03 . Acara Menghias Kelas

211 4 0
                                    

"Padahal aku tahu, bahwa aku tidak akan sanggup mengejarmu. Tapi, entah mengapa hatiku selalu menantikan dirimu."

- Zefanya Adena Gretta

~ ツ ~

jangan lupa follow akun ini 👇

Akun ig : @wp.hahihuheho251108
Akun tiktok : @wp.hahihuheho251108_
Akun wattpad : @hahihuheho251108

☘️☘️☘️

Dengan raut wajah yang ditekuk serta perasaan yang tak bisa digambarkan betapa kesalnya ia saat ini, tangan Zefanya sibuk membuat sebuah kupu-kupu, dedaunan, serta bintang dari kertas origami.

Awalnya ia berencana untuk tidak turut ikut serta menghias kelasnya, tapi niatnya ia urungkan ketika Bu Pira mengancam saat sedang mengajar di kelas.

"Kalau ada yang enggak ikut serta dalam menghias kelas, maka dia harus membawa jajanan pasar 30 biji dan denda 50 ribu."

Itulah ucapan Bu Pira kala itu. Zefanya tak bisa meremehkan ancaman yang diberikan oleh guru wali kelasnya, karena ia yakin Bu Pira tidak pernah bermain-main akan ucapannya.

Belum lagi, harus denda 50 ribu. Bagi Zefanya yang masih berstatus sebagai pelajar, tentu saja uang itu tidak sedikit. Dan juga kalau meminta kepada orang tua, itu adalah hal yang sangat tidak mungkin.

Karena ia yakin ketika ia meminta duit karena kena denda, pasti tanduk sudah akan muncul diatas kepala Ibunya. Tidak hanya itu, ocehan panjang juga akan ia dapatkan sampai telinganya merasa panas.

Zefanya mengedarkan pandangannya kearah penjuru kelasnya, terlihat betapa sibuknya teman-temannya. Entah itu dari sibuk menghias papan tulis, meniup balon, atau sibuk mengobrol.

Tiba-tiba saja pandangannya tertuju kepada Hera yang tengah marah-marah.

"JANGAN DISITU, NANTI RUSAK!" murka Hera dengan menatap salah satu teman perempuannya.

"Ya gua cuman mau liat aja," jawab orang yang tadi dibentak oleh Hera.

"Udah tahu susah buatnya, nyusahin aja," jutek Hera lalu membawa pot bunga dari origami yang baru saja selesai dibuat oleh Frecilia dan yang lainnya.

Zefanya menghela napasnya lelah. Sebenarnya, Hera itu adalah orang yang baik, sangat baik. Tapi, sikapnya yang seakan-akan tidak memikirkan perasaan orang lain membuat banyaknya orang yang menganggap dia adalah orang yang seenaknya.

Belum lagi sikap Hera yang akan berubah menjadi seorang pekerja keras dan lemah lembut jika dihadapan Bu Pira. Tapi jika bersama teman-temannya, Hera akan sering sekali berbicara dengan nada tinggi atau semacamnya. Namun, jika untuk Zefanya, Mentari, Hesti, dan Neona itu bukanlah suatu masalah besar. Karena mereka sudah terbiasa akan sikap satu sama lain.

Tapi, belum tentu orang lain juga terbiasa bukan?

Kini pandangannya beralih menatap Neona dan Mentari yang tengah tertawa bersama sembari menulis beberapa kata penyemangat diatas karton yang sudah dibentuk dan nantinya akan diikat 'kan dengan tali ke pohon literasi.

Terdengar tawa mereka yang begitu hangat. Belum lagi, wajah memerah yang mereka tunjukkan itu pasti karena keduanya terlalu lama tertawa. Wajar saja itu terjadi, orang yang memiliki kulit putih pasti jika wajahnya berwarna merah akan kelihatan bukan?

Kedua orang itu begitu dekat. Bahkan, tak jarang mereka saling berbagi rahasia satu sama lain.

Lalu, Hesti? Perempuan itu sibuk bermain game yang ada di handphonenya dengan yang lain.

Tak Dianggap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang