00 PROLOGUE

110 9 6
                                    

DISCLAIMER!

CERITA INI MURNI KARANGAN SAYA! TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN DUNIA NYATA!

PLAGIAT HARAP MENJAUH DARI LAPAK INI.

Pembaca yang baik tau cara menghargai penulisnya.

Happy Reading!

.

"Semakin tinggi pohon, maka semakin kencang angin yang menerpanya"

- Z. L


Di tengah gemerlap dan mewahnya bangunan-bangunan tinggi bergengsi di atas tanah bumi ini, ada sesosok gadis yang tengah berdiri menikmati cahaya perkotaan dari atas gedung entertainment. Indra pendengarannya menangkap derap langkah tegap yang mendekatinya, namun gadis ini tak kunjung menoleh.

"Lo udah dateng?" tanya gadis itu pelan, masih sama dengan posisi awalnya yang menikmati hembusan dingin di malam hari.

Suara bass dari lawan bicaranya terdengar, "Jangan lupa kalau anggota kita saling memusuhi, dan lo sendiri telah mengibarkan tanda peperangan terlebih dahulu kepada kami, Zania Lawrence"

Terdengar begitu dingin dan tidak memiliki emosi, namun anehnya gadis itu——Zania malah merasa aman kala mendengarnya dan mengukir senyuman tipis.

"Benar-benar ciri khas seorang Harvest Grove. Pemimpin yang mementingkan anggotanya, apa gue benar?" tanya Zania menoleh kepada Harvest dengan senyuman yang tidak bisa ditebak.

"Gue nggak punya wakt-"

"Gue salah," ungkap Zania cepat sebelum Harvest menyelesaikan ucapannya. "Lo bener, ada rubah di dalam Shadow Predators.." Netra hijau miliknya menatap cowok ini lekat-lekat. "..Rubah itu telah bikin dua kubu bertengkar, mengadu domba, dan membuat saudara gue harus kehilangan nyawa"

Harvest tertawa, "So? Itu urusan lo, gue gak ada kaitannya dan gak-"

"Dan Rubah itu juga.." Kali ini suara Zania terdengar lebih tegas dan keras, seolah memperingatkan Harvest. "Telah menghilangkan masa kejayaan Atlantis Piece, bukan begitu?"

Ada sesuatu yang terlihat begitu sederhana di antara tiap-tiap sudut gedung-gedung tinggi yang gemerlap, padahal sebenarnya ia tidaklah sederhana. Karena ada kalanya bayangan-bayangan dibalik gedung-gedung besar itu memberikan ruangnya tersendiri untuk suatu hal yang tidak bisa diterka-terka.

Zania berbalik, kakinya melangkah mendekati Harvest yang menatapnya skeptis. Langkah itu baru berhenti saat jarak yang terpaut di antara mereka begitu dekat.

Zania berbisik, "Kita bukan temen, tapi untuk membalas kematian kakak gue dan mengembalikan masa kejayaan Atlantis Piece, lo mau gak percaya sama gue?"

"Lo picik" maki Harvest.

"Oh c'mon boy.. kita gak perlu berkawan baik, kita hanya perlu menjabat tangan dan saling mempercayai" ujar Zania sembari mengulurkan tangannya lebih dulu. "Bukankah pepatah mengatakan kosongkan gelasmu bila bertemu dengan orang baru?"

"Lo bukan orang baru"

Zania kembali tertawa, "Tapi yang ada di depan lo ini beda dari sebelumnya"

Harvest menghela nafas sejenak, netranya terarah pada uluran tangan yang masih setia di tempatnya menunggu balasan dari dirinya. Cowok itu kini melepas sarung tangan hitam miliknya dan membalas uluran tangan yang terarah hanya untuknya.

"Deal. We play it together" balas Harvest.

Seperti teka-teki yang sulit terjawab namun caranya ada di depan mata.

Bisakah mereka meraihnya?

.

.

Helo guys!

Ini first story saya di wattpad, bisa di kritik tapi kritik yang membangun ya! Bye the way janlup vote and comment ya guys!

BLACK HARMONYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang