"Jangan terlalu berharap banyak hal. Cukup kau kagumi dia dan doakan segala kebaikan untuknya. Walaupun suatu hari nanti dia bukanlah takdirmu, maka terimalah dengan lapang dada. Karena Tuhan tahu apa yang terbaik untuk dirimu."
- Zefanya Adena Gretta
~ ツ ~
jangan lupa follow akun ini 👇
Akun ig : @wp.hahihuheho251108
Akun tiktok : @wp.hahihuheho251108_
Akun wattpad : @hahihuheho251108☘️☘️☘️
Terlihat matahari bersinar terik menyinari sekolah One Smart. Walaupun begitu, semilir angin pun masih terasa menyentuh kulit.
Zefanya memandang jendela ruangan yang kini ia tempati, ruang ujian 07.
Selama 2 minggu terakhir ini, kelas 9 mengadakan ujian kelulusan. Dan tepat pada hari ini, hari terakhir mereka melaksanakan ujian.
Dan tak terasa sudah hampir 2 mingguan Zefanya tak bertemu lagi dengan Eksa.
"Akhirnya, ujian selesai juga," ucap Frecilia sembari merenggangkan jari jemarinya yang lelah.
"Iya," jawab Zefanya tersenyum.
"Woy! Nilai hasil ujian udah dipajang di papan pengumuman sekolah," teriak Rahen yang tampak antusias.
"LIHAT YOK!" ajak Frecilia begitu semangat.
"Gua takut enggak sesuai ekspetasi, padahal gua berharap banget nilai gua besar supaya bisa masuk sekolah impian gua," ucap Hera memelas.
"Berharap nilai besar sih boleh, asal ada usahanya, yaitu belajar. Bukannya malah bawa contekan setiap harinya," batin Zefanya memandang Hera.
Dari awal ujian sampai akhir ujian, Hera tak pernah lupa membawa kertas contekan setiap pergantian jadwal ujian mata pelajaran.
Kertas contekan yang ia bawa ditaruh dibawah papan miliknya yang digunakan untuk alas. Entah karena apa, Hera tidak pernah ketawan jika membawa contekan.
Jika saja itu menyontek teman, tentunya bukanlah masalah besar. Karena bagaimanapun, sudah menjadi hal biasa jika kita menyontek teman saat ujian.
Memang bukanlah perilaku yang baik, tapi namanya seorang remaja pelajar, apakah mereka mempedulikan itu disaat situasi genting?
Tapi, Hera berbeda. Ia menyontek kertas contekan yang ia bawa dan juga menyontek teman. Perilaku ini tidak hanya dia lakukan saat di kelas 9 saja, namun saat di kelas 8 dan 7 juga. Dengan kata lain, mencontek kertas saat ujian sudah menjadi kebiasaannya.
"Fa, ayok liat nilai!" ajak Mentari yang juga terlihat begitu antusias.
Bukan hanya Mentari, Rahen, dan Frecilia saja, tetapi semua teman-temannya begitu antusias untuk melihat hasil nilai ujian mereka masing-masing. Semuanya berharap mendapatkan nilai yang besar agar nanti bisa masuk ke sekolah impian masing-masing.
Berbeda dengan Zefanya yang tidak sama sekali memiliki sekolah impian. Setiap kali masuk Sd, Smp, dan Sma, Zefanya selalu mengikuti apa kata orang tuanya.
Karena, jika saja Zefanya memiliki sekolah impian atau keinginan untuk masuk sekolah yang ia sukai, pastinya terhalang akan jarak rumahnya dengan sekolah. Belum lagi, orang tuanya melarang.
Jadi, Zefanya tidak begitu semangat dan termotivasi untuk mendapatkan nilai yang besar. Menurutnya, asalkan nilainya diatas KKM, itu sudah cukup baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Dianggap [END]
Fiksi RemajaSulit untuknya membiasakan diri dengan keadaan di mana keberadaannya ada, namun seperti tak ada. Memiliki seorang teman dekat tentu saja adalah salah satu impian semua orang termasuk Zefanya. Namun sayangnya, Zefanya terlalu cepat menganggap seseor...