"80% orang pasti pernah merasakan keadaan di mana kamu yang berjuang tapi dia yang memilikinya, itu bukan karena cinta yang jahat, hanya saja perasaan itu tidak bisa dipaksakan."
- Reksa Azelio
~ ツ ~
jangan lupa follow akun ini 👇
Akun ig : @wp.hahihuheho251108
Akun tiktok : @wp.hahihuheho251108_
Akun wattpad : @hahihuheho251108☘️☘️☘️
Dengan wajah yang ditekuk, Zefanya berdiri didepan gerbang sekolahnya menunggu jemputan yang tak kunjung juga tiba. Sesekali ia berdecak kesal karena terlalu lelah menunggu.
Padahal, baru saja ia menunggu selama 30 menit, tapi mulutnya tak berhenti-henti terus mengoceh.
"Seenggak penting itu kah gua? Sampai-sampai jemput aja harus ditunda," gumam Zefanya kesal.
Tiba-tiba didalam benaknya kembali muncul kejadian pagi tadi saat Frecilia datang dan membawa kabar yang sangat tidak mau Zefanya dengar.
Rasa penasaran selalu menghantui Zefanya. Ingin rasanya ia langsung menanyai hal tersebut kepada Eksa, tapi sayangnya gengsinya terlalu tinggi.
"Lagian untuk apa gua peduli? Gua 'kan bukan siapa-siapanya Eksa," gumam Zefanya lagi.
"Kali ini, siapa laki-laki yang mengganggu pikiran lo?" sahut seorang remaja laki-laki dengan tubuh yang terbalut hoodie hitamnya.
Zefanya menoleh menatap laki-laki tersebut. Bibirnya tiba-tiba menyebut nama laki-laki itu.
"Asfa," ujar Zefanya.
Asfa Harezif Pradipta, salah satu laki-laki pemilik fans wanita terbanyak. Entah apa yang membuat banyak perempuan menyukainya, mungkin saja karena wajahnya yang tampan dan sikapnya yang pandai berperilaku manis terhadap perempuan.
Selain itu, dia memiliki kulit putih, mata yang sipit, namun tak cindo. Juga jangan lupakan sifat playboynya yang mengakibatkan dia memiliki banyak mantan. Dan sialnya, Zefanya termasuk dalam salah satu korbannya atau mantan Asfa.
"Lagi mikirin apa?" tanya Asfa mencoba akrab.
Pasalnya semenjak keduanya putus, mereka menjadi asing. Bahkan untuk sekedar saling tatap saja rasanya canggung sekali.
"Ngapain lo di sini?"
Bukannya menjawab pertanyaan dari Asfa, Zefanya justru memilih untuk bertanya balik. Jujur saja, Zefanya tak nyaman akan kehadiran Asfa.
Asfa menyungging senyumnya. Lalu ia mendongakkan kepalanya keatas. Pandangannya ia fokuskan untuk menatap langit yang berwarna biru cerah.
"Fa," panggil Asfa.
"Iya?"
"Lo tau enggak, Ali bin Abi Thalib pernah berkata apa tentang seseorang yang tengah menyimpan perasaan terhadap orang yang dia kagumi?"
"Emangnya Ali bin Abi Thalib pernah berkata apa?"
"Kamu boleh menyebutkan namanya di dalam doamu, tapi kamu juga harus menerima jika dia nanti bukan takdirmu. Itu kata Ali bin Abi Thalib."
Zefanya menoleh menatap Asfa yang mendongakkan kepalanya menatap langit.
"Apa maksud lo ngomong gitu?" tanya Zefanya masih belum paham.
"Lo pasti lagi suka sama seseorang 'kan? Itu terbukti dari raut wajah lo yang tiba-tiba berubah saat gua ngomong gitu. Dan, gua juga denger gumaman lo sebelum gua nyamperin lo," jawab Asfa santai tanpa melihat kearah Zefanya.
Zefanya terkekeh mendengar jawaban dari Asfa. "Sepeka itu lo ternyata."
"Tentu. Gua harap lo paham apa maksud perkataan gua tadi."
"Oh ya? Lo tahu dari mana kalau gua sering nyebut namanya didalam doa gua?" tanya Zefanya menatap remeh kearah Asfa.
"Enggak salah lo nanya itu ke gua? Fa, gua ini udah hapal sama sikap perempuan. Kalau mereka lagi suka atau kagum sama seseorang, pasti mereka akan selipkan nama orang yang mereka kagumi didalam doa mereka. Setahu gua sih gitu," ucap Asfa menggaruk tengkunya yang tak gatal.
"Jangan asal menyimpulkan. Tidak semua perempuan akan melakukan hal yang serupa. Itu hanya kesimpulan dan pendapat lo aja, padahal itu belum tentu dilakukan semua perempuan. Jangan sok tahu!" ucap Zefanya memutar bola matanya malas.
"Lo bener, Asfa. Kebanyakan setiap perempuan akan lebih memilih jalur langit ketimbang harus mengemis cinta kepada orang yang mereka sukai, selain gengsi yang tinggi, tentu saja menyerahkan semuanya pada Tuhan itu adalah yang terbaik." batin Zefanya.
Lain di mulut lain juga di hati. Itulah perempuan.
"Yaudah iya maaf. Udah mulai sepi, lo mau nebeng enggak?" tawar Asfa.
Zefanya menggelengkan kepalanya. "Bentar lagi jemputan gua nyampe."
"Yaudah kalau gitu, gua duluan, hati-hati," ucap Asfa lalu mulai menaiki motor beatnya dan mengendarainya dengan kecepatan yang lumayan kencang.
Zefanya yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. "Jatuh mampus itu anak!"
"Tapi kenapa gua deg-deg 'kan ya kalau ngobrol sama Asfa? Padahal kami ini udah sebatas mantan," gumam Zefanya merasa aneh.
Zefanya yakin, ini adalah naluri seorang perempuan yang masih ingin terlihat sempurna didepan para mantannya.
Menurut Zefanya sih, setelah jadi mantan, jangan sampai kita menjadi jelek didepan masa lalu kita, bagaimanapun kita harus berubah.
Buat dia menyesal dan merindukanmu, bukan membuat dia bersyukur karena sudah putus denganmu. Atau malah, jangan sampai mantanmu berpikir 'Kok saya bisa sih pacaran sama dia yang kayak gitu?'
OH TIDAK. JANGAN SAMPAI ITU TERJADI.
Tapi tunggu, sejak kapan Zefanya peduli akan hal itu? Astaga, ia mulai kehilangan akal saat ini.
Dan untung saja, orang yang ditunggu-tunggu Zefanya akhirnya tiba. Kakak perempuannya, rasanya ingin sekali Zefanya memaki-maki kakaknya karena telat menjemputnya.
"Lelet," cibir Zefanya lalu naik keatas motor.
"Masih untung dijemput," balas kakak perempuan Zefanya lalu ia pun melajukan motornya diatas kecepatan rata-rata.
"Idih," kesal Zefanya setelah mendengar jawaban kakaknya. Terdengar sangat santai dan tanpa rasa bersalah. Sepertinya memaki dan mencabik-cabik wajah cantik kakaknya bukanlah ide yang buruk bukan?
Tbc
( To be continue )☘️☘️☘️
Hai, terima kasih udah membaca sampai akhir.
Zefanya sama mantannya lumayan lucu juga ya. Andai aja, di dunia nyata sesama mantan masih bisa deket dan saling ngobrol kayak di fiksi ini 😵.
Eh, tapi tunggu-tunggu, pasti ada dong. Yakali enggak ada.
Udah ah, cuman mau bilang...
Jangan lupa vote dan komen.
Tysm
( Thank You So Much )😦💟
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Dianggap [END]
أدب المراهقينSulit untuknya membiasakan diri dengan keadaan di mana keberadaannya ada, namun seperti tak ada. Memiliki seorang teman dekat tentu saja adalah salah satu impian semua orang termasuk Zefanya. Namun sayangnya, Zefanya terlalu cepat menganggap seseor...