Aku, jatuh.
Sekali lagi, jatuh untuk kesekian kalinya.
Jatuh sejatuh-jatuhnya,
pada diski yang menari dengan luwesnya.Bila kau tanya, "mengapa"?
Kiranya, tiada sepatah kata pun yg mampu ku rajut untuk menjawabnya.
Aku hanya menemukan cinta, disetiap goresannya.
Aku hanya menemukan rasa, disetiap sudutnya.
Aku hanya menemukan asa, disetiap tintanya.Tuan, sungguh !
Aku tak pernah mafhum, bila kau berjalan ditengah pusara yang penuh lukaTuan, sungguh!
Aku tak pernah maſhum, bila kau terseok ditengah badai gurun yang penuh nestapaTuan, sungguh!
Aku tak pernah mafhum, bila kau terperosok sebegitu hebatnya ditengah telaga yang katanya menawarkan cinta.Sekali lagi,
Aku tak pernah mafhum; tak pernah.Selain, mafhum pada pahitnya madu yang kau seduh dalam cawan tembaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekeping Hati
PoetryBerisi gubahan sajak yang terus bergaung dalam telinga, bernaung dalam hati yang terjaga. Bersama sajakku, aku membicarakan matahari yang menjadikanku purnama.