13. Pergerakan Kerajaan Makassar

3.2K 95 3
                                    

Keesokan harinya, Andika dan Rukka sedang mendiskusikan soal membangun pabrik sabun untuk diproduksi massal.
"Yang Mulia," Rukka berkata dengan nada rendah, "alangkah baiknya kita membangun pabrik sabun di dekat istana. Akses jalannya lebih mudah dan ada bangunan kosong yang bisa ditempati."
"Rukka," balas Andika dengan tenang dan santai, "lebih baik kita membangun tempat khusus untuk pabrik di pinggir ibukota. Pembuatan sabun dalam jumlah besar pasti akan mengumpulkan polusi dan pencemaran yang akan mengganggu aktivitas di ibukota. Saya sadar bahwa membangun pabrik di pinggir ibukota perlu membangun ulang akses jalan dan menyiapkan lahan baru untuk membangun pabrik, hal tersebut pasti akan membutuhkan biaya dan waktu, tapi itu tidak menjadi masalah," Andika melanjutkan. "Kita bisa memanggil ratusan pasukan untuk membangun ulang akses jalan dan memperkerjakan ratusan tukang kayu untuk membangun pabrik sabun dalam waktu 1-2 Minggu. Sambil menunggu pembangunan pabrik, kita juga akan membuka perekrutan 100 orang yang ingin bekerja di sana."
Rukka tidak keberatan dengan rencana Andika dan dia akan berusaha membangun pabrik dalam waktu yang ditentukan oleh raja.
Di tengah diskusi mereka, Tude, penasihat istana urusan luar kerajaan yang diangkat seminggu yang lalu oleh andika pasca perang, tiba-tiba datang dengan tergesa-gesa dan membawa berita penting.
"Yang Mulia, Tuan Rukka," Tude melaporkan, "kerajaan Makassar menyebarkan berita bahwa wilayah selatan Mamuju, yaitu Polewali dan Majene, sah menjadi wilayah kerajaan Makassar dan tidak bisa diganggu gugat. Baik walikota Majene dan walikota Polewali lebih memilih tunduk kepada kerajaan Makassar daripada kerajaan ini."
Rukka marah mendengar berita itu. "Brengsek mereka semua!" teriaknya. "Raja terdahulu sudah memberikan mereka hak otonomi khusus, tetapi mereka semua justru mendukung pemberontak dan sekarang mereka tunduk pada musuh!, Ini sama artinya dengan pengkhianatan!"
Andika sudah menduga hal tersebut akan terjadi. Setelah kemenangan heroik pasukan kerajaan melawan pasukan gabungan pemberontak dan kerajaan Makassar, baik para pejabat, tokoh masyarakat dan walikota di wilayah majene, ketakutan mendengar hal tersebut karena mereka pasti akan dapat hukuman karena lebih memilih mendukung pasukan pemberontak.
Mau tidak mau, mereka lebih memilih bergabung ke dalam kerajaan Makassar daripada masih bertahan di kerajaan Mamuju. Kemungkinan besar mereka pasti akan diberikan hukuman mati.
Kerajaan Makassar juga pasti kebingungan dengan kemenangan heroik pasukan kerajaan Mamuju yang menurut mereka tidak ada kemungkinan untuk mengalahkan pasukan gabungan pemberontak dan kerajaan Makassar.
Namun, Andika tidak ingin ambil pusing memikirkan hal tersebut. Fokusnya untuk saat ini adalah pelan-pelan membangun kekuatan dan memperkuat fondasi kerajaannya.
Apa gunanya wilayah yang luas jika fondasi kerajaan lemah atau keropos, Jika suatu saat terjadi konflik, wilayah tersebut pasti sulit distabilkan dan dikendalikan sehingga rentan diserang atau direbut.
"Tude, jangan khawatirkan hal tersebut," Andika melanjutkan. "Fokus kita sekarang adalah memulihkan kerajaan terlebih dahulu dalam sebulan sebelum mulai memikirkan untuk merebut kembali wilayah selatan kerajaan yang sudah diduduki paksa oleh kerajaan Makassar."
"Sampaikan perintahku kepada Fahmi dan Septian agar semua pasukan terus bersiaga di perbatasan wilayah," kata Andika.
"Baik, Yang Mulia," balas Tude. "Saya akan segera menyampaikan perintah Anda kepada mereka."
Tude kemudian berbalik dan tergesa-gesa keluar istana.
"Rukka," Andika berkata kepada penasihatnya, "tugasmu sekarang adalah fokus untuk mempercepat pembangunan pabrik sabun di pinggir ibukota. Kita perlu secepatnya memproduksi massal sabun untuk menutupi keuangan kerajaan kita yang defisit."
"Baik, Yang Mulia," balas Rukka singkat. "Saya akan segera melaksanakannya."
Rukka kemudian bergegas pergi untuk melaksanakan perintah raja.

----------------


Andika kemudian menuju ke pabrik senjata api yang telah selesai dibangun sehari yang lalu. Dia ingin melihat perkembangan produksi Senapan Impian 1 di sana.
Pasca perang melawan pemberontak, Ical diangkat menjadi pimpinan pabrik senjata api. Jumlah penempa besi bertambah dari 20 menjadi 200 orang. Hal ini disebabkan oleh gaji tinggi yang ditawarkan kerajaan, yaitu 50 perak per bulan. Gaji ini menarik para penempa besi yang sebelumnya sudah lama pindah ke profesi lain untuk kembali lagi menjadi penempa besi dan bekerja di pabrik.
Beberapa masyarakat yang mendengar bahwa gaji penempa besi begitu tinggi, bahkan setara dengan gaji pejabat, mulai berinisiatif untuk belajar menjadi penempa besi. Hal ini menyebabkan kursus dan pelatihan menjadi penempa besi di kerajaan menjadi mahal.
Beberapa pedagang mencium bisnis baru ini dan segera membuka kursus menjadi penempa besi baik di ibukota maupun diluar ibukota.
Andika Justru senang akan hal itu. Dia percaya bahwa semakin banyak penempa besi, maka semakin mudah baginya untuk merekrut karyawan ketika era industri mulai masuk di masa depan.
"Ical," Andika bertanya kepada pemimpin pabrik, "berapa senjata api yang bisa kamu produksi dalam sebulan sekarang ini?"
"Yang Mulia," jawab Ical dengan nada cemas, "kami sudah mampu memproduksi 3.000 senjata api dalam waktu sebulan. Namun, bulan berikutnya kemungkinan kami hanya bisa memproduksi 1.000 senjata api. Sebab, stok bijih besi yang kami miliki sudah mulai habis."
Andika sudah lama tau jika stok biji besi pasti akan cepat habis. Untuk melanjutkan produksi senjata api dengan lancar di bulan berikutnya, mereka membutuhkan bijih besi. Ada dua cara untuk mendapatkannya.
Cara pertama Membeli dari pedagang luar kerajaan dan cara kedua merebut kembali wilayah Polewali yang diduduki paksa oleh kerajaan Makassar karena terdapat tambang besi besar dan melimpah di sana.
Andika lebih memilih cara kedua karena menambang besi sendiri bisa lebih hemat dibandingkan membelinya.
Sebenarnya ada cara lain, yaitu dengan meleburkan semua senjata di gudang istana. Namun, ada risiko bahwa senjata api yang dibuat dari hasil lebur senjata lama akan meledak atau rusak.
"Ical, sebenarnya saya ingin mengembangkan meriam dalam persiapan perang nantinya, baik di darat maupun di laut. Jadi, cukup 3.000 saja senjata api yang diproduksi dalam sebulan. Sisa bijih besi akan dialihkan untuk membuat meriam." Andika berkata dengan serius.
"Yang Mulia, hal tersebut bisa saja dialihkan sehingga kami mampu membuat sekitar 8 meriam. Tapi, kami penempa besi tidak tahu cara membuat meriam." Balas Ical dengan penuh kebingungan.
"Jangan khawatir," balas Andika dengan senyum. "Ada beberapa awak kapal dari kerajaan Makassar yang kami tangkap pasca perang yang tahu cara membuat meriam. Kamu bisa mendiskusikan cara pembuatan meriam dengan mereka. Saya akan menyuruh pasukan untuk membawa mereka ke sini."
Ical langsung mengangguk. Dia paham bahwa di antara awak kapal pasti ada yang tahu dan paham cara membuat meriam.
Di setiap kapal perang kerajaan Makassar yang disita oleh pasukan, terdapat meriam di dalamnya. Jadi tidak mungkin tidak ada ahli meriam di awak kapal.
"Baik, Yang Mulia," balas Ical dengan senang. "Saya akan menunggu mereka. Ini juga bisa menjadi kesempatan bagi kami para penempa besi untuk belajar pengetahuan soal meriam dari mereka."
Dengan bantuan beberapa awak kapal yang paham cara membuat meriam, Ical dan penempa besi lainnya akan lebih mudah untuk membuat meriam.
Beberapa saat kemudian, setelah Andika mendiskusikan beberapa hal dengan Ical, dia lalu kembali ke istana. Andika ingin fokus merancang lanskap besar agar kerajaan bisa mulai masuk ke era industri secepatnya.

Kebangkitan Kerajaan Besar Nusantara (Hiatus Sementara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang