14. Pergerakan Kerajaan Makassar (2)

2.7K 87 7
                                    

Disisi lain wilayah selatan kerajaan Mamuju, Balaikota Polewali.
Sudah seminggu berlalu sejak berita kekalahan pasukan gabungan pemberontak dan Kerajaan Makassar. Kekalahan ini membuat Kerajaan Makassar kebingungan. Mereka sulit percaya bahwa pasukan pemberontak bisa kalah, tapi fakta bahwa tidak ada kabar sama sekali dari mereka membuat Kerajaan Makassar mau tidak mau mempercayai kabar tersebut.
Terutama bagi jenderal Kahar, salah satu dari tiga jenderal besar Kerajaan Makassar yang juga atasan langsung perwira Rijal, sangat terkejut mendengar berita tersebut.
Beberapa hari yang lalu, dia mengirim beberapa pengintai untuk mengecek apa yang sebenarnya terjadi di sana. Namun, para pengintai yang dia kirim kesana menghilang tanpa jejak.
Hal ini membuat kahar harus berspekulasi alasan kekalahan pasukan pemberontak, karena raja Makassar menuntutnya membuat laporan mengenai alasan kekalahan pasukan pemberontak.
Satu-satunya kesimpulan yang masuk akal bagi Kahar adalah Kerajaan Mamuju mendapat bantuan dari Kerajaan Luwu dan pelaut Portugis. Ya, itu adalah satu satunya kesimpulan yang bisa Kahar pikirkan sehingga dia kemudian menulis laporan panjang tentang kejadian tersebut secara rinci dan hati-hati sebelum mengirimnya ke Raja Makassar.
Di tengah Kahar menulis, seorang prajurit muda tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya ingin menyampaikan pesan penting.
"Jenderal," lapor prajurit muda itu dengan hormat, "Walikota Majene meminta perlindungan di wilayahnya. Dia takut akan serangan dari Kerajaan Mamuju yang bisa saja merebut kembali wilayah Majene."
Kahar yang mendengarnya seketika berhenti menulis dan berbalik dengan nada jengkel.
"Sampaikan kepadanya jangan khawatir!" bentak Kahar. "Tidak mungkin Kerajaan Mamuju mampu mengambil kembali wilayah selatan kerajaannya secepat itu. Meskipun mereka menang, yakinlah bahwa mereka pasti membayar mahal atas kemenangan tersebut dan mereka pasti memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih kembali."
Namun karena Kahar tidak ingin diganggu lagi oleh hal sepele seperti itu maka dia perlu menenangkan Walikota Majene yang mungkin masih ketakutan akan serangan dari kerajaan Mamuju yang bisa datang kapan saja.
"Sampaikan pesanku bahwa saya akan mengirim 2.000 pasukan untuk menjaga wilayah Majene," kata Kahar dengan nada serius. "Itu saja, dan saya tidak mau lagi ada hal sepele yang menggangguku."
"Baik, Jenderal," balas prajurit muda itu. "Saya akan segera menyampaikan pesan tersebut kepada Walikota Majene." Prajurit muda itu bergegas keluar ruangan.
Beberapa saat kemudian, Kahar melanjutkan menulis surat sampai selesai dan mengirimkannya ke ibukota melalui kapal laut.

----------------

Ibukota Gowa, 19 Maret 1520 Masehi.
Gowa merupakan salah satu kota paling penting dalam pemerintahan kerajaan Makassar. Suasana yang cerah dan ramai menyelimuti kerajaan ini. Kota yang sangat besar dan luar biasa ini dikelilingi tembok besar dengan meriam yang sangat megah.
Di pelabuhannya terdapat ratusan kapal perang yang membuat banyak pelaut tidak berani memprovokasi kerajaan ini. Banyak pedagang dari seluruh dunia singgah di kota ini untuk berdagang dan bertransaksi. Mulai dari pedagang Timur Tengah, Asia Timur, Afrika, dan Eropa.
Bisa dibilang, ibukota Gowa 10 kali lipat lebih makmur dan lebih besar dibandingkan ibukota Mamuju. Namun, suasana yang luar biasa ini tidak dibarengi dengan suasana di dalam istana kerajaan Makassar yang cukup suram.
Beberapa jam setelah jenderal Kahar mengirim surat tentang kekalahan pasukan pemberontak melalui kapal laut. Surat tersebut telah sampai ke istana kerajaan dan dibuka oleh seorang pria umur 30-an. Dia adalah Raja Makassar, Karaeng Tunru, yang sedang membaca isi surat tersebut dengan baik dan seksama.
"Apakah benar kerajaan Luwu dan pelaut Portugis membantu kerajaan Mamuju?" tanya Tunru dengan penuh kebingungan.
"Apa yang kerajaan Mamuju berikan kepada mereka? Tanah? Sumber daya alam?" "Sepengetahuan saya," Tunru melanjutkan, "wilayah kerajaan Mamuju tidak punya keistimewaan apapun selain tambang besi di wilayah Polewali."
"Yang mulia," jawab Sadli, penasihat kerajaan Makassar, dengan wajah serius dan nada rendah, "saya punya pemikiran yang sama. Tetapi ada spekulasi yang mungkin menjelaskan kenapa kerajaan Luwu dan pelaut Portugis mau membantu kerajaan Mamuju."
"Mereka mungkin khawatir kita bisa menyerang kerajaan Luwu melalui kerajaan Mamuju," Sadli melanjutkan. "Sebab, kerajaan Luwu relatif cukup dekat dengan kerajaan Mamuju."
"Itu penjelasan yang masuk akal," kata Tunru dengan nada lantang dan serius. "Kerajaan Mamuju dan Luwu memang cukup berdekatan. Sehingga, untuk menghindari risiko, kerajaan Luwu pasti akan berusaha membantu kerajaan Mamuju melawan pasukan pemberontak."
"Kalau begitu," Tunru menghela nafas panjang sambil melanjutkan, "umumkan kepada publik bahwa kerajaan menghentikan invasi untuk sementara waktu. Kita perlu fokus terlebih dahulu menstabilkan wilayah tenggara Sulawesi yang telah kita rebut dari kerajaan Luwu sebelum kita mulai melakukan invasi berikutnya."
Sebenarnya, Tunru sendiri tidak ingin menghentikan invasi ini. Momentum untuk memperluas wilayah sangat menguntungkan baginya. Namun, kekalahan pasukan pemberontak yang gagal mengambil alih ibukota Mamuju dan juga ancaman baru yang mulai muncul, yaitu VOC yang mengganggu perdagangan maritim kerajaannya, membuatnya harus menghentikan invasi.
"Baik, Yang Mulia," jawab Sadli dengan nada lega dan santai. "Saya akan segera mengumumkan kepada publik."
Dia sangat bersyukur atas keputusan raja menghentikan invasi. Sebab, jika invasi terus berlanjut, biaya yang dikeluarkan akan sangat mahal dan mengganggu keuangan kerajaan.
Meskipun mereka berhasil menduduki banyak wilayah dari invasi ini, tidak sedikit pasukan mereka yang tewas, baik di darat maupun di laut. Namun, Sadli tidak ingin mengatakan hal tersebut kepada raja.
Raja yang memerintah saat ini cukup diktator dan menakutkan. Dia tidak segan-segan menghukum dan mengeksekusi siapapun yang mengkritik dan melawannya. Sehingga, tidak ada suara keberatan dari kalangan para pejabat, tokoh masyarakat, maupun kaum bangsawan.
Pengumuman penting dari raja Makassar tentang penghentian invasi disampaikan secara publik. Pengumuman ini membuat banyak pihak dari berbagai kalangan sangat lega dan bersyukur.
Terutama bagi seluruh pasukan yang ditugaskan menginvasi. Mereka sangat senang dan bersukacita atas pengumuman tersebut. Akhirnya, mereka bisa beristirahat dari invasi melelahkan yang mereka lakukan siang dan malam.
Baik jenderal dan para perwira seketika mengendurkan kewaspadaannya setelah pengumuman ini. Karena, mereka sudah tidak dipaksa lagi untuk terus melakukan invasi yang semakin hari semakin sulit.
Para bangsawan juga sangat gembira. Harta mereka tidak perlu terkuras habis akibat invasi tanpa jeda yang dilakukan kerajaan. Mereka bisa kembali memulihkan dan mengumpulkan kembali harta dengan tenang.
Pengumuman ini juga menyebar ke seluruh wilayah kerajaan di Nusantara yang menimbulkan reaksi dari berbagai pihak. Terutama bagi kerajaan Luwu dan pelaut Portugis yang seketika membuat mereka lega karena kerajaan Makassar akhirnya menghentikan invasinya.

----------------

Berita kerajaan Makassar yang menghentikan invasinya juga telah sampai ke telinga Andika keesokan harinya.
Mendengar berita tersebut, Andika seketika berhenti sejenak merancang lanskap untuk membahasnya dengan Rukka.
"Yang Mulia," kata Rukka dengan nada yang cukup senang, "ini bisa dibilang sebagai berita yang sangat bagus. Dengan ini, kita bisa tenang dalam memulihkan kondisi kerajaan ini."
"Tapi, saya yakin kerajaan Makassar hanya sementara saja menghentikan invasi ini," balas Andika dengan tenang. Dia tidak percaya bahwa kerajaan Makassar menghentikan invasi ini tanpa sebab.
Momentum invasi yang cukup besar memungkinkan mereka mampu merebut sepenuhnya kerajaan Luwu dan memukul mundur pelaut Portugis.
Namun, saat Andika membaca laporan dari Tude tentang keadaan dan kondisi yang terjadi di luar kerajaan, dia tiba-tiba terpaku pada satu hal, yaitu VOC.
Ya, dia yakin bahwa VOC adalah penyebab utama kerajaan Makassar menghentikan invasinya. Seminggu yang lalu VOC berhasil merebut dan menduduki Batavia, pelabuhan penting kerajaan Sunda. Hal ini menyebabkan VOC mampu mengontrol jalur Selat Malaka dan Selat Sunda, yang mengganggu perdagangan kerajaan Makassar.
...................

Pesan penting : Saya kemungkinan besar akan Hiatus untuk sementara karena ada kesibukan dan saya lagi kehabisan ide cerita sehingga bingung bikin building world nya untuk kedepannya. Terima kasih telah support saya sampai saat ini dan semoga saya bisa melanjutkan lagi jika ada waktu luang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kebangkitan Kerajaan Besar Nusantara (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang