_
Teeeeeet
Suara bel pulang terdengar amat keras, semua siswa berhamburan keluar dari bangunan megah yang bertuliskan High School Henderson, Sekolah elit tingkat menengah atas itu adalah sekolah terkenal milik keluarga Henderson
Siapa yang tidak bangga sekolah disana, sekolah para orang kaya yang biaya per-bulannya mencapai sekitar 50 juta
"Sabi kali bro gue nebeng" Celetuk seorang remaja pada Alex yang terlihat santai bersandar pada sebuah mobil
Remaja itu bernama jaegar, siswa yang datang dari gedung berbeda dari gedung Alex, ia adalah teman dekat lainnya Alex yang mengambil jurusan IPS
Lalu tak lama datang dua pemuda lain yang menyusul dari gedung yang sama dengan Alex. Rexa dan Bintang, kedua orang ini adalah orang yang sama dengan orang yang duduk dimeja kantin
"Lu jadi miskin apa gimana gar" Celetuk Bintang tak suka
Jaegar hanya menggaruk tengkuknya tak gatal mendengarnya "Bukan gitu cok, motor kesayangan gue lagi dibengkel" Balasnya cengar-cengir
Bintang sedikit julit "Mangkanya beli lagi, malah manjain motor buntut begitu" Ujar nya pedas
Jaegar hanya berdecak mendengarnya, tanpa membalas perkataan bintang ia merangkul pundak Alex dengan akrab "Ye bro gue nebeng ama lu ye" Ujarnya yang langsung dibalas anggukan kecil oleh sang empu
Bintang berdecak melihatnya dengan kesal menarik rangkulan itu hingga terlepas mengundang raungan marah oleh Jaegar "Bisa ga si lu bin ga buat gue emosi satu hariii aja" Tekannya dengan marah
Bintang mengangkat kedua tangannya lalu menarik kedua telinganya dengan raut wajah menyesal, tapi tak lama ia mengeluarkan lidahnya dengan jahil "ga bisa wlek"
"Tai lu" Maki Jaegar, dengan amat kesal pemuda itu berlari mengejar Bintang
"Angkasa mana Lex?" Tanya Rexa tanpa mempedulikan kedua manusia yang saling kejar mengejar itu
Alex melirik Rexa, ia hanya mengangkat bahunya petanda tidak tau, tapi tak lama ia berkata dengan datar "Tadi bilangnya mau buang air besar" Ujarnya yang dibalas anggukan kecil oleh Rexa
"Mau gue buat babak belur ga Lex" Tawar Rexa, ia menatap Alex yang sedari tadi asik menatap Kinan yang tertawa senang berjalan dengan Justin
Alex tak langsung menjawab, ia menatap Kinan dengan tatapan yang terlihat semakin dingin, tapi tatapan itu berubah datar saat tiba-tiba Kinan menatapnya
"Tidak perlu" Jawab Alex mencoba seperti berbicara dengan Rexa
Rexa semakin menatap Alex aneh "Gue pikir hilang ingatan ga akan ngerubah kepribadian, tapi kenapa yang terjadi sama lu berbeda, apa ini cuma akal-akalan lu Lex biar Justin ga nabur permusuhan ke kita" Ujar Rexa membuat Alex langsung menoleh menatap Rexa
"Maksud kamu saya sedang berakting?" Tanya Alex, ia menatap Rexa dengan alis naik sebelah
Rexa tersenyum, ia membalas tatapan Alex dengan tatapan remeh "Gue muak Lex, lu masih aja peduli ama orang begitu" Ujarnya amat sangat jelas jika ia jengkel
"Orang begitu yang coba lu pertahanin dalam pertemanan kita" Lanjutnya dengan nada amat tak percaya
Alex terkekeh mendengarnya, tidak bisa dipungkiri perkataan teman Alex ini sesuai kenyataan. Justin adalah pemuda yang munafik, ia adalah seorang yang mudah iri, dalam ingatan Alex Justin menjauh darinya karena dalam pertemanan mereka yang terpilih menjadi ketua adalah Alex
"Jadi kamu berpikir saya masih mau berteman dengan Justin Bahkan setelah kamu tau sendiri bagaimana tanggapan saya. Kamu ingat bukan saat dirumah sakit, tidak ada satu patah katapun yang saya keluarkan untuknya" Untuk pertama kalinya Alex berkata dengan kata yang amat panjang
Jangankan perkataan sejelas itu, untuk satu hari saja 10 patah kata dari Alex itu seperti meminta sebuah emas dari langit, sebagai buktinya Bintang dan Jaegar yang berlari-larian berhenti untuk menatap Alex dengan wajah tercegang
Bahkan Angkasa yang berjalan mendekat hampir mundur mendengar perkataan sejelas itu, jangankan Angkasa, Rexa yang berbicara dengan Alex, ia menatap Alex dengan wajah linglung
Tidak cukup di kantin Alex membuat teman-temannya tercengang, penuturan, isinya ataupun panjang kata yang ia katakan mampu membuat mereka terkejut
Baiklah Alex jelaskan sewaktu Justin menjenguknya kerumah sakit waktu itu. Waktu itu sekitar 3 hari setelah Alex masuk kedalam tubuh ini, semua temannya menjenguknya termasuk teman sekelas yang tak terlalu akrab, tak lama setelah itu Justin datang dengan raut wajah yang terlihat jelek
Mungkin karena semua orang pergi, kecuali teman dekat Alex, Justin baru berkata "Gue tau Lex, lu yang fitnah Kinan" Ujarnya dengan nada yang amat datar
"Gue peringatin sama kalian semua" Ujarnya lagi tak mau menerima celetukan yang lain
"Jangan ganggu Kinan, disini yang salah gue, jadi kalo kalian mau balas dendam ke gue aja jangan ke Kinan" Lanjutnya yang terdengar serius
Suasana disana terasa amat serius setelah Justin berkata seperti itu, tapi tak lama terdengar kekehan dari orang yang duduk disamping bangsal Alex
"Jus" Panggilnya, ia adalah Rexa, pemuda itu terlihat jengkel menatap Justin
"Gue Gatau kenapa lu terlalu bertindak jauh disini" Ujarnya tak habis fikir, lalu secara perlahan mendekat kearah Justin
"Kalo bukan karena Alex disini, udah lama gue keluarin lu dari pertemanan ini" ujarnya dengan pelan, mungkin Rexa berkata dengan pelan seperti itu karena tak mau didengar oleh Alex
Tapi percuma, Alex yang sedang duduk diam itu mengernyit mendengarnya, tapi tak ada satu tanggapan yang ingin ia katakan, biar urusan itu mereka yang menanganinya, ia yang 'orang asing' tak mau ikut campur
Setelah mendengar perkataan itu terlihat jika Justin menatap Alex penuh permusuhan, lalu ia pergi tanpa kata dari ruang inap Alex
_
Malam mulai datang, suara yang sedikit berisik terdengar dari rumah besar milik Alex "Yo bro menari bersamaku" Teriak Jaegar keras, didepan bibirnya terdapat sebuah mic yang terpasang langsung dengan speaker diruangan itu
Alex yang duduk asik diruang khusus miliknya saja masih mendengarkan, apes, harusnya setelah pulang dari sekolah ia menikmati harinya dengan main komputernya, tapi jika mereka seperti ini dan Alex melakukan aktivitasnya mungkin ia akan dibumbui sebuah pertanyaan panjang nantinya
"Hiaaaa nyi~~~haaaaaa" Suara seperti itu berasal dari dalam lagi, membuat Alex langsung menoleh, ini suara Rexa, pasti pemuda itu sudah mulai ikutan gila dengan ketiga orang lainnya
"Ya ampun, ini sangat menyebalkan" Gumamnya setelah melihat keempat orang yang berada dalam ruang disko itu menari tanpa irama
Cukup lama menatap mereka Alex merasa semakin pusing, jadi tanpa peduli ia keluar dari dalam rumah, ia berjalan ke arah taman rumah yang terlihat sepi dengan cahaya lampu cukup terang disana
Ting ting ting
Suara seperti ketukan benda pada besi terdengar sedikit keras, Alex yang hanya berdiri menatap taman beralih mencari asal suara
"T-tolong akuu hiks" Suara yang terdengar keras itu terdengar di gerbang, Alex sedikit mengernyit, ia dengan langkah pelan menuju ke sumber suara
"Hiks aku mohon tolong aku" Suara itu kembali terdengar
Alex yang sudah sampai didepan gerbang rumahnya sendiri sedikit mengernyit, ia menatap sekeliling luar gerbang, disana tidak ada seorang pun, jadi dengan gerakan biasa ia mendorong gerbang rumahnya yang memang tidak dikunci secara perlahan
"Hiks" Suara isakan tangis itu terdengar setelah Alex selesai membuka sebagai gerbangnya, tapi suara itu entah berasal dari mana karena tidak ada seorangpun yang ada di penglihatan Alex
"Alex" Terdengar suara itu kembali, ia memanggil nama Alex dengan nada yang mensyaratkan ketakutan
Alex menunduk setelah mendengarnya, suara itu berasal dari dekat gerbang rumahnya yang belum terbuka, ia terlihat duduk berjongkok menatap Alex dengan wajah yang terlihat semakin ketakutan
"Kamu" Ujar Alex tak percaya, darahnya berdesis saat menatap wajah orang yang terlihat berantakan itu
_
KAMU SEDANG MEMBACA
red thread ties [BL Transmigrasi] ongoing
FantasíaMasuk kedalam novel bl dan tidak menyangka jika ia bisa melihat benang. Benang merah diantara jari kelingkingnya dan itu satu jalur dengan sang pemeran utama Apa yang terjadi jika benang itu adalah benang yang menjadi bukti sebuah ikatan jodoh, dan...