04. Reformasi Militer

3.9K 98 0
                                    

Seminggu telah berlalu dan dalam waktu yang singkat itu, Andika melakukan reformasi besar-besaran pada sistem kemiliteran. Dia kemudian membagi pasukan menjadi beberapa tingkatan:

Peleton: Unit dasar infanteri, terdiri dari sekitar 40-60 orang.

Kompi: Terdiri dari 4-8 peleton, dipimpin oleh kapten.

Batalyon: Terdiri dari 4-6 kompi, dipimpin oleh komandan batalyon.

Resimen: Terdiri dari 2-4 batalyon, dipimpin oleh kolonel.

Brigade: Terdiri dari 2-4 resimen, dipimpin oleh jenderal brigadir.

Divisi: Terdiri dari 2-4 brigade, dipimpin oleh jenderal divisi.

Korps: Terdiri dari 2-4 divisi, dipimpin oleh jenderal korps.

Dengan hanya 400 pasukan yang dimilikinya, Andika hanya dapat membentuk 8 peleton dan 1 kompi untuk saat ini. Dia memilih prajurit yang telah lama mengabdi di kerajaan untuk memimpin setiap peleton dan kompi.

Fahmi, seorang veteran yang penuh pengalaman, ditunjuk sebagai pemimpin kompi. Septian, satu-satunya prajurit yang mampu membaca dan menulis, ditunjuk sebagai wakil kompi. Keputusan ini diterima dengan baik oleh seluruh pasukan.

Selanjutnya, Andika menugaskan Fahmi dan Septian untuk mengkoordinir semua pasukan, mengatur pola makan dan latihan agar lebih efektif. Hal ini menjadi langkah awal yang krusial dalam membangun kekuatan militer yang tangguh dan siap tempur.

Di tengah reformasi militernya, Andika juga terus memantau perkembangan produksi senjata api yang diberi nama "Senapan Impian 1". Meskipun kecepatan produksinya masih tergolong lambat dengan 50 senjata yang berhasil dibuat dalam seminggu, Andika memahami kendala yang dihadapi para penempa besi yang belum terbiasa dengan teknologi senjata api.

Kabar baiknya, para penempa besi sudah mulai menunjukkan kemajuan pesat dan diprediksi produksi akan meningkat pesat di minggu berikutnya. Hal ini memungkinkan Andika untuk mengurangi pengawasannya terhadap mereka dan fokus pada hal lain.

Besok, ujicoba senjata api akan dilakukan secara tertutup di belakang halaman istana. Andika meminta Rukka untuk mengundang semua pejabat dan tokoh masyarakat di kerajaan Mamuju untuk menghadiri acara tersebut.

"Yang Mulia, saya telah menyampaikan undangan kepada semua pejabat dan tokoh masyarakat di wilayah Utara dan ibukota kerajaan. Namun, sayangnya, cukup banyak yang menolak hadir dengan berbagai alasan. Untuk wilayah selatan kerajaan, kami tidak dapat menyampaikan undangan karena pasukan pemberontak menjaga ketat perbatasan," lapor Rukka dengan wajah yang tampak kesal karena ada pejabat dan tokoh masyarakat yang membangkang dan menolak undangan raja.

Andika tidak ambil pusing dengan mereka yang menolak datang. Justru, dia menganggap hal tersebut sebagai kesempatan untuk melihat siapa saja pejabat dan tokoh masyarakat yang masih setia kepada kerajaan. Setelah perang melawan pemberontak usai, dia berencana untuk melakukan reformasi dan perombakan besar-besaran pada jajaran pejabat dan tokoh masyarakat di kerajaan. Bagi mereka yang mendukung kerajaan hingga saat ini, dia akan memberikan imbalan. Sedangkan bagi yang memberontak, dia akan menindak mereka semua.

"Tapi secara keseluruhan, masih ada beberapa yang datang, terutama Walikota Cali dari Pasangkayu yang selalu mendukung kerajaan ini. Dia sedang dalam perjalanan ke ibukota," lanjut Rukka dengan wajah yang lebih cerah.

"Paman Cali? Nampaknya dia tidak terjerumus seperti Jenderal Andi, padahal Paman Cali punya peluang untuk memberontak dan menguasai wilayah Utara kerajaan," kata Andika dengan wajah yang terkejut.

"Yang Mulia, tidak seperti pengkhianatan Andi yang tidak tahu diri, Walikota Cali sangat dekat dengan almarhum ayahmu dan dia berjanji akan selalu setia kepada kerajaan, apapun yang terjadi. Beliau bahkan berjanji akan menyelamatkan Yang Mulia di ibukota jika pasukan pemberontak sampai berhasil menduduki ibukota," jelas Rukka.

"Aku akan menemuinya jika Paman Cali dan rombongannya telah sampai," gumam Andika dengan ekspresi santai.

----------------


Seminggu yang lalu, di balaikota Pasangkayu, wilayah Utara kerajaan Mamuju, Walikota Cali, seorang pria berusia 50-an tahun, sedang bersantai sambil menikmati teh. Tiba-tiba, pintu kantornya terbuka dengan tergesa-gesa dan seorang pria berusia 30-an tahun masuk dengan terburu-buru untuk menyampaikan kabar penting.

"Tuan, saya punya berita darurat! Jenderal Andi telah memberontak dan menguasai wilayah selatan kerajaan. Dia juga menuntut raja baru untuk turun tahta dalam waktu sebulan. Jika tidak, pasukan pemberontak akan menyerang ibukota!"

"Apa katamu?!" ujar Walikota Cali dengan terkejut.

Kabar ini membuat Cali sangat khawatir. Kerajaan tampaknya akan memasuki krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Apalagi, kerajaan masih belum pulih dari kematian raja sebelumnya dan kekalahan besar dalam agresi kerajaan Makassar. Ditambah lagi, raja baru dilantik beberapa hari yang lalu dan masa transisi masih belum sepenuhnya stabil.

"Bagaimana tanggapan dari istana?" tanya Cali dengan wajah yang serius dan penuh kekhawatiran.

"Raja baru dengan tegas menolak untuk mundur dan mengumpulkan pasukan kerajaan yang tersisa untuk melawan pemberontak," jawab pria tersebut.

Cali cukup terkejut mendengarnya. Dia sangat mengenal Andika dan mengetahui karakternya yang pemalu dan pendiam. Dia mengira bahwa ancaman Jenderal Andi akan membuat nyalinya ciut dan mundur. Namun, tampaknya Andika telah banyak berubah sejak mereka tidak bertemu selama 8 tahun.

"Kalau begitu sampaikan pesanku kepada yang mulia melalui penasihat kerajaan tuan Rukka, saya walikota Pasangkayu akan tetap mendukung kerajaan dan saya akan berusaha untuk menstabilkan wilayah ini dari hasutan pemberontak" ucap cali dengan lantang dan tegas

"Siap tuan, saya akan segera menyampaikan pesan ini secepatnya"

----------------


Seminggu kemudian, Walikota Cali menerima undangan dari raja untuk menghadiri ujicoba senjata baru di ibukota. Dia sudah mengetahui informasi tentang senjata ini dari Rukka, yang membuat raja baru yakin akan memenangkan perang melawan pasukan pemberontak. Cali pun bersiap-siap untuk segera berangkat ke ibukota dan menyaksikan sendiri kekuatan senjata baru tersebut.

Keesokan harinya, Cali dan rombongan telah tiba di ibukota. Setibanya di istana, mereka semua menundukkan kepala dan memberi hormat kepada raja.

"Paman Cali, lama tidak bertemu. Sudah 8 tahun kita tidak bertemu sejak ayahku mengangkat mu sebagai walikota di Pasangkayu. Anda sudah terlihat semakin tua," Andika berkata dengan tenang, sembari tersenyum tipis.

"Yang Mulia, pujian Anda membuat saya malu. Saya hanya seorang warga kerajaan yang taat dan setia," jawab Cali dengan tersenyum. Dia kemudian melanjutkan, "Yang Mulia, saya sangat terkejut dengan perubahan Anda dalam 8 tahun terakhir, terutama keberanian Anda dalam menghadapi pasukan pemberontak dan memanfaatkan momentum ini untuk mempertahankan tahta. Namun, saya cukup khawatir dengan jumlah pasukan yang akan berperang melawan pemberontak. Apakah Yang Mulia yakin dengan 400 pasukan untuk melawan pemberontak yang kemungkinan berjumlah 4-5 kali lipat dari pasukan kerajaan?" tanya Cali dengan penuh kekhawatiran.

"Paman Cali, saya tidak sebodoh itu untuk melawan pasukan pemberontak dengan jumlah pasukan yang minim. Senjata yang akan saya ujicoba sebentar sore ini akan mengejutkan Anda dan semua yang hadir. Dengan senjata ini, bahkan jika musuh berkali-kali lipat banyaknya, mereka akan tidak berdaya," jawab Andika dengan penuh keyakinan.

Cali mengangguk dan menanti dengan penuh rasa penasaran untuk menyaksikan ujicoba senjata yang diklaim raja sebagai kunci kemenangan melawan pasukan pemberontak. Jika memang benar seperti yang raja klaim, maka raja baru ini akan mampu mengatasi krisis kerajaan dan bahkan melampaui pencapaian ayahnya. Cali sangat menantikan hal tersebut dan ingin menjadi saksi dalam sejarah di kerajaan Mamuju.

Kebangkitan Kerajaan Besar Nusantara (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang