[2.4.] Anton | The World He Keeps In

144 26 8
                                    

Pukul dua siang adalah waktu yang ditunggu-tunggu seantero sekolah, karena di jam itulah segala kegiatan pembelajaran berakhir. Apalagi Ibu Rita, guru Kimia sebagai pengisi kelas paling bontot, membubarkan kelas sepuluh menit sebelum waktu tepatnya. Kamu memang senang, tetapi tidak sesenang itu juga. Jadi, kamu tidak berkemas dengan gelagapan dan buru-buru seperti sebagian besar temanmu. Alhasil, kamu adalah orang terakhir yang tinggal di kelas.

Ketika berbalik badan guna mengamati sekeliling kelas, ternyata kamu keliru. Ada satu orang lain lagi di ujung kelas yang belum pergi: Anton. Ia terlihat sibuk membongkar isi tas, lalu memeriksa satu per satu barang-barangnya. Wajahnya menyuratkan kebingungan.

Berada di ruangan ini bersama Anton saja membuatmu merasa sesak. Timbul keinginan untuk kabur segera, tetapi Anton tiba-tiba berkata, "Can you help me with something?"

Tidak ada orang lain lagi di kelas itu, jadi sudah pasti Anton sedang berbicara padamu. Mustahil bagimu untuk berpura-pura tidak mendengar, kecuali kalau kamu mau dianggap budek. Jadi, kamu membalas, "Membantu apa?"

"Aku tidak menemukan kartu bisku untuk pulang. Boleh bantu aku menemukannya?"

Berada dalam sebuah percakapan hanya dengan Anton Lee ternyata belum membuatmu terbiasa, tetapi kamu memaksakan diri. Kamu mendekat pada bangku Anton dan ikut memeriksa selipan di antara bukunya. Karena Anton sendiri yang meminta, kamu tidak merasa keberatan ketika membuka bagian belakang buku tulisnya. Bukannya kartu bis, kamu malah menemukan doodles yang Anton buat. Ada beberapa karakter animasi yang kamu tahu, tetapi ada juga yang tidak. Tertulis pula beberapa kata-kata yang kamu tebak sebagai lirik lagu.

Hampir saja kamu salah fokus mengamati coretan tangan itu satu-satu, jika kamu tidak mendengar decak kesal Anton yang disusul, "Astaga, kenapa aku bisa lupa tempatku meletakkannya, ya?"

Buku tulis pertama nihil. Kamu beralih pada buku tulis kedua, dan kamu menangkap sesuatu. Di antara lembaran buku tipis itu, ada satu lembar kertas tebal yang menyembul. Sekali lagi, itu bukan kartu bis yang sedang kalian cari, sebab ukurannya terlalu besar untuk bisa dikategorikan sebagai kartu. Kamu penasaran setengah mati, jadi kamu mengeluarkannya dari buku tanpa pikir panjang. Ternyata, kertas tebal itu bertuliskan sesuatu yang tidak kamu sangka.

Sertifikat pemenang kompetisi renang. Peraih medali emas, tingkat nasional. Tanggal kompetisi, 10 Februari.

Kamu terperangah. Kompetisi itu berlangsung tiga bulan lalu. Mengapa tidak ada kabar terdengar mengenai kemenangan itu?

Buru-buru kamu mengembalikan sertifikat itu ke tempatnya semula. Kamu ingin mengonfirmasi pada Anton, tetapi ia masih terlihat kalut mencari kartu bisnya. Maka, kamu mengurungkan niat bertanya, dan lanjut meneliti isi buku tulis ketiga. Ternyata, lembaran terakhir dari buku itu memuat sesuatu yang membuatnya jadi terlihat tebal. Di situlah kartu yang Anton cari-cari berada.

"Kartu inikah, Anton?"

Anton melihat kartu di tanganmu dan menghela napas lega. "Benar! Terima kasih, ya!"

Kamu tersenyum simpul, ikut lega. "Sama-sama."

Tanpa benar-benar kamu sadari, kamu ikut merapikan barang-barang Anton kembali ke dalam tasnya, dan tanpa bertanya-tanya, Anton membiarkanmu melakukannya. Kelancangan itu sungguh mengguncangmu dalam beberapa saat, tetapi karena Anton tidak terlihat keberatan, kamu berusaha baik-baik saja.

Itu tadi impuls yang keterlaluan efeknya. Kamu jadi merinding, lalu berusaha merangkai kata untuk betulan kabur dari sana. Namun, belum sempat kamu melontarkan sepatah suara, Anton sudah berkata, "Ayo, pulang."

Ajakan itu sederhana, mungkin atas nama basa-basi, tetapi efeknya masih masif buatmu. Menolaknya bakal terlihat janggal, sehingga kamu tidak punya pilihan lain. Jadilah kalian bersama-sama menyusur jalur keluar kelas sampai ke depan gerbang sekolah, yang jaraknya sekitar tiga menit berjalan kaki, tetapi terasa lama sekali.

Imagine & Realize | RIIZE ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang