tadi mengatakan jika ia hanya bekerja disini untuk memanfaatkan waktu nya dan menambah pengalamannya".
"Pasti hidupnya juga lebih dari cukup". Lanjutnya.
Changbin hanya menghela nafas gusar, lelah lahir batin meneladani sikap yeonjun yang keras kepala.
Matanya menangkap sebuah ponsel tergeletak di meja, hampir mirip dengan ponsel miliknya, changbin perlahan mengulurkan tangannya untuk mengambil ponsel itu namun yeonjun malah menepis nya dengan kasar.
"Apa yang kau lakukan?". Tanya yeonjun tak suka, dengan buru-buru ia memasukkan ponsel itu ke saku celana nya.
"Dasar aneh, ponsel milik siapa itu?".
"Adikku".
"Adikmu yang mana?".
"T-taehyun?".
"Loh bukannya taehyun di Amerika ya? Kenapa tiba-tiba ponsel miliknya ada bersamamu?".
"B-bukan Taehyun! Adikku yang lain, tidak usah kepo!".
"Y"
Changbin memutar mata nya dengan malas, lagi-lagi ia harus mengalah. Tidak akan ada habisnya berdebat dengan yeonjun, sahabat satunya itu memang hobi sekali membuat nya kalah sendiri.
•••
Soobin kini berdiri di tengah keramaian, matanya menatap lurus ke depan nya. Terlihat Jeno yang berjalan menghampiri dirinya sambil tersenyum, mereka sedang berada di arena balapan.
Tadi sore soobin mendapatkan pesan dari Jeno, laki-laki itu meminta nya untuk menemani dirinya disini.
Awalnya soobin tidak mau, siapa Jeno? Hanya mantan saja bukan?
Tapi karena ia terlalu bosan di rumah, tidak ada alasan lagi untuk menolaknya.
Lagipula Jeno mengatakan jika dirinya datang, ia akan mengabulkan semua yang soobin inginkan.
"Masih lama?". Tanya soobin tak sabar menatap Jeno yang kini di hadapan nya.
"Setelah satu pertandingan lagi". Ujar nya. Soobin hanya mendengus kesal, dirinya sudah berdiri disini dari puluhan menit lalu dan Jeno belum tanding sama sekali.
"Sebentar lagi, tunggu saja ok? Kamu sepertinya tidak sabar sekali ingin melihat orang keren balapan?".
"Gausah terlalu percaya diri, gue pengen cepet-cepet pulang karena disini cuma jadi bahan gigitan nyamuk!". Elaknya.
Jeno hanya terkekeh, lembut.. soobin akui, Jeno itu sangat menawan. Memang, tapi yang ada di pikiran soobin cuma satu.. mengapa Jeno memilih untuk mencintai sesama jenis? Padahal dirinya sempurna di mata para gadis.
Tiba-tiba Jeno melepas jaket yang di pakai nya, tangan nya memakaikan jaket itu di pundak soobin. Menarik kerah jaket itu agar menutupi tubuh soobin.
"Biar ga di gigit nyamuk lagi, makanya kalo keluar jangan pake pakaian tipis kayak gini. Nyamuk jadi tau kalo darah kamu manis kayak orangnya". Soobin hanya dapat terdiam kaku disana, ia jadi merindukan sikap Jeno yang selalu memanjakan dirinya saat masih berpacaran.. eh?
KAMU SEDANG MEMBACA
airplane ✈︎|| YeonBin
FanfictionYeonjun yang awalnya menganggap kehadiran soobin sebagai penambah beban, lama kelamaan dirinya mulai nyaman mengasuh dan mengurus bocah itu. Soobin kecil tidak tahu jika kehidupan nya akan berubah drastis setelah Minhyuk (orang tua nya) berkata akan...