"Rasa itu telah memudar, tidak ada lagi rasa bahagia disaat melihatmu, sudah tidak akan ada lagi getaran dihati ini hanya karena ditatap olehmu. Perlahan-lahan semua akan menghilang dibawa oleh waktu, sama halnya dengan masa mengagumi dirimu kini sudah habis lenyap dimakan oleh kekecewaan yang disebabkan oleh dirimu sendiri."
"Dan nyatanya, kau adalah definisi kenangan usang yang selalu berputar bagai kaset rusak dibenakku."
- Zefanya Adena Gretta
☆•~•☆
"Mencintai seseorang cukup sewajarnya saja. Jangan berlebihan. Jangan sampai kau merendahkan harga dirimu hanya karena dia yang bahkan tak menganggap kau berharga. Yakinkan dirimu, suatu hari nanti akan ada seseorang yang menjagamu layaknya barang yang tak ternilai harganya."
"Dan kelak kau akan sadar, bagian terberat dalam hidup adalah sabar, sabar, dan sabar."
- Reksa Azelio
~ ツ ~
jangan lupa follow akun ini 👇
Akun ig : @wp.hahihuheho251108
Akun tiktok : @wp.hahihuheho251108_
Akun wattpad : @hahihuheho251108☘️☘️☘️
Matahari bersinar begitu cerah. Kicauan burung terdengar jelas memasuki indra pendengaran Zefanya.
Dengan polesan make up serta baju kebaya berwarna dongker, Zefanya berjalan memasuki aula gedung menghampiri teman-temannya.
Hari ini, adalah hari pelepasan kelas 9, dalam artian acara perpisahan. Rasanya waktu berjalan dengan cepat, karena sebentar lagi Zefanya akan menggunakan baju putih abu-abu dan bukan putih biru lagi.
Hari ini semua orang begitu antusias. Terlihat jelas raut wajah bahagia tercetak sempurna diwajah mereka.
"Masa putih biru kita hari ini akan berakhir," ucap Hera.
"Benar," sahut Zefanya.
Kira-kira, apakah setelah ini, mereka semua akan bisa berkumpul bersama lagi?
Zefanya menatap kearah keempat temannya. Mereka sangat menikmati dan sangat bahagia akan acara ini.
Ternyata, Zefanya memilih untuk bertahan sampai lulus. Walaupun teman-temannya selalu menyisihkannya, tidak pernah terbuka, bahkan tidak pernah ingin berbagi rahasia.
Ya Tuhan, Zefanya tak menyangka ia bisa menahan semua perasaan tak enak ketika mengingat bagaimana teman-temannya bersikap.
Tiba-tiba saja, Zefanya melihat remaja laki-laki dengan memakai jas hitam sekaligus satu buket bunga ditangannya.
Laki-laki yang sangat Zefanya kenali itu berjalan menuju kearahnya. Dengan gerakan spontan, Zefanya berlari menghampiri laki-laki itu.
"Eksa?" beo bingung Zefanya.
"Hai," sapa Eksa.
"Sedang apa di sini?"
Eksa tersenyum. "Happy Gradution," ucapnya sembari menyerahkan satu buket bunga ditangannya kepada Zefanya.
Zefanya mengambilnya dengan perasaan bingung.
"Terima kasih banyak, lo ke sini cuman buat kasih ini?"
"Ada hal lain yang ingin gua katakan."
"Apa itu?"
"Terima kasih untuk semuanya. Dan, gua harap, lo bisa memulai semuanya di Sma dengan awal yang baik. Juga, ini terakhir kita bertemu."
Zefanya menaikan satu alisnya keatas. "Maksudnya kita tidak akan pernah bertemu lagi?"
"Benar. Gua harap, kita tidak akan bertemu lagi. Namun, semoga kita kembali bertemu kelak di masa depan dengan versi yang lebih baik dari sekarang," jawab Eksa.
Zefanya tersenyum simpul. "Apakah lo mengharapkan suatu hari kita bisa bersama?"
"Jangan kepedean, Fa. Gua enggak pernah mengharapkan apapun."
"Lalu, kenapa semuanya tiba-tiba gini?"
"Semua enggak ada yang tiba-tiba. Lo cuman baru sadar sekarang. Dan, Fa, ini semua gua lakuin buat tanda terima kasih gua untuk lo. Gua pamit ya," ucap Eksa.
"Sa?"
"Fa, enggak ada yang perlu dibicarain lagi sekarang. Acara udah mau mulai, nikmati aja."
"Oh iya, satu lagi. Ciptakan kebahagiaan dengan versimu sendiri, paham?"
Zefanya semakin dibuat bingung oleh Eksa. Mengapa tiba-tiba Eksa berkata seperti ini? Apalagi, ia tiba-tiba saja mendatanginya ke acara perpisahannya langsung.
"Pasti ada sesuatu 'kan? Sebenarnya ada apa, Sa?" tanya Zefanya.
"Gua bakal sekolah diluar kota. Dan kayaknya, gua perlu ngelakuin hal ini sebelum gua pergi," jawab Eksa santai.
"T-tapi kenapa tiba-tiba pindah, Sa?" tanya Zefanya bingung.
"Pertanyaan itu udah gua denger dua kali keluar dari mulut yang sama. Fa, ini enggak tiba-tiba. Cuman, lo doang yang baru sadar dan tahu," jawab Eksa.
Zefanya diam. Mencerna semua maksud perkataan Eksa.
"Gua pamit ya, terima kasih untuk semunya. Selamat tinggal!" ucap Eksa lalu beranjak pergi meninggalkan Zefanya yang terdiam tak bergeming di tempatnya.
Zefanya memandang punggung Eksa yang mulai menjauh dari pandangannya. Entah mengapa, ada perasaan tak rela dihatinya. Tapi, apa Zefanya memiliki hak untuk itu?
"Eksa, terima kasih juga sudah memberikan hal-hal indah didalam hidup gua."
Ada kata yang sangat bermakna, namun tak bernada. Hanya hati yang dapat memahaminya, karena dia datang tanpa dipaksakan dan diharapkan. Dia adalah cinta, satu kata dengan sejuta makna.
Makna yang bahkan tidak banyak orang dapat memahami makna tersebut. Aneh, namun itulah cinta.
Tapi, perasaan yang dimiliki seorang Zefanya Adena Gretta, mungkinkah hanya sebatas cinta monyet? Dan, itu benar adanya.
Jika memang keduanya sudah ditakdirkan, maka mau sejauh apapun jarak yang ada diantara mereka, percaya atau tidak, Tuhan pasti akan mempersatukan mereka kembali.
Dan sebaik-baiknya manusia adalah dia yang tak pernah lupa dengan Tuhannya ketika sedang jatuh cinta.
Zefanya mengangkat sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman yang hanya Zefanyalah yang dapat memahami arti senyumannya tersebut. Mau tak mau, terima ataukah tidak, inilah takdir.
"Dan bahkan, di bab terakhir pun kau dan aku tak akan pernah menjadi kita."
ENDING
☘️☘️☘️
Hai, terima kasih udah membaca sampai akhir.
Jangan lupa vote dan komen.
AKHIRNYA SELESAI JUGA 😭.
Tenang, masih ada epilog. Dan, akan ada pesan dari penulis (author cerita ini) nanti partnya terpisah ya. Ada juga alasan mengapa cerita ini dibuat, serta latar belakang lainnya 😉.
Tysm
( Thank You So Much )😣💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Dianggap [END]
Novela JuvenilSulit untuknya membiasakan diri dengan keadaan di mana keberadaannya ada, namun seperti tak ada. Memiliki seorang teman dekat tentu saja adalah salah satu impian semua orang termasuk Zefanya. Namun sayangnya, Zefanya terlalu cepat menganggap seseor...