Nonik Belanda di pangkuan Setan Dokter terbangun karena jeritan Gaby, Grace, Gissa dan Gizel. Tatapannya nyalang ke arah mereka.
Meja tulis itu secara tiba-tiba bergerak melayang menghantam Bintang, Gaby, Roy, Grace, Gissa dan Gizel dengan keras.
Mereka berusaha bangkit kembali dan menuju ke pintu untuk keluar. Namun, satu persatu, tubuh mereka terlempar dengan sendirinya dan membentur apa saja yang ada di ruangan itu, berulang kali, hingga mereka tergeletak di lantai dengan penuh luka.
Bintang, Gaby, Roy, Grace, Gissa dan Gizel terlihat lemah dan kepayahan. Mereka merayap di lantai ke arah pintu.
Setan Dokter beranjak dari kursi dan mendudukkan Nonik Belanda di kursi. Ia kemudian berjalan pelan dengan santai mengambil mantel dokternya yang tergantung dan kemudian mengenakannya.
Koridor lantai satu itu nampak suram dan dipenuhi kabut tipis. Kondisinya terlihat sama seperti saat awal Bintang, Gaby, Roy, Grace, Gissa dan Gizel masuk secara diam-diam ke dalam gedung.
Pintu salah satu ruangan tertutup yang ada di koridor itu terbuka. Keluarlah satu per satu, Bintang, Gaby, Roy, Grace, Gissa dan Gizel. Mereka saling bantu membantu keluar dari ruangan yang tak lain adalah ruangan misterius itu. Kondisi mereka kepayahan.
Bintang, Gaby, Roy, Grace, Gissa dan Gizel keheranan dengan perubahan kondisi koridor itu. Kabut tipis perlahan mulai muncul. Grace cepat sadar dan menunjuk ke arah lobby.
"Ke situ! Arah lobby ada di situ." Teriaknya.
"Ayo, buruan!" seru Roy.
Dengan sisa tenaga yang ada, mereka bergegas lari ke arah lobby.
Bintang, Gaby, Roy, Grace, Gissa dan Gizel berlari panik menyusuri koridor lantai satu yang suram dan dipenuhi kabut tipis. Penerangan hanya dari lampu di persimpangan koridor dan torchlight pada handphone di genggaman tangan mereka. Nafas mereka terengah-engah.
Beberapa kali mereka terjatuh karena ketakutan.
Beberapa goresan luka yang mengeluarkan darah nampak di wajah mereka yang pucat, tegang dan ketakutan. Sesekali mereka menengok ke belakang.
Tubuh mereka juga penuh luka, berdarah dan terdapat beberapa robekan pada pakaian mereka.
Suara tawa menyeramkan Setan Dokter di belakang mereka menggema di sepanjang koridor.
Bintang, Gaby, Roy, Grace, Gissa dan Gizel berlari melewati lobby. Pintu keluar kini terlihat beberapa meter lagi di depan mereka. Cahaya nampak menyusup dari celah pintu, memberi sedikit penerangan.
Tergurat harapan selamat di wajah mereka.
Tangan Grace terulur berusaha meraih pegangan pintu. Dan begitu ia berhasil menggenggam pegangan pintu itu, segera ia memutarnya. Cahaya putih yang terang menyilaukan menyeruak masuk.
Bintang, Gaby, Roy, Grace, Gissa dan Gizel berlari melalui pintu itu. Nafas tersengal, keringat bercucuran, mereka dalam kondisi yang terlihat buruk.
Bintang, Gaby, Roy, Grace, Gissa dan Gizel berhenti dan terlihat panik saat mendapati bahwa mereka ternyata kembali berada di depan ruang misterius.
"Ayo, lari!" teriak Roy panik.
Mereka kembali berlari ke arah lobby.
Bintang, Gaby, Roy, Grace, Gissa dan Gizel berlari panik dan sangat kepayahan, menyusuri koridor yang suram dan dipenuhi kabut tipis.
Koridor itu serasa tak berujung. Wajah mereka nampak keletihan. Langkah kaki mereka semakin lemah berlari.
Pintu keluar akhirnya kembali terlihat di depan mereka. Cahaya dari luar nampak menyusup dari celah pintu, memberi sedikit penerangan.
Tergurat di wajah mereka satu harapan mendalam bahwa itu adalah pintu keluar yang sebenarnya.
Tangan Grace terulur berusaha meraih pegangan pintu. Dan begitu ia berhasil menggenggam pegangan pintu itu, segera ia memutarnya. Cahaya putih yang terang menyilaukan menyeruak masuk.
Pintu masuk ke dalam gedung Klinik Tua Peninggalan Belanda itu terbuka. Bintang, Gaby, Roy, Gissa dan Gizel keluar dengan nafas tersengal, keringat bercucuran, mereka dalam kondisi yang terlihat sangat buruk.
Mereka berhenti dan berusaha menyesuaikan pandangan mata mereka pada sinar matahari pagi yang terang.
Bintang, Gaby, Roy, Gissa dan Gizel tercengang saat melihat suasana ramai di luar gedung Klinik Tua Peninggalan Belanda itu. Beberapa polisi terlihat di luar gedung. Kerumunan orang-orang terlihat di luar garis batas polisi.
Roy kemudian menyadari bahwa Grace tidak ada di antara mereka. Ia pun panik.
"Grace mana?"
Bintang, Gaby, Gissa dan Gizel pun tersadar. Mereka pun ikut panik.
Saat mereka berbalik badan bermaksud hendak masuk kembali ke dalam gedung untuk mencari Grace, dari balik pintu itu keluar beberapa petugas forensik mengusung lima tandu kantong mayat menuju ke mobil jenazah yang terparkir di halaman gedung.
Tak lama kemudian muncul satu tandu lagi yang mana di atas tandu itu terbaring Grace dengan masker oksigen. Mata Grace terpejam tapi tubuhnya yang terikat di tandu bergerak-gerak, menyentak-nyentak, menggeram ketakutan seperti sedang mengalami mimpi yang sangat buruk sekali.
Grace dibawa menuju ke mobil ambulance yang terparkir di samping mobil jenazah.
Bintang, Gaby, Roy, Gissa dan Gizel berjalan pelan dengan bingung. Mereka menuju ke mobil jenasah dan ambulance yang terparkir di halaman Klinik Tua Peninggalan Belanda. Tidak ada yang menggubris mereka.
Sebelum petugas-petugas itu memasukkan kantong-kantong mayat ke dalam mobil jenasah, mereka membuka resleting kantong mayat tersebut di bagian wajah.
Seorang petugas lainnya memfoto jenazah yang ada di dalam kantong-kantong mayat itu.
Bintang, Gaby, Roy, Gissa dan Gizel shock saat melihat bahwa itu adalah mereka yang di dalam kantong-kantong mayat tersebut.
Di depan pos jaga Klinik Tua Peninggalan Belanda itu, PUTRI (seorang reporter cantik, 21 tahun) berdiri di depan kamera yang dioperasikan oleh seorang kameramen bernama HADI (pria, 25 tahun, berkulit sawo matang).
Putri, berbicara pada reporter mic wireless berlogo '8 News Hi-light'. Di sebelah Putri berdiri Kang Dadang.
"Selamat pagi, pemirsa. Kembali lagi di 8 News Hi-light bersama saya Putri Viona. Saat ini saya berada di Klinik Tua Peninggalan Belanda Di Bandung, lokasi di mana telah terjadi tragedi mengerikan yang menimpa enam remaja. Lima dari mereka ditemukan telah meninggal dan seorang lagi dalam kondisi kritis."
Dalam siaran langsung tersebut, terekspos secara bergantian foto-foto (dengan blur cencored) Bintang, Gaby, Roy, Gissa dan Gizel yang telah meninggal. Mereka tergeletak di lantai sebuah ruangan bekas ruang kerja yang terlihat berantakan. Di sekitar tubuh mereka yang memar dan penuh luka diberi garis kapur serta nomor penanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH MAZE - Shadow of The Death
HororSekelompok anak muda terjebak dalam labirin kematian di gedung Klinik Tua Peninggalan Belanda di Bandung. Mereka harus menghadapi horor mengerikan yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.