misunderstanding -

197 18 4
                                    

"tuan nanti barang-barang nya hilang semua lagi". Soobin mengerucutkan bibirnya sebal, menatap suster di hadapan nya dengan memohon.

"saya ini sudah besar, Lagian tangan saya juga gaada sihirnya". Ucapnya sebal.

"Biar saya aja yang masak, tuan duduk saja. Nanti saya di marahin tuan yeonjun.." Suster itu menatap khawatir soobin yang sedang bergulat dengan alat masak itu.

Sedari tadi tuannya itu ngotot buat di ajarin masak, tapi giliran di kasih tutor malah sesuka nya.

Anehnya juga setiap soobin masuk dapur atau masak disini, tuh alat masak ilang semua entah kemana. Punya majikan yang tangan nya super ajaib, bagus kalo tangan ajaib nya itu menguntungkan.. ini merugikan orang-orang rumah.

Entah itu panci, piring, sendok, atau spatula gatau soobin kemanain. Di makan kali...

"Soobin-ah apa yang kamu lakukan?".

Soobin menoleh "imo, soobin mau belajar masak lagi".

Deby berdekap dada disana, memperhatikan soobin yang memelas itu.

"Tidak boleh, kamu masih ingat panci yang imo simpan disini kamu kemana kan?".

"Ayo dong, imo... Lagian panci nya juga ga seberapa, itu panci juga dapetnya dari sabun rinso yang soobin beli dua kardus itu kan?". Celetuk soobin.

"Gratis panci". Lanjutnya.

Deby hanya menggeleng kan kepala nya pasrah, emang kurang ajar anak orang kaya ini...

"Yasudah, kalo sudah selesai alat-alat nya kamu simpan kembali ke tempatnya. Nanti kalo butuh bantuan panggil saja imo, yang lainnya harus ngurusin pekerjaan lainnya".

"Siap imo!". Ucap soobin yang cuma nyengir disana.

Deby mulai berjalan meninggalkan dapur diikuti suster lainnya.

Tangan soobin dengan telaten memotong bahan makanan disana, kini ia mulai berlagak menjadi chef internasional.

Memotong semua daging mentah di depannya kemudian mulai menumis nya.

Setelah satu jam berlalu ia selesai dengan alat dapur itu, tidak mempedulikan keringat yang membasahi rambut nya.

Semoga kerja kerasnya tidak sia-sia.

Dengan sumringah ia meletakkan hidangan itu di meja makan, matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 06:36.

Ini masih terlalu pagi.

"Kamu masak?".

Soobin menoleh ke sumber suara kemudian mengangguk dengan semangat.

"Sebenarnya soobin gabisa masak, karena soobin takut makanan nya gaenak jadi daripada soobin yang nyobain mending kakak dulu yang makan..." Ucapnya.

"Begitu?". Yeonjun terkekeh geli ketika mendengar penjelasan nya, jadi soobin takut mencoba masakan nya sendiri?

Yeonjun mulai duduk sambil memandang makanan di hadapan nya itu.

"Tenang saja, kakak akan jujur jika makanannya terasa tidak enak..." Ujar yeonjun yang masih memandangi makanan itu, menyadari jika tidak ada sahutan dari soobin ia mulai mengangkat kepalanya.

Terlihat soobin yang memegang panci di kedua tangannya dengan wajah yang tersenyum penuh ancaman itu.

Astaga...

"Begitu pun aku, jadi kakak tenang saja. Aku juga sudah menyiapkan sesuatu jika kakak benar-benar mengatakan nya..."

Wajah yeonjun memang tetap datar namun dalam hatinya dia sudah mengucapkan beberapa doa keselamatan dirinya, ia gamau kena racun makanan yang entah rasanya bagaimana.. ia juga gamau kena pukulan panci seharga 15 juta itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

airplane ✈︎|| YeonBinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang