Sejujurnya, aku malu
Menampakkan mukaku dihadapanmuSejujurnya, aku tak kuasa, Menampilkan raut muka yang biasa biasa saja di hadapanmu
Sedang, hatiku selalu bergemuruh,
Setiap kali mataku tanpa sengaja menatap tiap sudut ragamuAndai gemuruh (ini) dapat ku kendalikan,
Layaknya Avatar yang mahir mengendalikan tanah, air, api dan udara.Maka, akan ku pastikan
Tak akan ada lagi tanah, air, api dan udara dalam jiwaSehingga, tak akan ada lagi gemuruh yang mengaduh,
Tak ada lagi harap yang pengap,
Tak ada lagi hati yang mati.Kiranya si empuhanya ingin hidup tenang, damai, penuh cinta
Kiranya si biyungnya diri ingin lebih mencintai-Nya, sebagaimana Dia mencintai hamba-NyaSebab, sejatinya tiada cinta yang sanggup diberi oleh selain-Nya.
17/01/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekeping Hati
PuisiBerisi gubahan sajak yang terus bergaung dalam telinga, bernaung dalam hati yang terjaga. Bersama sajakku, aku membicarakan matahari yang menjadikanku purnama.