09. Perang Melawan Pasukan Pemberontak (4)

3.3K 70 0
                                    

Di Medan perang, setelah pasukan kerajaan berhenti melakukan tembakan. Asap hitam pekat mulai menghilang dan langsung memperlihatkan 300 pasukan kerajaan yang masih berdiri tegak. Tidak ada satupun dari mereka yang terluka ataupun tewas sedangkan disisi yang berlawanan ribuan mayat pasukan infanteri menumpuk. Genangan darah dimana-mana dan tidak ada tanda tanda kehidupan. Menyisakan 500 pasukan kavaleri dan 500 pemanah dibelakang yang cukup gemetar melihat pembantaian di depan mereka.
Baik Andi, Regi maupun Rijal masih terpaku melihat kengerian yang ada di depannya. Terutama bagi Andi, mimpi indah untuk menjadi raja seketika hancur berkeping-keping.
Sehari sebelum perang, Andi dilanda kebimbangan. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan tentang masa depannya setelah dinobatkan sebagai raja. Pertanyaan besar menghantuinya, haruskah dia tunduk pada dominasi Kerajaan Makassar dan menjadi raja boneka, atau berani melawannya dengan bersekutu diam-diam dengan Portugis dan Kerajaan Luwu?
Keraguan Andi bukan tanpa alasan. Dia sejujurnya tidak ingin tunduk pada siapapun, dan kekalahan telak dalam perang besar melawan kerajaan Makassar masih membekas dalam ingatannya. Ambisi Kerajaan Makassar yang menduduki paksa wilayah Polewali sebagai tawar menawar atas pengakuannya sebagai raja semakin memperkuat tekadnya untuk tidak menjadi bawahan mereka.
Ditengah kebimbangannya, Andi mulai menyusun rencana. Dia sadar bahwa perlawanan terbuka melawan kerajaan Makassar akan sia-sia. Kekuatan mereka jauh lebih besar dan kekalahan akan kembali menimpanya. Kerjasama dengan Portugis dan kerajaan Luwu menawarkan secercah harapan. Namun, semua angan-angan Andi hancur berkeping-keping saat dia menyaksikan pembantaian dan kekalahan pasukannya di depan matanya sendiri. Rasa sakit dan amarah menggelegak di dalam dirinya. Segala rencana dan strategi yang telah disusunnya runtuh seketika. Yang dia inginkan sekarang hanyalah membalas dendam, membantai semua pasukan kerajaan di depannya.
"Semua pasukan kavaleri!" teriak Andi dengan amarah membara. "Dengarkan perintahku! Maju secepat kilat! Bunuh mereka semua! Jangan biarkan satupun yang hidup!"
Tanpa ragu,  Andi langsung maju ke medan perang, memimpin pasukan kavaleri.
Melihat pemimpin mereka terjun langsung membuat pasukan kavaleri terbakar semangat. Mereka memacu kuda-kuda mereka secepat kilat, menerjang pasukan kerajaan di depannya dengan teriakan perang yang menggelegar.
Andika yang sedang menyaksikan pasukan kavaleri bergerak maju dipenuhi kekhawatiran. Dia tahu kelemahan utama pasukannya saat ini adalah menghadapi serangan kavaleri. Kavaleri terkenal dengan kecepatan dan kekuatannya dalam pertempuran jarak dekat, dan pasukan Andika tidak memiliki pertahanan yang
memadai untuk melawan mereka.

----------------


Seminggu sebelum perang, Andika bertemu dengan Fahmi, untuk membahas masalah tersebut.
"Fahmi," kata Andika dengan serius, "Dalam penggunaan senjata api, bisakah kamu jelaskan kelebihan dan kekurangannya?"
Fahmi menjawab dengan serius, "Yang Mulia, senjata api memberi kita banyak keuntungan dalam pertempuran melawan musuh di medan perang. Namun, ada kelemahan yang mencolok. Kita lemah dalam pertarungan jarak dekat. Hal ini mirip dengan pasukan pemanah. Jika melawan infanteri, kita dapat menembak mereka dari jauh sehingga mereka tidak dapat menjangkau pasukan kita. Melawan pemanah, kita memiliki keunggulan mutlak dalam hal jarak dan akurasi. Melawan kavaleri pun sama, tetapi mereka dapat bergerak dengan cepat. Jika mereka berhasil mendekati pasukan kita, kemungkinan besar kita akan kalah."
Andika mengangguk setuju. "Benar sekali, Fahmi. Aku sudah memikirkan hal ini. Oleh karena itu, aku meminta penempa besi untuk membuat senjata tajam yang mampu membantu pasukan kita melawan kavaleri, terutama jika mereka berhasil mendekati pasukan kita. Senjata tajam ini adalah bayonet, yang dipasang di depan moncong laras senjata api. Bayonet memiliki fungsi mengubah senapan menjadi tombak yang dapat digunakan dalam pertempuran jarak dekat."
Fahmi tiba-tiba berbinar mendengar ide tersebut. "Yang Mulia, itu ide yang jenius dan luar biasa! Kenapa saya tidak memikirkannya sebelumnya? Laras senjata api yang panjang dapat dijadikan alternatif tombak, sehingga pasukan kita dapat melawan kavaleri dengan lebih efektif."
Andika tersenyum dan senang dengan Fahmi mampu memahami kegunaan Bayonet. setelah diskusi, dia segera memerintahkan Fahmi untuk segera mengambil bayonet yang telah dirancang khusus untuk dipasang di senjata api. Dia juga menekankan pentingnya pelatihan agar semua pasukan memahami cara pemasangan dan penggunaan bayonet dengan benar.

----------------


Di medan perang, pasukan kavaleri terus melaju kencang. Pasukan kerajaan bersiap untuk menembak. Saat jarak mereka mencapai 200 meter, tembakan bertubi-tubi dilepaskan oleh pasukan kerajaan. Lebih dari 100 pasukan kavaleri tewas dalam satu putaran serangan tiga tahap, hal ini menunjukkan betapa sulitnya menjatuhkan pasukan kavaleri daripada pasukan infanteri. Pasukan kerajaan tidak berhenti menembak hingga lebih dari 400 pasukan kavaleri tergeletak tak bernyawa. Sekarang kurang dari 100 yang tersisa, termasuk Andi, pemimpin pasukan pemberontak.
Saat pasukan kavaleri mendekat dalam jarak kurang dari 20 meter, Fahmi memerintahkan semua pasukan untuk memasang bayonet. Pasukan kavaleri yang tersisa tiba-tiba terkejut melihat senjata api didepannya memunculkan senjata tajam seperti tombak. Hal tersebut seketika langsung membuat sebagian besar kavaleri terhenti dan tewas. Namun, ada beberapa yang berhasil menembus pertahanan sehingga Fahmi segera memerintahkan pasukan menembak mereka dari jarak dekat. Beberapa saat kemudian tidak ada satu pun kavaleri yang masih hidup, termasuk Andi pemimpin pasukan pemberontak yang tewas ditempat.
Meskipun bayonet terbukti efektif, beberapa pasukan kerajaan ada terluka parah akibat senjata kavaleri dan tabrakan langsung dengan kuda. Beruntung, tidak ada yang tewas. Andika yang menyaksikan dari kejauhan bersyukur atas hal tersebut. Dia sangat menghargai nyawa pasukannya.
Pemandangan di medan perang begitu mengerikan. Pembantaian pasukan 2500 pasukan infanteri sebelumnya dan sekarang 500 pasukan kavaleri bersama Andi. Seketika membuat Regi, Rijal dan 500 pasukan pemanah yang tersisa ketakutan. Mereka segera kabur dari tempat ini. Rijal bahkan segera bergegas menuju pelabuhan untuk melarikan diri melalui kapal perang yang berlabuh.
Namun, langkah mereka untuk mundur terhenti. 80 pasukan kerajaan yang dipimpin Septian menunggu mereka dari belakang sambil mengarahkan senjata api. Septian maju dan berteriak, "Jangan bergerak! Angkat tangan dan turunkan semua senjata kalian! Kalau tidak, saya akan menembak!"
Melihat senjata api mengarah ke mereka, seketika mereka terngiang teror pembantaian yang baru saja mereka saksikan, semuanya langsung menyerah dan angkat tangan. Termasuk Regi dan Rijal yang tidak ingin mati sia-sia di peperangan ini. Septian memerintahkan pasukannya untuk maju dan menangkap mereka semua.
Kemenangan pasukan kerajaan disambut sorak-sorai dan kegembiraan oleh para pendukung kerajaan yang hadir menyaksikan langsung. Berita kemenangan ini dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah utara Kerajaan Mamuju. Awalnya, banyak yang ragu, terutama masyarakat yang mengungsi dan tidak menyaksikan pertempuran. Apalagi, perang biasanya memakan waktu berhari-hari.
Namun, keesokan harinya, keraguan itu sirna. Kepala Andi, pemimpin pemberontak, digantung di alun-alun ibu kota. Seketika, membuat banyak pihak bereaksi termasuk pihak netral yang berubah haluan langsung mendukung penuh kerajaan, dan pihak pemberontak yang tiba-tiba panik dan ketakutan. Banyak yang bersiap kabur dengan harta benda mereka.
Namun, sudah terlambat. Pasukan kerajaan Mamuju bergerak cepat, menindak dan menangkap semua pendukung pemberontak. Situasi kritis kerajaan akhirnya terangkat, dan suara pesimis terhadap masa depannya kerajaan mamuju sirna.
Dengan hanya 400 pasukan, Kerajaan Mamuju berhasil mengalahkan pasukan gabungan pemberontak dan Kerajaan Makassar yang berjumlah 4.000 orang. Kemenangan gemilang ini diraih tanpa satupun korban jiwa di pihak kerajaan Mamuju, sementara di pihak musuh korban jiwa sebanyak 3.000 orang.
Kemenangan ini akan tercatat dalam sejarah sebagai perang melawan kemustahilan.

Kebangkitan Kerajaan Besar Nusantara (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang